Blurb
" kamu ingin putus dariku?? " ucap Saga pelan dan tenang. " jika itu memang sudah menjadi keputusanmu maka aku akan menerima nya, baiklah... mulai sekarang kita putus, aku tidak akan lagi mengusik mu, lakukan apapun yang kamu mau asal itu bisa membuatmu bahagia " ucap Saga lagi masih dalam keadaan tenang namun dibalik itu dia menekan dalam rasa sakit hatinya. Setelah mendengar keputusan Saga Nayla pun menagis kembali sejadinya, tangisan yang menyayat hati, apalagi saat melihat raut wajah Saga yang memerah karena menahan tangis. " maafkan aku.. " Nayla masih menangis dia meraih tangan Saga yang masih membelai pipinya, diciumi nya telapak tangan Saga seolah dia enggan untuk menerima perpisahan ini, namun mesti bagaimana lagi, dia akan menjadi manusia yang benar benar tidak tahu diri jika masih terus bersamanya. Kesalahan yang dibuat oleh ayahnya begitu besar, dia tidak mungkin melupakannya begitu saja, dia sungguh sungguh merasa tidak pantas dengan Saga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anila Nabastala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
" dasar gadis bo*doh.. untuk apa kamu membelanya terus, dia itu penghianat, lebih baik kamu membu*nuhnya daripada terus bersamanya. " ucap Priska dengan berang, sementara Fino menyeringai mendengarnya.
" kenapa... kenapa kamu lakukan ini pada gadis itu?? " ucap Fino dengan pelan dan terbata dia menatap tajam pada Mia.
" itu semua gara gara kamu, jika kamu tidak meninggalkan aku demi mengejarnya, aku mungkin tidak akan melakukan hal ini padanya, dan mungkin kami akan tetap berteman " Jawab Mia seolah dia tahu apa yang dimaksud oleh Fino adalah tentang Nayla.
" huh.. " Fino mendengkus kesal.
" bukankah kamu memang sudah aku tinggalkan sejak lama, bahkan sebelum aku mengenal gadis itu, dan kamu sendiri sudah tahu kalau aku sering berganti wanita sebelum aku mengenal Nayla, lalu... kenapa kamu hanya membalas pada Nayla, kenapa dengan gadis lainnya kamu tidak melakukan pembalasan " ucap Fino dengan berang dan juga kecewa disaat bersamaan.
" kamu lihat, bahkan disaat sekarat pun dia lebih mementingkan gadis sia*lan itu, laki laki seperti dia tidak pantas untuk kamu perjuangkan kan, lebih baik bu*nuh saja.. minggir.. !!! " Priska menarik tubuh Mia yang mengalangi Fino, dia sudah siap untuk menancapkan sebuah pi*sau belati yang sudah dilumuri ra*cun, namun saat pi*sau itu akan menancap dengan cepat Mia menghadang Priska dan menghalangi tubuh Fino lagi.
" stop kak.. hentikan aku tidak akan membiarkan kakak membunuh orang yang aku cintai " teriak Mia sambil menatap tajam kearah Priska yang berdiri tepat dihadapnnya.
" dasar gadis bodoh kalau begitu kamu ma*ti saja bersama nya " tanpa ragu Priska menu*suk Mia tepat dibagian perut beberapa kali, Priska benar benar berda*rah dingin dia tak peduli walaupun Mia adalah adik sepupu nya dan yang menolong dia ketika dia sedang dikejar oleh anak buah Saga.
Blesh.. blesh.. blesh.. tiga kali Priska menu*suk Mia, lalu dia mendorong tubuh Mia hingga tergeletak ditanah, lalu dia pun melihat Fino yang masih terbaring lemah, Fino pun tak menyangka bahwa Priska akan sekejam itu.
" sekarang giliranmu tuan muda yang terhormat " ucap Priska dengan pelan namun penuh penekanan, dia pun tersenyum menyeringai, dia berjalan perlahan mendekati Fino, sementara Fino dia sekuat tenaga menggeser tubuhnya untuk menjauhi Priska.
Dengan pi*sau yang berlumuran da*rah ditangannya serta wajah yang sebagian lebam akibat perkelahian tadi, priska nampak benar benar seperti seorang physcopat.
Saat Fino sudah terpojok dan tak bisa menggeser tubuhnya kembali, Priska tertawa seperti iblis yang sudah mendapatkan mangsa nya, dia mengangkat pi*saunya dan siap untuk menghu*nuskan pi*sau itu kearah Fino, namun dua tembakan melesat kearah Priska, satu lolos namun satu lagi mengenai tangannya hingga pi*sau itu terjatuh, dan dengan sekuat tenaga Fino menendang Priska hingga mundur beberpa langkah dari nya.
Priska langsung menoleh kearah sumber penembak tersebut, rupanya di kejauhan Galang sedang berlari menuju arah mereka sambil membawa pistol dan mengarahkan ke arah Priska.
" breng*sek.. !! " umpat Priska sambil berlari menjauhi Fino, setelah Galang dekat dengan Fino dia langsung membantu Fino untuk bangun.
" kenapa lu nggak tembak dia lagi sih.. jadi kabur kan dia " ucap Fino dengan kesal.
" yee.. udah gue tolongin juga masih aja ngomel, peluru gue udah habis, makanya gue nggak tembak dia lagi .. " jawab Galang dengan nada kesal juga, Fino tidak memperdulikan kekesalan Galang, dia berjalan perlahan menghampiri Mia yang tergeletak, dia tidak tahu apa yang dirasakan nya saat ini saat melihat Mia terbujur kaku. Fino berjalan kembali dan tak memperdulikan mayat Mia, dia tak peduli jika ada binatang buas memakan mayatnya, ataupun membusuk seiring nya waktu.
.
.
.
******
" APA.. !!! Dia hamil.. apakah itu benar?? " ucap Saga tak percaya, bayi yang selama ini dia harapkan ternyata pernah hadir, tapi sekarang bayi itu sudah tidak ada lagi bahkan dia belum sempat mengucapkan selamat datang pada bayi nya.
" iya.. tuan nona hamil, jika dilihat kondisi janin, bisa dipastikan jika nona sudah hamil delapan minggu tuan " ucap sang dokter
Degh... Saga langsung luruh kelantai, Juna sudah berusaha untuk menahannya, tapi dia pun malah ikut meluruhkan tubuhnya.
" Juna.. anakku Juna mereka... mereka.. " ucap Saga terbata diiringi tangisan yang menyayat hati. Juna tidak berkata apapun dia hanya menganguk paham apa yang dimaksud dengan tuannya sambil menahan sesak didadanya.
" tuan harus sabar dan juga kuat, bukan hanya tuan yang akan sedih tapi nona Nayla juga, dia mungkin akan lebih terpukul saat mengetahui akan hal ini, dan saat itu datang tuan harus kuat dan memberikannya semangat untuknya " ucap Juna menasehati, Saga makin terisak dia merasakan amat sangat terasa sakit didada nya, bayi yang dia inginkan telah pergi, dia merasa gagal dalam melindungi keluarga nya.
" Juna.. aku telah gagal Juna, aku gagal melindungi orang yang kusayangi Juna... mereka ... mereka bahkan tidak tahu apapun, tapi kenapa.. kenapa mereka yang harus menjadi korban Juna.. " Saga terus mengeluarkan unek unek nya pada Juna diringi tangisan pilu nya, dia benar benar terpukul, belum lama dia hampir kehilangan wanita yang dicintainya, dan sekarang dia harus benar benar merelakan kehilangan bayi yang belum lahir kedunia.
Saat masih bersedih dan menangis, tiba tiba perawat yang masih menangani Nayla keluar dari ruang gawat darurat, perawat itu berlari dan tak lama kembali bersama dokter yang menangani Nayla, dan hal itu membuat Saga makin panik dan ketakutan. Saga langsung menerobos masuk kedalam dan hal itu membuat sang perawat dan dokter langsung menoleh kearah dimana Saga berada, salah satu dokter menghampiri Saga.
" dokter.. apa yang terjadi dengannya dokter " ucap Saga dengan cemas dan panik
" kami belum tahu tuan, kami akan memeriksanya sekarang, mohon anda tunggu diluar " ucap sang dokter, sambil menunjuk kearah pintu luar dengan sopan, Juna segera menghampiri Saga dan menariknya agar keluar dari ruangan tersebut.
" tidak... !!! Aku akan tetap disini, aku harus tahu apa yang terjadi padanya " kekeuh Saga, dan dia pun menarik Saga agar keluar dari ruangan tersebut.
" tuan sebaiknya kita keluar sekarang, agar nona Nayla bisa cepat ditangani oleh dokter " ucap Juna yang mencoba menenangkan Saga.
" Juna.. Juna.. dia tidak apa apa kan?? Dia... dia akan baik baik saja bukan?? Katakan padaku... kalau dia akan baik baik saja " ucap Saga dengan nada yang menyiratkan putus asa, dia menarik kerah baju Juna dan mengguncang nya, sementara Juna diam dan menunduk tak melawan dia membiarkan tuannya untuk meluapkan emosi kesedihannya. Baik Saga maupun Juna matanya sudah memerah, airmata mereka sudah menggenang di area pelupuk mata, apalagi Saga dia sudah tidak malu lagi untuk menangis.
" tuan tenanglah, nona pasti akan baik baik saja... dia orang yang kuat " ucap Juna dengan berat seperti menahan sakit di tenggorokannya. Saga melepaskan cekalan tangannya dari kerah baju Juna dia pun berjalan perlahan menuju tembok dan menyandarkan punggungnya, lalu dia pun meluruhkan tubuhnya dan berjongkok sambil memeluk lututnya, dia begitu rapuh dan takut akan kehilangan orang yang dicintainya.
" aku mohon jangan pergi Sachi... jangan tinggalkan aku sendirian.. aku tidak sanggup.. " ucap Saga pelan dan lirih.
*****
aminn