"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegiatan Panas Yang Terganggu
Sonia kembali mengingat bagaimana dia kehilangan cincin pemberian Sean.
"Setelah kamu memberikan cincin itu padaku, Bu Nila selalu saja bersikeras untuk memintanya, dia tidak ingin aku menerima apapun darimu, dia juga bilang kalau Gladis adalah gadis pilihannya untukmu. Aku tidak mau memberikan apa yang dia minta, empat bulan setelah kamu memberikan cincin itu padaku, rumahku kemalingan, namun anehnya yang hilang hanya cincin itu saja sedangkan di rumah ada laptop, komputer, satu set perhiasan peninggalan ayah yang dikasih untukku serta uang tabungan, yang mana perhiasan dan uang tabungan itu aku simpan di tempat yang sama dengan cincin pemberianmu, semua barang itu aman, bukan aku tidak mau memakainya, masak iya make cincin berlian kemana-mana, yang ada aku malah di rampok orang nanti." Sean tersenyum mendengarkan perkataan Sonia, benar apa yang Sonia katakan jika cincin itu tidak bisa dipakai selalu.
"Lalu? Kamu tau siapa yang nyuri?"
"Tau, yang nyuri itu Bu Nila, aku bukan nuduh tapi aku ada buktinya, Bu Nila meminta bantuan pada Fian dan juga teman-temannya untuk masuk ke dalam rumah dan menggeledah kamarku, Fian yang cerita, dia terpaksa karena di ancam sama Bu Nila. Aku panik, cemas dan juga takut sama kamu, aku takut kamu marah waktu itu. Aku terus berusaha mencari kemana-mana itu cincin tapi hasilnya nihil, sampai akhirnya Fian mengatakan padaku kalau dialah yang menggeledah kamarku dan Bu Nila lah yang mengambil cincin itu. Aku menemui Bu Nila dan malah dapat pukulan dari dia, dia marah besar sama aku, sampai rambut aku digunting asal sama dia, aku benar-benar kalut, dia nggak mau kasih cincinnya.
Keesokan harinya, aku mencoba untuk meminta tolong sama Fian, Fian bilang kalau Bu Nila bakalan kasih cincin itu sama Gladis di cafe, aku kesana dan aku sama Fian merebut cincin ini." Sambil menunjukkan cincin itu pada Sean.
"Kamu dapetin gitu aja cincinnya?"
"Enggak, ya ada adegan kekerasan sedikit hehe."
"Kekerasan gimana?"
"Saat Gladis ingin menyematkan cincin itu di jarinya, aku berhasil nih rebut cincin itu, Gladis sama Bu Nila kaget dan marah-marah sama aku, Fian yang berkali-kali diancam sama Bu Nila pun cuma bisa diam aja. Aku nggak nyalahin dia sih, aku bawa itu cincin lari, dia teriakin aku maling, bayangin aja aku sampai dicegat sama satpam, sampe mau dibawa ke polisi malahan."
"Kenapa kamu nggak telfon aku? Kalo kamu kasih tau, aku bakalan kasih pelajaran sama mereka." Kata Sean ikut geram mendengar cerita istrinya.
"Aku nggak mau jadi tukang ngadu, nanti hubungan kamu sama ibu kamu malah rusak."
"Dari awal aku juga nggak pernah nganggap dia ibu kok. Terus gimana?"
"Yaudah aku dibawa ke kantor polisi nih, di sana aku ditanya dan aku bisa kasih bukti kalau itu memang milikku, kan ada surat serta foto-foto saat kamu kasih ke aku. Akhirnya aku dapetin deh ini cincin." Sean memeluk erat Sonia, dia tidak menyangka kalau istrinya akan berjuang seperti demikian hanya untuk mempertahankan pemberiannya.
"Mereka nggak nyakitin kamu saat kamu lari bawa cincinnya? Jawab jujur." Kata Sean.
"Pas udah dicegat sama satpam, Gladis ini nampar aku, dia teriakin aku maling, dia dorong aku sampe aku jatoh kan, habis tu Bu Nila jambak rambut aku dan Gladis nginjek tangan aku yang lagi genggam cincin dari kamu." Sean berusaha tenang mendengar cerita Sonia, dia sebenarnya sudah tidak sabar ingin memberikan pelajaran pada dua manusia terkutuk itu.
Hatinya begitu terluka mendengar Sonia diperlakukan seperti itu oleh mereka berdua, Sonia hanya tersenyum mengingat hal itu, senyuman Sonia malah membuat Sean semakin terenyuh karena istrinya bisa sesabar itu menghadapi semua ini sedangkan dia sudah kepalang emosi mendengarnya.
"Kenapa kamu nggak bilang kalau cincinnya sudah ketemu?"
"Karena waktu itu papa kamu nyuruh aku buat ninggalin kamu, makanya aku nggak bilang sama kamu, aku takut kalau papa kamu nyakitin kamu Sean." Sonia kaget dengan jawabannya sendiri, dia keceplosan mengatakan hal itu pada Sean, hal yang seharusnya dia tutupi rapat-rapat. Sonia memejamkan matanya dan merutuki dirinya sendiri, Sean tersenyum akhirnya rasa penasarannya selama ini mulai terungkap.
"Lalu kamu nemuin aku dan bilang kalau kamu mau pergi dariku dan aku tidak boleh mencari kamu lagi, begitukan?" Sambung Sean.
"Bukan, bukan gitu, hm bukan gitu sih." Sonia gelagapan saat ini, dia bingung harus menutupi hal ini bagaimana lagi. Sean menyadari kebingungan Sonia dia membawa Sonia ke dalam pelukannya.
"Kalau kamu memang nggak mau cerita sekarang ya nggak apa-apa, aku nggak akan maksa kok."
"Maafin aku ya."
"Dimaafin" Sonia membalas pelukan Sean, dia sangat nyaman jika dipeluk begini oleh suaminya.
Sean yang awalnya hanya memeluk Sonia, sekarang mulai meraba punggung istrinya itu, Sean mengangkat dagu Sonia dan melumat lembut bibir Sonia yang sudah menjadi candu baginya, Sean terpancing dengan ciuman itu, dia merebahkan tubuh Sonia yang masih mengenakan handuk lalu kembali meraup bibir Sonia, Sean melepaskan baju kaos yang menempel di tubuhnya, dia mendekap Sonia tanpa melepas pagutannya.
Ciu*man Sean turun ke leher jenjang Sonia, terdengar suara lenguhan halus dari bibir Sonia yang membuat gai*rah Sean semakin membuncah.
"Ngghhh Sean." Lenguhan Sonia yang lolos dari bibirnya. Sean meninggalkan tanda kepemilikan di leher Sonia, dia terus mencium hingga turun ke dada Sonia dan meninggalkan bekas juga di sana.
Tangan Sean tak tinggal diam, tangan itu menarik handuk yang digunakan Sonia hingga handuk itu terlepas dan membuat tubuh Sonia terekspos dengan be*bas di depan Sean.
Sean memainkan bu*ah dada Sonia dan sebelahnya lagi bersarang di dalam mulut Sean, li*dah hangat dan basah Sean menyapu permukaan bongkahan ranum yang menggoda itu.
"Sshh aahh." Hanya desa*han yang terdengar di kamar itu, da*da Sonia membusung tinggi menikmati mulut Sean di salah satu bu*ah da*danya dan satunya lagi dalam genggaman tangannya.
Puas dengan bu*ah da*da Sonia, ciuman Sean turun ke bagian perut datar Sonia, dia meninggalkan bekas kecupan di sana.
"Hhmm aahh." Sonia semakin bergerak gelisah, baru kali ini dia disentuh dengan intens oleh pria, karena selama ini dia selalu menjaganya.
Suasana kamar itu menjadi panas, handuk yang membungkus rambut Sonia sekarang sudah terlepas, Sean kembali melancarkan ciu*mannya di bibir Sonia, mereka berdua begitu menikmati permainan ini.
Tangan Sean sudah travelling kemana-mana bahkan hal itu membuat Sonia juga terpancing dan menginginkan Sean saat ini, selama menikah mereka tidak pernah juga melakukan hubungan suami istri.
Sean kembali melu*mat bibir Sonia dengan rakus hingga tiba-tiba pintu kamar di buka, dengan terpaksa mereka menghentikan kegiatan panasnya dan Sonia buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Sean tampak sangat kesal saat ini.
"Bisa nggak sih mosi, kalau mau masuk ketuk pintu dulu." Tegur Sean kesal.
"Maaf tuan, saya biasanya masuk kamar ini ya masuk aja, saya nggak tau kalau kalian lagi bermesraan." Jawab Khadijah sambil tersenyum, wajah Sonia sudah memerah, dia sangat malu kepergok oleh Khadijah, berbeda dengan Sean yang terlihat sangat kesal karena hasratnya tidak kesampaian.
"Lain kali mau masuk kamar manapun ya ketuk pintu dulu, ganggu aja sih mosi."
"Maaf tuan."
"Ada apa ke sini?" Tanya Sean lagi.
"Ada seorang pria yang menanyakan tuan dan nyonya di bawah, namanya Vanno."
"Vanno? Ngapain dia ke sini?"
"Katanya mau ketemu tuan dan nyonya."
"Ya udah bilang tunggu, nanti saya turun."
"Baik tuan, silahkan dilanjutkan bermesraannya, saya permisi." Khadijah tersenyum geli mengingat dia melihat adegan mesra antara Sonia dan Sean tadi.
Sonia bergegas mengenakan pakaiannya begitu juga dengan Sean yang mood nya dibuat hancur oleh Khadijah tadi, dia mengenakan bajunya dan berjalan keluar kamar.
"Vanno lagi, dia selalu saja merusak suasana hatiku." Sean menggerutu yang membuat Sonia tersenyum.
"Bareng dong, jangan tinggalin aku." Kata Sonia yang masih mengenakan pakaiannya. Sean dengan iseng menggendong Sonia dan merebahkan istrinya kembali di kasur.
"Sean jangan mulai, itu ada yang nungguin di bawah." Kata Sonia sambil menghindarkan wajahnya dari wajah Sean yang hendak menciumnya lagi.
"Biarin aja, siapa suruh datang ke rumah orang nggak kasih kabar."
"Ya mana tau ada yang penting." Sean melepaskan Sonia dan membiarkan istrinya mengenakan pakaian dengan baik, setelah selesai Sonia melirik bakso miliknya, "yah udah dingin baksonya." Kata Sonia.
"Nanti minta mosi buat panasin lagi." Mereka bergandengan tangan menuju lantai bawah, Sonia menutupi bekas kiss*mark di lehernya dengan make up, di ruang tamu, tampak Vanno duduk menanti mereka berdua.
Sean duduk di sofa yang di dampingi oleh Sonia, Vanno mengutarakan niatnya datang ke rumah Sean dan Sonia.
"Aku kesini ingin memberikan undangan untuk kalian berdua, bulan depan aku akan menikah dengan Laura, aku berharap kalian bisa hadir." Vanno memberikan undangan itu pada Sean, Sean mengambilnya dengan senang hati, dia senang karena Vanno tidak akan mengganggunya lagi.
"Kau menikah di Spanyol?"
"Iya"
"Selamat Vanno, semoga kalian berdua selalu dilimpahi kebahagiaan." Kata Sonia.
"Makasih Son, aku sangat berharap kalian datang."
"Kami akan datang." Jawab Sean.
"Aku juga berterima kasih padamu, pribadi kita mungkin tidak akur namun untuk kerja sama perusahaan kau sangat profesional, kau tidak menyangkut pautkan urusan pribadi dengan kerjaan, aku salut padamu."
"Ya itu dua hal yang berbeda, kenapa harus dikaitkan. Selamat untuk pernikahanmu, sekarang aku tidak khawatir lagi kalau Sonia akan dibawa kabur olehmu." Kata Sean, Vanno hanya tersenyum menanggapinya.
Setelah berbincang hangat akhirnya Vanno memutuskan untuk pergi dari sana. Sean yang saat ini hanya tinggal berdua dengan Sonia kembali mengajak Sonia ke kamar, dia ingin melanjutkan kegiatan mereka tadi yang sempat terganggu oleh kehadiran Khadijah.
"Lanjutin yang tadi yuk." Ajak Sean.
Sorry aku langsung emo... geram perangai perempuan mcm nie.