Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Anda sehat tuan Elang, tidak ada yang salah dengan kondisi anda." Jelas dokter membuat Elang memegang dadanya.
Ya, saat ini memang debaran jantung itu telah kembali normal seperti biasa. Tidak seperti tadi, saat Elang berhadapan dengan Hana, entah kenapa jantung Elang seakan berdetak sepuluh kali lipat dari biasanya.
"Baiklah" kata Elang sambil bernafas dengan legah, karena tubuhnya ternyata baik-baik saja.
"Kalau begitu kami permisi dulu." Timpal Roy.
Kini Elang berjalan menuju mobil di susul oleh Roy yang selalu setia berjalan di belakang tuannya. Dan tiba-tiba saja langkah Roy berhenti kala seseorang langsung menarik jas miliknya
"Berhenti........" Teriak Widia. "Katakan apa yang kau lakukan dengan Hana?" Tanya Widia kemudian.
"Nona apa yang anda lakukan?" Tanya Roy, saat semua mata menatap mereka berdua.
"Lepaskan Hana, jangan ganggu dia. Kalau tidak? Maka aku akan melaporkan mu ke kantor polisi." Ucap Widia sambil memukul tubuh Roy.
"Nona anda salah paham."
Elang yang mendengar keributan langsung menoleh.
"Hentikan!" Ucap Elang dengan sangat tegas, membuat Widia menghentikan pukulannya kepada Roy.
Dan semua mata tertuju pada Elang.
Elang berjalan perlahan mendekati Widia.
"Laporkan saja kepada polisi, jika kau ingin mendapatkan masalah." Kata Elang sambil menatap tajam pada Widia.
"Dimana Hana? Katakan!?"
Elang tersenyum mengejek.
"Katakan!"
"Pelankan suaramu jika kau masih ingin hidup." Ancam Elang lalu memutar tubuhnya dan berjalan menuju mobilnya.
Widia pun dengan rasa kesal ingin mengikuti langkah Elang, namun sayang entah datang dari mana para pria yang berjas hitam tiba-tiba datang dari arah lain dan langsung menghalangi Widia.
"Lepaskan!" Kata Widia, berusaha untuk melepaskan diri.
••••••
Tak terasa sebulan pun berlalu. Hari-hari Hana lalui dengan perasaan bak rolercoster. Perasaan naik turun saat menghadapi Elang, yang bagi Hana sangat seperti seorang anak. Memiliki kepribadian dingin, kejam dan ego yang begitu sangat tinggi. Namun Hana tepis semua itu, Hana hanya bisa sabar dan pasrah menghadapi hari-harinya.
"Sebelah bulan lagi." Ucap Hana, menyemangati dirinya sendiri.
"Apa yang sebelas bulan nyonya?" Tanya Atira sambil menghampiri Hana.
"Oh bukan apa-apa Tira."
"Aku kira nyonya akan pergi setelah sebelas bulan." Ucap Atira asal membuat Hana terdiam.
"Siapa pun pasti berfikir akan kabur jika mendapatkan suami seperti tuan Elang." Timpal Atira.
"Tapi saya yakin nyonya pasti bisa bertahan hingga tuan Elang bisa luluh dan baik kepada nyonya."
Hana hanya tersenyum mendengarkan perkataan Atira.
"Bertahan? No! Mana mungkin aku bertahan dengan pria seperti dirinya. Lagian aku menihak hanya karena utangku bukan karena cinta atau apalah itu." Batin Hana. Ingin sekali Hana berkata seperti itu, namun bibirnya belum sanggup untuk mengeluarkan semuanya. Toh, Atira adalah orangnya Elang, dan tidak akan mungkin Atira mau berpihak padanya.
"Tapi asal nyonya tahu, sebenarnya tuan Elang adalah pribadi yang sangat baik. Tapi itu dulu, sebelum dirinya di sakiti oleh seorang wanita."
"Hahahahha, di sakiti?" Ulang Hana sambil tertawa.
Ternyata pria kaku seperti kanebo kering, bisa juga merasakan sakit hati.
Atira menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum.
"Biar aku tebak? Pasti wanita itu pergi karena tidak tahan dengan sikap sih burung Elang." Ucap Hana, membuat Atira membulatkan matanya, lalu Atira pun memberikan kode pada Hana agar tidak lagi berbicara yang tidak - tidak.
"Aku jadi penasaran, bagaimana sikap dan wajah sih burung Elang pada saat itu? Hahahahhaha pasti dia menangis? Tapi tidak mungkin kanebo kering menangis, hahahahah"
"Nyonya diamlah. Tuan Elang sedang berada di belakangmu" batin Atira.
"Benarkan Atira? Pasti sih burung itu menangis lalu mengurung diri.. Hahahah emang dasar pria aneh!"