Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Sean pun langsung mengambil beberapa ekor ikan bakar yang sudah di lumuri dengan bumbu diatasnya, ada yang manis dan juga ada yang pedas, bocah kecil itu langsung mengangkat menggunakan keranjang plastik berbentuk kotak, kemudian membawanya mengitari ke area dekat pantai.
"Ikan bakar ... Ikan bakar ...!" teriak kedua bocah kecil itu menjajakkan dagangannya.
Langkah kecil itu terus saja berjalan menyusuri area pantai tanpa mengenal lelah, perlahan para pengunjung pantai mulai tertarik dan melirik kedua bocah yang sedang menjajakkan dagangannya tersebut.
"Adik, sini," panggil salah satu pengunjung pantai itu.
"Baik Bu," sahut keduanya sambil menghampiri calon pembelinya itu.
"Berapa saru ekor ikannya?" tanya pembeli tersebut.
"15 ribu saja Bu, satu ekornya dan ada dua varian rasa, manis dan pedas," terang Sean dengan sopan.
"Ya sudah ibu ambil empat dua manis dan duanya lagi pedas," sahut pembeli tersebut.
"Baiklah Bu," ucap Sean sambil mengambil kantong kresek lalu memasukkan ikan tersebut dan menyodorkannya ke ibu-ibu tersebut.
Sean dan Nasa, begitu bahagia melihat pembeli pertamanya yang langsung membeli empat ekor ikan jualannya tersebut, langkah kecil itu seakan tidak mengenal lelah, meneruskan kembali jualannya yang masih banyak.
Suara teriakan nyaring terdengar begitu menggema, tidak memudarkan semangat anak itu meskipun pembeli masih belum berdatangan lagi, namun tekat dua orang anak ini sangatlah kuat, sehingga dia bertemu dengan seorang pria yang sedang bersantai di area pantai tersebut bersama dengan seorang wanita, dan juga perempuan paruh baya.
"Nenek mau beli ikan bakar kami nggak? Di jamin pasti enak dan gak bakal nyesel," ucap Sean menawarkan jualannya.
"Sayang, kau bukannya Sean, anak dari Namira," ucap paruh baya itu.
"Kok Nenek tahu, sih," sahut Sean.
"Kan nenek sesekali bertemu dengan Mama mu, tapi kayaknya kau tidak ingat ya, dengan wajah nenek," terang paruh baya itu.
"Sebentar aku ingat-ingat," ucap Sean, yang memang sedikit cuek terhadap orang sekitarnya.
"Kakak, Nenek itu, Nenek Sukma yang sering ketemu Mama di pasar," bisik Nasa ke telinga kakaknya.
"Oh Iya, kakak baru ingat," ungkap Sean.
"Nek Sukma maaf ya, aku hampir saja lupa, untung adik saya mengingatkan, Nek Sukma jangan bilang ya, sama Mama kalau kita sedang berjualan di pantai," pinta anak tersebut kepada Sukma agar menjaga rahasia ini.
"Memangnya, Mama mu gak tahu?" tanya Sukma yang mendapatkan gelengan kepala dari kedua anak tersebut.
"Baiklah kalau begitu, tapi apa alasannya kamu pingin jualan?" telisik Sukma.
"Kami hanya ingin mencari uang tambahan saja, untuk di tabung," sahut Sean, yang tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya karena sejatinya anak ini begitu tertutup dan tidak mudah untuk terbuka.
"Oh baiklah kalau begitu, nenek ambil semua jualanku ya," ucap Sukma yang membuat kedua bocah itu terkejut.
"Apa! Nenek ingin memborong jualan kami!" seru Sean.
"Iya Sayang," ucap Sukma.
Sean pun langsung mengeluarkan kantong kresek besar untuk membungkus jualannya yang tertinggal 11 biji, rasa bahagia kini menyeruak di hati kedua anak kecil ini, tanpa mereka sadari sedari tadi ada dua orang dewasa yang sedang menatapnya begitu lekat bahkan dua orang dewasa itu yang merupakan anak dari Nenek Sukma, begitu takjub dengan cara Sean menjajakan jualannya.
"Anak itu begitu tangguh Mas," bisik anak perempuan Sukma kepada kakaknya.
"Benar sekali, aku bahkan merasa kagum dengan bocah laki-laki itu," sahut Pria yang bernama Alex tersebut, dengan berbisik.
Sean dan Nasa pun langsung berpamitan dengan raut wajah yang begitu bahagia karena jualannya telah habis di borong oleh Nenek Sukma, tanpa di sadari waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 itu tandanya kedua anak itu sudah melebihi dari waktu bermain yang di tentukan oleh sang ibu.
"Kakak, sepertinya ini sudah waktunya sore deh, aku takut Mama nanti marah," ucap Nasa kepada Sean.
"Adik, Maafkan Kakak ya, yang sudah ajak kamu jualan seperti ini," ungkap Sean, yang sebenarnya juga merasa takut.
Sedang Sang Ibu di dalam rumah sedari tadi sangat resah melihat anak-anak belum saja pulang ke rumahnya, ingin menyusul mereka berdua ke pantai, tetapi pekerjaan di rumahnya tidak bisa di tinggal apalagi waktu sudah hampir sore pastinya dia harus segera menyiapkan perlengkapan jualannya di depan rumahnya.
"Ya Allah ini kenapa anak-anak belum ada yang pulang, padahal biasanya mereka berdua tidak lupa waktu seperti ini," ucapnya sendiri sambil memasukkan bahan-bahan di dalam rombong gerobak tempatnya berjualan.
"Ini tidak bisa di biarkan begitu saja, apalagi mereka bermain di laut, aku takut mereka kenapa-kenapa," imbuh Namira yang begitu sangat khawatir kepada kedua anaknya.
Namira langsung saja, bergegas meninggalkan pekerjaan yang masih menumpuk, dengan hati yang sudah bercampur aduk, emosi khawatir takut kehilangan semua itu pasti di rasakan oleh semua kaum ibu ketika anak-anaknya telat pulang dengan waktu yang sudah di tentukan.
"Ya Allah Nak, kau kemana, padahal kan Mama sudah bilang jangan jauh-jauh mainnya nanti lupa pulang seperti ini, kalian tahu gak pekerjaan mama itu di rumah banyak, jadi plis jangan buat hati mama tidak karuan seperti ini," cerocos Namira sendiri sangking kesalnya dengan kedua anaknya yang tidak ada pulang.
Namira pun langsung menyusuri jalanan pantai, dia pun langsung menuju tempat yang biasa di datangi anaknya, bahkan dirinya sudah sampai di warung Mbah Giyem dan Mbah Giyem bilang kalau anak-anak sudah pulang sedari tadi.
"Astaga Nak, kalian sebenarnya ada di mana sih," kesal Namira sambil terus menyusuri jalanan.
Ketika dia mulai melewati beberapa rumah makan yang ada di pinggir pantai tersebut, tiba-tiba saja dia melihat baju yang di pakai oleh kedua anaknya , lalu Namira pun langsung masuk hanya untuk sekedar mengecek kondisi di dalam, dan benar ternyata itu Sean dan Nasa, yang sedang makan di rumah makan tersebut bersama dengan keluarga Ibu Sukma.
"Sean, Nasa," panggil Namira, namun kedua anak itu langsung tertunduk ke bawah karena merasa takut dengan ibunya.
"Mir, sini dulu duduk, mereka berdua ini, Ibu yang ngajak loh," ucap Sukma sambil menenangkan hati Namira yang terlihat begitu kesal diliputi dengan amarah.
Namira pun langsung duduk meskipun saat ini di dalam hatinya merasa canggung karena harus dipertemukan kembali dengan anak pertama dari Ibu Sukma yang dulu ingin di jodohkan dengannya, tapi hal itu di tepis jauh-jauh oleh Namira karena saat ini dirinya begitu kecewa dengan kedua anaknya yang sudah berhasil membuat dirinya khawatir mencari-cari ke semua tempat.
..."Mir, duduk dulu yang tenang, Ibu minta maaf karena tadi sudah memaksa kedua anakmu, untuk ikut makan bersama kami," terang Sukma....
..."Bukan masalah itu Bu, mereka berdua sudah terlambat pulang dan itu membuatku khawatir," sahut Namira. Sedang kedua anaknya itu merasa takut pasalnya selama ini mereka tidak pernah melihat ibunya semarah ini....
jauhkan jauhkan
ngesak bgt thor hasrat Sean dan Nara utk bertemu dgn ayah biologis mereka.
masih penasaran nih....