Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh
Tepat jam tujuh malam, Naura keluar dari kamarnya. Betapa terkejutnya saat melihat masih ada Weny di sana. Mereka bertiga sedang melingkari meja makan, dengan posisi wanita itu berada dekat suaminya.
Rasa cemburu pada dirinya telah sirna. Yang ada hanya rasa muak melihat wanita itu yang selalu menempel pada suaminya. Sejak dia mendengar sang suami lebih membela Weny, rasa cintanya hilang. Tak ada rasa takut untuk berpisah lagi.
"Mas, aku ingin bicara berdua denganmu!" seru Naura.
"Bicara saja. Kenapa harus berdua?" tanya Alex.
"Aku mau kamu beritau kode brankas dan berikan semua surat-surat penting milikku!" ucap Naura.
Alex memandangi istrinya dengan tatapan tajam. Tak percaya jika wanita itu masih saja keukeh ingin meminta surat-surat itu.
"Untuk apa?" tanya Alex.
"Aku hanya ingin mengamankan milikku. Dokter mengatakan jika kehamilanku sedikit bermasalah. Sehingga harus melakukan sesar. Aku ingin melihat semua surat-surat milikku itu, agar aku bisa menentukan langkah selanjutnya jika nyawa aku tak bisa diselamatkan. Aku mau hartaku jatuh pada orang yang tepat!"
Alex tersenyum sinis mendengar ucapan istrinya itu. Dia berpikir itu hanyalah alasan Naura untuk meminta surat-surat itu kembali.
"Apa maksudmu jatuh ke tangan yang tepat? Apa kamu takut milikmu jadi milikku? Padahal apa yang kau punya saat ini, tak ada. Sudah aku katakan jika papamu telah memberikan surat kuasa padaku, jika semua harta ini jadi milikku!" seru Alex.
"Lagi pula untuk apa sih kamu minta semua surat-surat berharga itu? Apa kamu takut kalau Alex memakainya?" tanya Ibu Rini.
"Aku butuh dana yang cukup untuk sesar" jawab Naura.
"Buat apa sesar. Melahirkan itu seharusnya normal. Baru itu dinamakan wanita seutuhnya. Kamu hanya mau enak saja, sebaiknya kamu melahirkan normal saja!" ujar Ibu Rini lagi.
"Dokter menganjurkan aku harus sesar, Bu. Karena sangat berisiko jika normal," jawab Naura dengan sabarnya.
"Lebih baik normal. Tak ada sesar. Alex, jelaskan pada istrimu, jika dia harus melahirkan normal. Semua kakak dan saudaramu yang lain juga normal. Jangan mau enaknya aja. Kamu belum berjuang sudah menyerah," ujar Ibu Rini lagi.
"Aku juga melahirkan normal. Seorang wanita dikatakan wanita sejati jika telah melahirkan secara normal. Atau kamu takut milikmu tidak rapat lagi jika lahiran secara normal? Aku lahir normal masih saja rapet," ucap Weny.
Entah mengapa wanita itu selalu saja ikut campur. Padahal dia hanya orang luar. Seakan hanya dia wanita yang hebat di dunia ini. Alex tampak tersenyum mendengar ucapan Weny. Seakan membenarkan ucapan wanita itu.
"Stigma dari mana yang mengatakan jika wanita dikatakan sejati jika melahirkan normal. Perlu kamu ketahui, jika resiko melahirkan secara sesar itu lebih tinggi. Angka kematian melahirkan sesar itu lebih banyak. Jika aku memungkinkan untuk melahirkan normal, tentu aku lebih memilih normal!" seru Naura dengan sedikit penuh penekanan.
Naura masih tak bisa percaya, masih ada saja wanita yang berpikir begitu. Ada anggapan dalam masyarakat bahwa wanita yang melahirkan secara sesar telah gagal menjadi ibu karena tidak merasakan rasa sakit melahirkan secara normal.
Wanita yang melahirkan secara caesar acap kali dianggap gagal menjadi seorang ibu sejati lantaran tidak merasakan sakitnya proses melahirkan secara normal. Padahal, operasi sesar juga tidak lepas dari perjuangan dan rasa sakit. Lagipula, apa pun itu, metode melahirkan tentunya dipilih karena cara itulah yang terbaik untuk ibu hamil dan Si Kecil.
"Kamu mana mau merasakan sakit melahirkan sehingga memilih sesar. Jangan manja. Waktu mau buat anaknya kamu tak takut, mau melahirkan takut," ujar Ibu Rini.
"Benar yang Ibu katakan, aku ingin kamu melahirkan secara normal. Bukankah tadi kamu mengatakan jika melahirkan secara sesar memiliki resiko besar. Aku tak mau mengambilnya. Dan aku tak akan pernah memberikan izin!" seru Alex.
"Mas, ini bukan keinginanku, tapi dokter yang menyarankan, Mas. Dan aku mau semua surat berharga milikku Mas berikan hari ini juga!" balas Naura.
"Harta aja yang ada dalam pikiranmu. Tak ada terima kasihnya. Kamu pikir siapa yang yang membuat perusahaan maju? Seenaknya aja mengambil setelah dibuat maju dan berkembang."
"Naura, harta itu gak dibawa mati. Kenapa kamu meminta semua hartamu, seolah kamu mau mati dan membawanya pergi?" tanya Weny dengan senyum miring.
"Betul apa yang Weny katakan. Sudah syukur hartamu diamankan Alex, jika dipegang kamu, pasti semua sudah habis tak tersisa. Sudahlah, kami mau makan. Kamu mengganggu saja. Jika kamu ingin harta, bekerjalah. Jangan mau enaknya saja!" seru Ibu Rini.
Ibu Rini lalu mengambilkan nasi dan lauk untuk putranya dan Weny. Sedangkan Naura dibiarkan mengambil sendiri. Wanita itu menarik napas dalam untuk meredakan emosi. Setelah makan dia langsung menuju kamar. Mencoba membuka kembali brankas.Tadi tanpa sengaja dia melihat surat milik Weny dan tercantum tanggal lahir wanita itu.
Naura mengunci pintu kamar agar dia lebih leluasa membuka brankas tanpa takut suaminya masuk. Dia lalu mendekati brankas dan membukanya dengan kode tanggal lahir Weny. Tanpa di duga, kodenya sesuai. Dia menggeleng tak percaya jika sang suami bisa-bisanya membuat kode tanggal lahir selingkuhannya.
Dengan cepat dia mengambil surat-surat berharga. Tak lupa mengambil perhiasan yang di simpan di dalam brankas. Naura memasukan ke dalam tas miliknya.
Naura lalu mengambil surat rumah, dia membukanya. Betapa terkejutnya saat melihat nama siapa yang tertera sebagai pemilik di dalam surat rumah/tanah itu