Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~2
Demian masih saja bersandar di headboard ranjangnya setelah bermimpi buruk, bayang-bayang Ariana beberapa tahun yang lalu selalu saja berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak.
Tidak ada yang buruk dari wanita itu kecuali kemiskinan, Demian yang dulu begitu angkuh dan membenci kemiskinan, kini ia menyesali semua perbuatannya itu.
Nyatanya Ariana yang miskin yang pada akhirnya bisa meluluhkan hatinya, namun di saat ia menyadari betapa berharganya wanita itu.
Ariana telah pergi dan tak pernah kembali lagi, berbagai upaya Demian mencari keberadaannya tapi sampai saat ini belum juga ketemu.
"Maaf tuan, saya mengantar pakaian kerja anda." ucap seorang laki-laki setengah baya yang menjadi kepala pelayan di kediaman Demian.
Demian yang tadinya memejamkan matanya, langsung mengerjap lalu menatap laki-laki yang sudah puluhan tahun mengabdi pada keluarga besarnya itu.
"Nyonya bilang, anda bermimpi buruk lagi. Ini saya bawakan air hangat di campur dengan madu, itu akan menenangkan lambung anda." kepala pelayan tersebut yang di ketahui bernama pak Salim nampak menyerahkan segelas air pada Demian.
"Terima kasih." Demian mengambilnya lalu meminumnya hingga tandas.
"Siapkan pakaian, saya akan segera mandi." perintahnya kemudian.
"Baik, tuan." Pak salim nampak menepuk tangannya lalu datanglah dua pelayan yang membawa beberapa stel pakaian, dasi dan sepatu.
"Silakan tuan." ucap pak Salim agar majikannya itu memilih pakaian sesuai seleranya.
"Saya mau kemeja biru itu dan jasnya, dasinya yang itu dan sepatunya juga yang hitam itu." tunjuk Demian.
Begitulah Demian sejak dulu dia lebih suka di layani oleh pak Salim daripada sang istri, entahlah dia menganggap istrinya itu apa.
Namun sejak pernikahan bisnis yang di atur oleh kedua orangtuanya, Demian tak pernah menganggap wanita itu layaknya istri.
Bahkan kamar tidur mereka pun terpisah, namun jika mereka berada di area publik maka mereka akan sama-sama bersikap layaknya pasangan yang bahagia.
"Daddy ?" teriak bocah kecil bernama Olive ketika melihat sang ayah menuruni anak tangga dengan menenteng tas kerjanya.
"Pagi sayang, anak Daddy mau sekolah. Hm ?" sapa Demian pada putri kecilnya itu.
"Apa Daddy akan mengantarku ?" pinta Olive.
"Daddy sibuk sayang, kamu di antar Mommy saja ya." sahut Demian seraya mendudukkan dirinya di meja makan.
"Benar sayang, biar Mommy yang mengantarmu." sela Monica dengan mengulas senyumnya.
Ia nampak akan menaruh roti di atas piring Demian, namun suaminya itu langsung mengangkat tangan menolaknya.
"Pak salim, bisa oleskan selai nanas itu ke roti saya." perintahnya pada kepala pelayannya yang sedari tadi sudah berdiri tak jauh darinya.
"Baik, tuan."
Melihat penolakan Demian pada dirinya, Monica nampak mendesah kesal. Bertahun-tahun ia mencoba meluluhkan hati laki-laki itu, namun hingga kini belum juga berhasil bahkan sikap Demian semakin dingin padanya.
"Daddy selalu saja sibuk." cebik Olive.
Sedangkan Demian yang sedang memakan sarapannya hanya mengulas senyumnya, lalu mengusap gemas puncak kepala bocah kecil tersebut.
"Silakan, tuan." Victor nampak membukakan pintu mobilnya, ketika melihat atasannya itu keluar dari kediamannya.
"Terima kasih." sahut Demian.
Setelah itu mobil tersebut melaju meninggalkan kediaman yang sangat mewah tersebut, ketika mobil mereka berhenti di sebuah lampu merah, Demian nampak melihat beberapa anak jalanan sedang mengamen di sana dan itu mengingatkannya pada Ariana.
Demian langsung membuka jendela mobilnya setengah, setelah itu ia mengulurkan beberapa lembar uang berwarna merah pada anak-anak tersebut.
Victor yang melihat dari kaca spionnya nampak melengkungkan bibirnya, ia merasa sejak 8 tahun terakhir ini bossnya sudah sangat berubah meski sikapnya lebih dingin tapi jiwa sosialnya sangat tinggi.
Satu bulan kemudian....
Setelah berpikir matang-matang, akhirnya Ariana memutuskan untuk ikut Widya ke ibu kota. Ia yakin ibu kota sangat luas dan tidak akan bertemu lagi dengan laki-laki di masa lalunya tersebut.
"Jadi ini yang namanya kota, buk ?" Ricko nampak terperanga ketika melihat mobil yang berlalu lalang di jalanan.
"Beda ya sama di kampung, adanya cuma motor atau sepeda buat ngangkut padi di sawah." sambungnya lagi.
Ariana nampak terkekeh mendengar tingkah polos putra kecilnya itu.
"Lihat buk, gedungnya tinggi-tinggi banget ya, nanti kalau udah besar Ricko ingin bekerja di sana." Ricko nampak menunjuk beberapa gedung yang menjulang tinggi dari jendela bus kota yang mereka naiki.
Ariana menghela napasnya. "Seandainya saja kamu tahu siapa ayahmu, Nak." gumamnya dalam hati.
Beberapa saat kemudian Ariana sampai di rumah Widya, sahabatnya itu mempunyai beberapa rumah sewaan dan memberikannya satu pintu pada Ariana.
Sungguh Ariana sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Widya, wanita itu juga yang mengajak Ariana ke kampung halamannya 8 tahun yang lalu.
"Terima kasih mbak, entah bagaimana aku bisa membalas kebaikan kalian." ucap Ariana ketika Widya menunjukkan rumah yang akan ia tempati nanti.
"Anggap saja ini untuk menebus kesalahan ku dulu Rin, kalau saja waktu itu aku tidak meminta tolong padamu untuk menggantikan ku kerja di bar, mungkin kamu tidak akan mengalami kejadian itu."
Sampai sekarang Widya masih saja merasa bersalah, gara-gara dia Ariana sampai di perkosa oleh laki-laki brengsek itu dan mengandung Ricko.
"Nggak apa-apa mbak aku sudah ikhlas." sahut Ariana.
"Oh ya, nanti kamu ke rumahnya pak RT ya laporan, sekalian tanyakan sekolahnya Ricko dimana." ujar Widya.
"Iya, mbak." sahut Ariana.
Setelah itu, ia mulai membereskan barang-barangnya,. Sudah ada kasur dan peralatan dapur di sana, jadi Ariana tidak perlu membeli banyak barang lagi.
Sepertinya sahabatnya itu sudah menyiapkan sebelumnya untuknya, lagi-lagi Ariana bersyukur mempunyai sahabat seperti Widya.
Wanita cantik itu berhenti bekerja di bar setelah menikah dengan suaminya yang notabennya orang kantoran, sebelumnya Widya juga sering pulang ke kampung halamannya hanya sekedar untuk menjenguk dirinya dan juga Ricko.
"Nak, kamu tinggal bersama bunda Widya dan Ayah Herman dulu ya. Ibu mau ke pasar untuk membeli bahan-bahan membuat kue besok." Ariana menghampiri Ricko yang nampak sedang bermain mobil-mobilannya di depan tv.
"Ibu tidak lama kan ?" tanya Ricko, sepertinya bocah kecil itu masih merasa asing di tempat barunya.
"Nggak sayang."
Setelah itu Ariana segera mengunci pintunya, lalu mengantar Ricko ke rumah Widya yang berada tak jauh dari sana.
Di sisi lain, sore itu Demian baru keluar dari kantornya. "Langsung pulang, tuan ?" tanya Victor.
"Hm." Demian nampak bersandar di kursinya, wajahnya terlihat begitu kelelahan.
Seharian ini ia menghadiri meeting beberapa kali, kemudian meninjau beberapa lokasi proyeknya.
Ketika mobilnya sedang berhenti di sebuah lampu merah, matanya tak sengaja melihat seorang wanita di seberang jalan yang sepertinya sedang menunggu angkutan kota dengan menenteng beberapa kantong belanjaan.
"Ariana."
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar