Ronald Leo, seorang remaja berbakat dari desa kecil di Kediri mendapatkan kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional. Setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi Borussia Dortmund ||, Leo berkembang pesat dengan bantuan sebuah Sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan tekniknya diatas rata- rata. Ditengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Leo memimpin timnya menjadi juara liga remaja Jerman dan mencetak prestasi luar biasa. Namun, perjalanan Leo baru saja dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuannya di panggung yang lebih besar ~ Liga Profesional.
Dengan penuh aksi, persahabatan, dan impian besar, "SISTEM SEPAK BOLA" adalah kisah seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan di dunia sepak bola internasional.
Novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga Eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal yang melenceng jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lion Star24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Saat ini Leo dan Sven sudah pindah ke asrama baru yang diperuntukkan bagi pemain Borussia Dortmund U17.
Liga 3 Jerman akan dimulai 2 minggu lagi, semua pemain diwajibkan kembali ke asrama ataupun rumah mereka untuk mengikuti latihan perdana musim ini.
Pagi itu, udara segar menyambut Leo ketika ia memulai pemanasan di lapangan.
Meskipun hari itu matahari belum sepenuhnya terbit, Leo sudah berada di lapangan, melakukan stretching dan lari ringan.
Suasana lapangan masih tenang, tanpa adanya kehadiran pemain atau staf pelatih. Dengan penuh dedikasi, ia berusaha mempersiapkan tubuhnya sebaik mungkin sebelum latihan resmi dimulai.
Setengah jam kemudian, satu per satu pemain Borussia Dortmund U17 mulai berdatangan. Mereka tampak mengabaikan Leo, yang masih berlatih sendirian.
Beberapa pemain senior tampak berbisik dan saling melemparkan tatapan curiga ke arah Leo, sementara yang lain segera memulai pemanasan mereka sendiri tanpa memperhatikan kehadiran Leo.
Sven, yang datang terlambat, segera bergabung dengan Leo. "Selamat pagi, Leo!" sapa Sven ceria sambil bergabung dalam sesi pemanasan.
"Aku baru saja melihat beberapa dari mereka memperhatikan kita dengan tatapan yang cukup sinis. Tapi jangan khawatir, kita akan membuktikan diri kita."
Leo hanya tersenyum. "Selamat pagi, Sven. Aku sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Yang penting adalah kita terus berlatih keras dan menunjukkan kemampuan kita."
Saat para pemain sudah berkumpul di lapangan, pelatih Roger datang dengan langkah mantap. Ia mengenakan jaket olahraga khas Borussia Dortmund dan tampak serius.
"Selamat pagi semua," katanya dengan nada tegas. "Hari ini kita akan memulai sesi latihan. Tapi sebelum itu, aku ingin memperkenalkan dua pemain baru kita."
Roger memanggil Leo dan Sven ke tengah lapangan. "Ini Leo dan Sven, yang baru saja bergabung dengan tim kita. Mereka akan bergabung dengan kita untuk Liga 3 Jerman musim depan. Aku berharap kalian semua memberikan sambutan yang hangat."
Beberapa pemain senior memandang Leo dan Sven dengan tatapan skeptis. Salah satu pemain, Lukas, berbisik kepada teman di sampingnya, "Mereka bilang Leo ini dari Indonesia. Bagaimana mungkin dia bisa bersaing di level ini?"
"Yah, aku juga mendengar informasi, dia sangat menonjol di liga remaja musim kemarin," pemain di sampingnya menimpali.
"Kita lihat saja bagaimana dia akan bertahan di sini."
Leo mendengar bisikan tersebut, tapi memilih untuk tidak menanggapinya. Ia tetap fokus pada pelatihan hari itu. Begitu sesi latihan dimulai, suasana menjadi semakin intens.
Di sesi mini soccer, Leo menunjukkan kemampuannya dengan jelas. Dengan kecepatan dan teknik dribbling yang mengesankan, ia berhasil melewati pertahanan lawan berkali-kali.
Para pemain senior mulai memperhatikan, dan beberapa dari mereka terlihat mulai mengakui kemampuannya. Namun, beberapa masih menunjukkan sikap meremehkan.
"Bagaimana dia bisa bergerak begitu cepat?" tanya Daniel, salah satu pemain senior yang sebelumnya meremehkan Leo.
"Dia memang memiliki teknik yang bagus, tapi kita lihat saja nanti di pertandingan sesungguhnya," jawab Lukas dengan nada skeptis.
Leo terus bermain dengan penuh semangat, mengandalkan teknik "Dribble ala Ronaldinho" untuk mengecoh lawan dan "Kecepatan ala Thierry Henry" untuk melewati pemain-pemain belakang.
Setelah beberapa menit berlalu, Leo melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti yang membuat kiper lawan harus melakukan penyelamatan spektakuler.
Roger, yang berdiri di tepi lapangan, tampak puas melihat perkembangan Leo. "Bagus sekali, Leo!" teriaknya. "Teruskan performamu seperti ini."
Setelah sesi mini soccer, beberapa pemain senior yang awalnya meremehkan Leo mulai mendekatinya.
"Hei, Leo, bagus juga permainanmu tadi," kata David, salah satu pemain senior yang sebelumnya tampak skeptis. "Kami tidak menyangka kamu sebaik itu."
Leo tersenyum, merasa sedikit lega dengan pengakuan tersebut. "Terima kasih, David. Aku hanya berusaha memberikan yang terbaik."
Sven yang berdiri di samping Leo juga merasa senang dengan kemajuan tersebut. "Bagaimana menurutmu, Leo? Mereka mulai menghargai kemampuanmu."
"Ya, aku rasa begitu," jawab Leo. "Tapi aku tahu ini baru permulaan. Masih banyak yang harus kulakukan."
Pelatih Roger kemudian mengumpulkan tim untuk briefing singkat. "Bagus sekali latihan hari ini," katanya. "Kita telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Tapi ingat, musim depan akan menjadi tantangan besar. Kalian harus terus berlatih keras dan meningkatkan performa."
Leo dan Sven saling bertukar pandang, merasakan dorongan semangat yang semakin kuat.
Setelah briefing, Roger memanggil Leo dan Sven ke samping. "Kalian berdua tampil sangat baik hari ini," ujarnya. "Aku tahu kalian baru bergabung, tapi aku yakin kalian bisa memberikan kontribusi besar untuk tim ini. Terus berlatih dan jaga semangat kalian."
Leo mengangguk penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Pelatih. Kami akan melakukan yang terbaik."
Sven menambahkan, "Kami akan terus bekerja keras dan berusaha membuktikan diri."
Saat para pemain mulai bubar, Leo melanjutkan latihan individunya di gym, fokus pada kekuatan dan staminanya yang dirasa masih kurang untuk bisa bersaing di liga yang lebih besar.
Setelah selesai dengan kegiatannya, ia kembali ke asrama dengan perasaan campur aduk.
Ia merasa lega karena mendapatkan pengakuan, tetapi juga menyadari betapa beratnya tantangan di depan.
Setibanya di asrama dia langsung bergegas mandi dan berganti pakaian.
Sebelum tidur, Leo membuka sistem di pikirannya untuk memeriksa statusnya.
Nama: Ronald Leo
Umur: 16 Tahun
Tinggi: 177 cm
Berat: 73 Kg
Kecakapan kaki kiri/kanan: 63/100
Atribut teknik :
Passing: 60
Shooting: 69
Dribbling: 60
Shot accuracy: 65 +10
Heading: 57
Atribut fisik :
Kekuatan: 75
Kecepatan: 77 +10
Stamina: 71
Serangan: 66
Inventory:
Perban pereda nyeri (bisa mengurangi rasa sakit saat digunakan)
Skill yang dimiliki:
Dribble ala Ronaldinho [LVL 2]
Kecepatan ala Thierry Henry [LVL 2]
Tembakan Jarak Jauh ala Frank Lampard [LVL 2]
Visi Permainan ala Inzaghi [LVL 1]
Heading ala Gerd Muller [LVL 1]
Tekad Baja [LVL 1]
Tendangan Bebas ala Beckham [LVL 2]
Leadership Aura [LVL 1]
Leo memeriksa statusnya dengan puas. "Kita sudah melangkah jauh," katanya dalam hati. "Tapi masih banyak yang harus diperbaiki. Aku harus tetap fokus dan berlatih lebih keras."
Dengan tekad yang bulat, Leo memejamkan mata dan tertidur, siap menghadapi hari-hari yang penuh tantangan di depan. Musim Liga 3 Jerman akan segera dimulai, dan ia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.
Pagi itu, sinar matahari lembut menyinari langit Jerman, menembus celah-celah pepohonan di sekitar asrama Borussia Dortmund U17.
Leo terbangun sebelum alarmnya berbunyi, seperti kebiasaannya. Rasa lapar akan kesuksesan selalu membangunkannya lebih awal dari yang lain.
Ia tahu, persaingan di tim semakin ketat, dan Liga 3 Jerman yang akan dimulai dua minggu lagi menjadi momen penentu dalam karir sepakbolanya.
Setelah mencuci muka dan berpakaian, Leo segera menuju gym di kompleks latihan.
Dengan tubuh yang masih sedikit kaku, ia memulai sesi latihan fisik seperti biasanya.
Ia paham bahwa selain teknik di lapangan, kekuatan fisik adalah salah satu aspek penting yang harus terus ia tingkatkan.
Hari ini, ia memfokuskan latihannya pada peningkatan kekuatan kaki dan stamina. Dengan tubuh yang masih muda, ia menyadari bahwa latihan-latihan ini harus dilakukan secara konsisten untuk bisa bersaing di level lebih tinggi.
"Latihan keras menghasilkan pemain hebat," gumamnya, mengingat kata-kata dari salah satu pelatih yang pernah menginspirasinya.
Sesi dimulai dengan pemanasan lari di treadmill selama lima belas menit. Ia meningkatkan kecepatan setiap lima menit, merasakan detak jantungnya meningkat dan keringat mulai mengalir deras. Setelah pemanasan.
Leo beralih ke latihan angkat beban untuk memperkuat otot kaki. Ia melakukan leg press dengan beban yang lebih berat dari biasanya, mendorong dirinya untuk melampaui batas.
Setiap kali beban itu terasa semakin berat, Leo membayangkan pertandingan yang akan datang. Bayangan dirinya melawan pemain-pemain senior dari tim lawan membuatnya semakin termotivasi untuk menambah repetisi. "Ini untuk masa depanmu, Leo. Kamu harus kuat," katanya dalam hati.
*******
ini copy paste atau karya asli?
sorry author bukannya meremehkan karyamu atau apalah tapi menurut saya pribadi jalan cerita yang author tulis tidak asing bagi saya🙏