Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Amar tersenyum simpul. Karna ia berhasil mengoda Zain dengan sekretarisnya itu. Yang membuat Zain kesal pada Amar. Karna sudah mengodanya saat di depan para staf. Untungnya suaranya mereka pelan.
" Cepat hapus, jika tidak akan aku adukan pada Lisa, jika abangnya ini usil bin jahil di kantor" kata Zain.
Alis Amar terangkat. Dan tersenyum geli dengan sikap Zain yang salah tingkah. Sehingga keduanya menjadi perhatian para staf yang ingin keluar dari ruang rapat.
" Tidak bisa, ini tanda restu ku padamu," kata Amar terkekeh.
" Tidak lucu, ini kantor mar. Bukan tempat untuk bermain," kata Zain mengumpulkan semua berkasnya, lalu beranjak pergi keluar dari ruangan itu. Hingga para staf yang di lewati Zain semua tercengang.
" Ada masalah apa pak?" tanya salah satu staf Amar. Menanyakan masalah keduanya.
" Tidak ada, hanya masalah kecil," kata Amar bangkit dari duduknya. " Kalian selesaikan masalah tender kita minggu ini juga ya," kata Amar dengan wajah datar, melangkah keluar melewati para stafnya begitu saja.
" Ya pak," kata para staf kompak. Sembari saling pandang. Saat Amar menghilang dari balik pintu ruangan.
" Ada apa dengan para bos, tumben yang satu marah dan yang satu tersenyum," kata seorang staf wanita.
" Mana kita tahu, biarkan saja. Itu urusan para petinggi ," kata Dewi mengangkat kedua tangannya. Lalu lebih dulu berdiri dan keluar meninggalkan teman temannya.
" Ya sudah ayo keluar," kata staf lain.
" Ya ayo, jadi tengang gue. Lihat dua big bos muda beruang kutub itu pas rapat tadi," kata salah seorang staf. Karna kedua bos mereka bersikap dingin pada semua orang. Namun mereka tetap bicara seperlunya di saat rapat berjalan.
" Kenapa?" tanya sang teman.
" Takut ada kesalahan, hingga kita di pecat," kata teman satunya. Karna mereka tahu Presdir mereka ahli dalam mendesain.
Sedangkan Zain sudah masuk kembali ke ruangannya. Begitu juga dengan Amar yang kembali duduk di kursi kebesarannya.
" Apa dia marah, lagian di kasih hati dan kesempatan. Berlagak ngak butuh," kata Amar tersenyum sendiri. Lalu membuka berkas di depan mejanya. Tak lama ...
Clek...
" Ayo makan siang, ngapain kerja lagi. Sudah waktunya makan siang," kata Zain di depan pintu.
" Ya aku tahu, apa tidak ingin di temani yang lain," kata Amar beranjak dari kursi kebesarannya.
" Naif loe mar, ngak usah lebay dan sok tahu urusan orang. Aku masih pengen menjomblo Mungkin loe tuh yang sudah ngak sabar mau menikah," kata Zain melipat tangannya di dada dan bersandar di depan pintu.
Deg....
Amar pun menatap Zain. Namun hatinya teringat pada Mia. Yang di nikahinya tanpa alasan jelas. Dengan dalih menolong Mia
" Astagfirullah," kata Amar
" Ada apa? hilaf loe, atau benar dengan perkataan gue. Nikah itu cuma sekali dalam hidup mar. Jadi sebelum melakukannya aku memikirkannya dengan matang," kata Zain.
" Ngak ada , hanya teringat seseorang," kata Amar. Tidak berani menceritakan masalah nya pada Zain. Karna takut Zain cerita pada Lisa dan juga pada kedua orangtua yang membesarkannya.
" Siapa?" kata Zain mengangkat alisnya
" Bukan siapa siapa, hanya teman biasa," kata Amar yang beranjak dan merapikan meja. Karna mereka akan keluar untuk makan siang di luar kantor.
" Yakin !!, kau tidak ingin cerita padaku," kata Zain memastikan.
" Hmm..." dehem Amar hanya tersenyum tipis. Karena tidak ingin rahasia dirinya dan Mia Jadi masalah di kemudian hari.
" Ayo kita pergi," kata Amar melangkah ke arah Zain.
" Ok... kita mau makan dimana," kata Zain. Sudah menganggap Amar seperti saudaranya sendiri. Namun keduanya belum pernah membicarakan masalah perasaan dan cinta masing masing. Karna mereka berdua baru dekat beberapa bulan.
"Terserah, asal nyaman," kata Amar melangkah melewati Zain. Dan Zain pun menyusulnya. Lalu keduanya berjalan menuju lift untuk turun ke basement. Masuk ke mobil Zain dan mereka berkendara mencari tempat makan siang.
" Apa kau menyukai Lisa mar?" tanya Zain Saat mereka di dalam mobil.
" Hah...maksudnya?" kata Amar menoleh pada Zain.
" Aku hanya bertanya, apa kau sayang dengan Lisa setulus dulu. Atau rasa sayang itu sudah berubah jadi cinta. Aku melihat kalian tadi malam seperti pasangan. Dan aku takut Lisa tidak bisa lepas darimu. Apalagi sekarang dia tahu kau bukan abangnya," Kata Zain serius.
" Entahlah, aku belum bisa memastikan perasaanku Zain. Hidup ku masih kacau," kata Amar.
" Hah...kacau bagaimana?" kata Zain terkejut.
Bukannya kau sudah bekerja. Sudah mapan dan punya apartemen. Lalu apa maksudnya dengan hidup mu yang kacau..Atau kau ..??" kata Zain menatap Amar penuh selidik.
" Bu..bukan itu maksudnya Zain. Maksud ku aku belum punya perasaan pada wanita. Dan belum bisa memastikan perasaan ku sendiri. Jadi aku bingung," kata Amar menutupi kegugupannya. Karna ia tidak jujur pada dirinya sendiri.
" Bingung kenapa?' kata Zain penasaran.
" Sudah lah, aku tidak mau membahasnya. Untuk masalah itu lupakan saja." kata Amar
" Kau ini aneh mar, papi dan mami itu orang yang baik. Walau mereka sibuk tapi mereka perhatian dan sayang pada kita. Tidak ada masalah selama aku tinggal bersama mereka. Begitu juga dengan ayah,bunda dan de Lisa. Mereka baik baik saja. Bagaimana bisa, kau mengatakan hidup mu kacau. Kecuali kau berbuat salah tanpa sepengetahuan kami. Atau kau menghamili anak orang?" kata Zain
" Zain !!" kata Amar kaget
" Lalu apa, jangan bilang kau mulai berbuat nakal karna hidup mu sudah berubah" Zain menoleh lagi pada Amar.Sedang Amar terlihat tegang.
" Tidak, bukan itu, aku hanya belum bisa menyesuaikan keadaan saat ini," kata Amar mencari alasan.
" Huh...kalau hanya itu, kenapa harus bingung. Kau hanya menjalani saja, seperti apa adanya. Selama kau tidak melanggar norma agama dan akidah.Semuanya akan baik baik saja. Jadi hidupmu tidak akan kacau dan berantakan," kata Zain yang memberhentikan mobilnya di depan sebuah restoran mewah cepat saji.
" Ayo turun!!" kata Zain
" Hmm..." dehem Amar membuka pintu mobil dan turun. Sembari melihat restoran mewah di depannya.
" Kenapa , apa kau tidak suka disini.Atau kita cari tempat yang lain?" kata Zain menatap Amar yang hanya berdiri mematung.
" Oh tidak, ayo masuk " kata Amar. Karna ia belum terbiasa makan di tempat mewah. Biasanya ia hanya makan di restoran biasa.
Zain mengelengkan kepalanya, melangkah masuk ke dalam restoran. Di ikuti Amar dari belakang. Zain pun membawa Amar menuju meja di sudut ruangan yang terlihat nyaman. Agar mereka berdua bisa bebas ngobrol.
" Jika ada masalah, kau bisa cerita padaku mar," kata Zain Sembari menarik kursi untuk duduk
" Ya ," kata Amar yang ikut duduk dan melihat sekeliling restoran. Dan melihat menu makanan.
" Sekarang kita bersaudara, aku bisa membantumu kapan saja," kata Amar
" Tapi tidak masalah cinta kan?" tanya Amar
" Untuk masalah itu, aku bukan ahlinya. Kau curhat saja pada papi atau ayah.," kata Zain Sembari memanggil pelayan restoran.
Namun tiba tiba saja, dua orang wanita melewati meja keduanya. Dan salah satunya menoleh pada Amar dan Zain.
" Bang Zain, bang Amar " kata wanita itu menatap heran pada keduanya.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar