Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Pergi
Ketika sudah sampai di depan gerbang, Nirmala menghentikan mobilnya. Dia menoleh pada Galen yang masih belum juga turun dari mobilnya.
"Tuan, turunlah. Saya harus segera pulang"
Galen menoleh dan menatap Nirmala dengan lekat. "Jangan kemana-mana ya. Kamu tidak boleh meninggalkan aku"
Nirmala menatap Galen dengan tatapan yang sayu. Mana mungkin pria itu masih mengatakan hal itu, sementara dia saja sudah mempunyai pasangan sendiri.
"Tuan akan menikah dengan Nona Muda. Dan saya tidak ingin merusak semuanya"
Galen langsung meraih tangan Nirmala, mengenggamnya di atas dadanya. "Tidak! Apapun alasannya, aku tidak akan menikah dengannya. Aku tahu dia juga tidak mempunyai perasaan cinta yang sebenarnya untukku"
Nirmala hanya tersenyum saja, dia menarik perlahan tangannya dari genggaman Galen. "Turunlah dan segera istirahat. Saya juga harus segera pergi"
Galen membuka sabuk pengaman ditubuhnya. Dia mencondongkan tubuhnya mendekat pada Nirmala, lalu dia mengecup kening gadis itu.
"Terima kasih sudah menjemput aku"
"Hmm. Jangan lupa suruh orang untuk ambil mobil Tuan disana"
Galen mengangguk saja, dia segera turun dari mobil. Sementara Nirmala hanya bisa menghembuskan nafas kasar dengan membenturkan kepalanya di kursi.
"Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini?"
Nirmala kembali melajukan mobilnya. Dia kembali pulang ke Rumah. Ketika sampai disana, dia melihat Mommy yang berdiri di depan pintu utama.
"Mommy, belum tidur?"
"Habis darimana kamu? Menemui Galen? Dasar tidak tahu malu!"
Nirmala langsung terdiam medengar itu, menundukan wajahnya dan tidak berani menjawab apapun. Nirmala melihat sebuah koper di belakang tubuh Mommy, langsung mendongak dan menatap Ibu angkatnya itu dengan bingung.
Mommy menarik koper itu dan memberikan pada Nirmala. "Pergilah, aku sudah siapkan tempat tinggal baru untukmu di Luar Negara. Pak Sopir akan mengantarmu ke Bandara"
Tangan Nirmala bergetar memegang gagang koper itu. Apa dia benar-benar harus pergi? Meninggalkan semua kehidupannya disini, dan meninggalkan Galen juga.
"Mom, aku tidak akan merusak hubungan Nona Muda dan Tuan Galen"
"Kamu pikir aku akan percaya? Pergilah, ada kehidupan baru disana. Dan kamu akan menemukan pria yang cocok untuk kamu. Jika tetap disini, maka besar kemungkinan yang kalian lakukan akan kembali lagi. Ingat ya Nirma, yang pantas bersama Galen, hanya Laura. Kau harus sadar akan itu!"
Cukup! Rasanya Nirmala ingin berteriak tentang itu. Kenapa semua orang seolah menyadarkan dirinya jika dia memang tidak akan pernah pantas untuk bersama dengan Galen. Karena sebenarnya, tanpa orang-orang berkata seperti itu pun, Nirmala sudah sadar diri siapa dirinya.
"Baiklah, aku akan pergi sesuai keinginan Mommy"
Nirmala berbalik, menarik gagang kopernya untuk pergi dari Rumah ini. Saat sudah berada diluar Rumah, tangisannya pecah. Dia sampai jatuh terduduk di atas lantai dan menangis sesenggukan disana. Menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Sakit sekali ya Tuhan"
"Nona, apa Nona baik-baik saja?"
Nirmala mendongak, menatap Pak Sopir dengan matanya yang basah. Dia mengangguk meski dengan menahan isakan. Pak Sopir membantunya bangun dan membawanya ke mobil yang sudah tersedia.
Seiring mobil melaju meninggalkan Rumah ini, maka Nirmala harus siap meninggalkan semuanya. Tentang kisahnya, kehidupannya disini, dan semua kenangannya.
*
Laura sudah bersiap pagi ini, semalam Mommy mengatakan jika keluarga Austin akan datang kesini. Mungkin untuk menentukan pernikahan mereka. Laura membuka ponselnya, melihat pesan terakhir yang dikirimkan oleh Benji padanya.
Selamat atas pernikahan yang akan terlaksana. Aku pergi.
Setelah itu, pesan balasan dari Laura bahkan tidak dapat terkirim lagi. Laura sudah tidak bisa menghubunginya lagi sejak semalam.
"Mungkin memang semuanya harus berakhir. Aku tetap harus kembali pada kesepakatan keluarga ini"
Laura keluar kamar, dia turun ke lantai bawah dan sudah ada beberapa orang disana. Laura menghembuskan nafas pelan, sebelum dia menghampiri semuanya.
"Nah, Laura sudah datang" ucap Mommy.
"Cantik sekali calon menantuku ini" ucap Mama, dia berdiri dan merangkul tangan Laura untuk duduk disampingnya.
Dalam hal ini seharusnya Laura senang dengan perlakuan keluarga dari calon suaminya ini. Tapi apalah yang dia rasakan ketika memang hatinya berkata lain.
"Jadi begini, apa kita akan langsungkan pernikahan ini saja?" ucap Kakek.
Laura hanya menunduk saja, ingin sekali dia menolaknya, tapi jika dia lakukan itu maka Mommy dan Daddy akan melakukan hal berbahaya pada Benji maupun Nirmala. Mengingat nama saudaranya itu, Laura baru sadar jika ternyata Nirmala tidak ada saat ini.
Apa mungkin dia berada di kamar ya? Tidak mau keluar karena malu.
Laura menatap ke lantai atas, dimana pintu kamar Nirmala yang tertutup. Yakin jika saudaranya itu hanya berada di dalam kamar sekarang.
Dan tidak jauh beda dengan Laura, Galen juga hanya menatap ke arah lantai atas. Menunggu gadisnya keluar, setidaknya dengan melihatnya saja sudah cukup sebagai pengobat rindu bagi Galen.
Kenapa dia tidak keluar juga?
"Bagaimana Galen, Laura? Apa kalian setuju?" tanya Kakek menyadarkan lamunan keduanya yang sama sekali tidak mendengarkan percakapan mereka.
"Laura menurut saja" ucap Laura, dia sudah tidak mungkin membantah untuk saat ini. Ancaman orang tuanya bukanlah hal yang main-main.
"Bagus, jadi pernikahan kalian akan diselenggarakan setelah tahun baru" ucap Papa.
"Setelah tahun baru?"
Disini Galen yang begitu terkejut, karena dia yang terus memikirkan tentang Nirmala, sampai dia tidak fokus mendengarkan percakapan orang tuanya dan orang tua Laura ini.
"Iya, Laura sudah setuju. Dan kau juga harus setuju!" tekan Papa.
Galen hanya mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia tidak suka dengan keputusan ini, tapi semakin dia membantah maka semakin berbahaya orang yang dia cintai.
Setelah pertemuan dua keluarga ini, Laura segera kembali ke kamarnya. Melewati kamar Nirmala, dan dia merasa penasaran dengan keberadaan gadis itu. Akhirnya Laura masuk ke dalam kamar Nirmala yang dia tahu jika gadis itu tidak suka mengunci pintu kamar.
"Nirma, kenapa kamu tidak keluar dari ta..." ucapan Laura terhenti saat dia menemukan kamar saudaranya ini kosong. "... Nirma? Kamu dimana? Apa sedang di kamar mandi?"
Laura mengecek keberadaan Nirmala di kamar mandi dan ruang ganti. Tapi tetap tidak menemukan keberadaan gadis itu. Membuat dia langsung berlari keluar kamar dan menemui orang tuanya.
"Mommy, Daddy, kemana Nirma? Kenapa dia tidak ada di kamarnya?" tanya Laura.
"Dia sudah Mommy kirim ke Luar Negara"
"Mommy!" teriak Laura kaget, disini bukan hanya Laura yang kaget tapi juga Daddy. Sepertinya dia juga tidak tahu tentang ini.
"Kenapa kau melakukan ini?" tekan Daddy.
"Kenapa? Kamu ingin membela anak sim..."
"Mommy!" tekan Daddy dengan suara yang keras. Dia menarik tangan istrinya dan membawanya ke dalam kamar.
Sementara Laura masih begitu terkejut dengan ucapan Ibunya barusan. "Nirma, maafkan aku. Kenapa Mommy sampai tega membuat kamu pergi dari sini"
Bersambung
Sepi bet dah.. Bikin males up kalo gini.. Hiks..
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪