"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."
Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Vartan pun minuman pemberian Mahesa. Dia tidak mau terjadi sesuatu pada tubuhnya. Apalagi saat ini dirinya merasa sudah mulai merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya. Ada sesuatu yang terasa sudah patah. Vartan merasa jika itu adalah tulang rusuknya.
Saat ini dirinya ada di rumah Mahesa. Entah kenapa pria itu malah membawa Vartan ke sini. Kenapa tidak mengantarkan pulang saja dengan begitu dirinya bisa beristirahat, tetapi kalau dia pulang juga pasti akan membuat kedua orang tuanya khawatir.
Malam hari Vartan pulang ke rumah. Tadi mamanya terus saja menelepon padahal dirinya sudah mengatakan akan menginap di rumah teman. Akan tetapi, Mama Minarti tidak percaya, takut dengan pergaulan Vartan yang sekarang. Akhirnya terpaksa dia pun pulang.
Sebelum pulang, Mahesa juga tidak lupa memberikan sebotol obat lagi pada Vartan. Dia bilang harus meminum tiga botol jika ingin benar-benar sembuh. Kalau tidak bisa sewaktu-waktu kambuh. Botol kali ini harus diminum sebelum tidur dan besok pagi Mahesa akan datang lagi untuk memberinya obat.
"Kamu itu dari mana saja sih, Vartan? Mama tuh capek nungguin kamu dari tadi, tapi kamunya nggak datang-datang. Apalagi Ayara, dia juga sudah menunggumu sejak pulang kuliah tadi. Dia sampai nggak pulang gara-gara nungguin kamu!" seru Mama Minarti saat Vartan sudah masuk ke dalam rumah.
Pria itu pun terkejut melihat keberadaan Ayara di ruang keluarga. Tadi saat ditelepon mamanya juga tidak mengatakan apa-apa mengenai keberadaan Ayara, tetapi kenapa sekarang ada gadis itu di sini, bahkan sejak tadi siang.
"Aku 'kan nggak tahu kalau ada Ayara di rumah. Mama tadi juga nggak bilang kalau ada Ayara."
"Kalau Mama bilang kamu pasti nggak mau pulang. Kamu sengaja ya mau menghindari Ayara? Kalau kalian ada masalah cepat diselesaikan secepatnya. Jangan diam-diaman terus dan saling menghindar. Itu sama saja kamu semakin memperkeruh suasana," ujar Mama Minarti sambil menatap Vartan dan Ayara secara bergantian.
"Aku enggak ada masalah apa-apa kok, Ma. Aku dan Ayara baik-baik saja. Iya 'kan, Ay?" tanya Vartan sambil menatap Ayara.
Gadis itu pun hanya tersenyum dan mengangguk. Dia memang tidak berselisih dengan Vartan, tetapi entah kenapa pria itu yang menjauhinya dan itu membuatnya tidak nyaman. Padahal selama ini mereka sudah sangat dekat. Sekarang semuanya berubah seketika.
"Ya sudah, Ma. Aku mau ke kamar, mau istirahat," pamit Vartan yang ingin segera pergi dari sana. Namun, dihentikan oleh Mama Minarti.
"Eh, enak saja mau istirahat. Terus Ayara kamu tinggal begitu saja! Ajak dia bicara dulu."
"Tapi aku lelah, Ma."
"Tidak ada lelah. Sejak kapan kamu jadi seperti ini? Mama tidak pernah mengajarkan kamu tidak sopan. Ada tamu malah ditinggal pergi," omel Mama Minarti sambil melotot ke arah putranya.
Dia pun juga merasa ada sesuatu yang aneh dengan putranya yang berusaha untuk menghindari Ayara. Padahal selama ini Vartan selalu senang jika gadis itu datang.
Ayara yang mendengar penolakan Vartan segera berdiri sambil membawa tas miliknya. "Tante, mungkin Vartan sedang lelah, aku juga tidak mau mengganggu istirahatnya. Sebaiknya aku pulang saja.
"Eh, jangan gitu dong, Sayang! Memang si Vartan itu enggak tahu aku sopan santun. Kamu duduk saja di sini. Mengenai Vartan biar urusan Tante," ujar Mama Minarti sambil menuntun Ayara untuk kembali duduk.
Dia kembali berdiri di depan Vartan dan memberi kode pada putranya agar duduk bersama dengan Ayara. Vartan pun akhirnya mengangguk dan duduk di sana. Dia pun sebenarnya merasa tidak enak karena sempat menolak tadi untuk berbicara dengan temannya itu.
"Maaf ya, Ay, membuat kamu menunggu lama. Tadi aku pergi ke rumah teman," ucap Vartan.