Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aini Andestia (2)
...
Nini mengumbarkan senyuman menandakan bahwa apa yang dikatakan Aini itu tepat sasaran dan hal itu membuat Aini gemetar ketakutan saat melihat wanita didepannya itu tersenyum ramah.
"Kamu tak perlu takut." ujar Lia mencoba menenangkan Aini.
"Iya, kamu tak perlu takut dengan saya, kamu cukup jawab apa yang akan saya tanyakan nanti." tutur Nini.
Nini mulai melontarkan pertanyaannya satu per satu dan mengintrogasi asal usul dari Aini, dan Aini menjawab semua pertanyaan dari Nini.
"Maaf ..." ujar Aini menundukkan kepalanya.
Nini, Lia, dan bahkan wanita yang berdiri dibelakang Nini terkejut saat Aini menjawab dengan kata "maaf" sambil menundukkan wajahnya.
"Ada apa ..." tanya mereka.
"Maaf jika jawaban saya ini mengecewakan anda." ujar Aini dan hal itu membuat Nini makin bingung. "Kedua orang tua saya telah tiada, ayahku meninggal saat saya berusia 8 tahun, tiga tahun sebelumnya ibu saya yang duluan pergi, sekarang saya hanya punya nenek satu-satunya, yang saya anggap sebagai orang tua saya sendiri." tutur Aini sambil memiringkan sedikit wajahnya dengan senyuman lebar yang bersarang di bibirnya serta beberapa bulir air mata diujung matanya.
Mendengar apa yang diucapkan Aini serta melihat ekspresi yang ditunjukannya membuat hati Lia dan Nini tersentak, serasa seperti sakit kena tikam disekitar hatinya.
"Bisa antarkan ketempat nenekmu berada." pinta Nini lembut.
"Hah, eh ... buat apa, jika terkait masalah ini, saya mohon jangan libatkan nenek saya." pinta Aini sambil menunduk dengan suara yang sedikit parau.
"Bukan masalah ini, ada suatu hal yang ingin saya bicarakan dengan nenek mu, jadi kamu tidak perlu cemas."
"Baik, akan saya antar." tutur Aini lemas.
Nini segera mengajak Aini untuk menemui neneknya, sedangkan Lia, dia memilih untuk tetap tinggal. Aini terus menuntun Nini menuju rumah neneknya dengan masih menggunakan seragam sekolah serta tas yang belum sempat dia ganti dan letakan dikamarnya.
Tidak sampai tiga puluh menit waktu yang mereka habiskan dijalan, kini mereka sudah tiba dirumah nenek, rumahnya Aini. Aini segera mengantar Nini ke neneknya, setelah itu dia langsung menuju kamar kesayangannya, memberikan waktu untuk mereka berdua berbicara, sekalian untuk Aini membersihkan dirinya.
Hampir satu jam Nini berbincang dengan neneknya Aini dan akhirnya mereka menyudahi percakapan itu. Mereka segera bergegas untuk pulang, dan nenek mengantar kepergian cucunya itu dengan raut wajah yang berat buat melepas Aini serta dengan senyuman bangga yang bersarang dibibirnya.
"Maaf, kalau boleh tahu, apa yang Nini bicarakan dengan nenek?"
"Nanti kamu akan saya beri tahu, untuk sekarang kamu ikuti saja apa yang saya perintahkan." tutur Nini yang membuat Aini makin penasaran dan juga takut saat teringat dengan ekspresi neneknya tadi. "Antarkan kami ke Mall terdekat." pintanya ke orang yang mengantar mereka itu.
"Baik, Madame." jawabnya.
Saat diperjalanan Aini hanya diam, dan saat di Mall Aini terus mengikuti dan melakukan apa yang diperintahkan Nini ke dirinya. Setelah puas berbelanja, Nini langsung mengajak Aini pulang kerumahnya.
Aini sungguh tercengang saat dia tiba dikediamannya Nini, tanaman bunga disepanjang mata memandang serta rumah yang begitu megah.
"Kumpulkan semua pelayan di taman samping, serta siapkan beberapa cemilan disana." perintah Nini ke wanita yang sejak tadi bersama mereka. "Hubungi Robi, Salman, Intan dan Erika, suruh mereka buat datang kesini, besok saat sarapan ada yang ingin saya sampaikan ke mereka." lanjutnya ke Maid yang menyambut mereka.
"Bagaimana dengan nona Luna." tanya Maid itu.
"Dia nanti saya yang bilang sendiri, ini menyangkut dirinya juga."
"Baik, Madame."
"Aini, ayo ikut saya." pinta Nini.
Aini mengikuti kemana Nini membawanya. Semua pelayan sudah berbaris rapi dihalaman tempat Nini membawa Aini serta beberapa hidangan tertata rapi diatas meja.
"Pall, apa yang saya pinta sudah kamu buat." ujar Nini sambil duduk dan di ikuti Aini juga.
"Sudah, dan ini yang Madame pinta." menyerahkan beberapa lembar kertas ke Nini.
"Bagus, Aini perkenalkan, dia Pall, kepala pelayan disini, dan Pall, seperti yang saya bilang tadi, kamu yang bertanggung jawab untuk segala jadwal Aini." ujar Nini sambil mengembalikan kertas tadi ke Pall. "Dan untuk kalian semua, mulai saat ini Aini adalah nona kalian, dan Aini sekarang kamu adalah anak saya, adik dari Luna, dan nama kamu Aini Horigh dan kamu jangan panggil Nini melainkan Mama ke saya, paham sayang."
"Maaf, saya masih belum paham maksudnya, dan juga bisakah nama saya tetap dengan nama asliku, Aini Andestia." tutur Aini dengan nada bingung.
"Saya sudah meminta izin ke nenek kamu untuk mengangkat kamu sebagai anak saya atau lebih tepatnya menjadi adiknya Luna biar tidak terjadinya perebutan kekuasaan, jika kamu mau tetap dengan nama lamamu tak apa tapi Horigh akan tetap menjadi nama keluarga kamu, dan satu hal lagi mulai sekarang kamu akan berlatih menjadi seorang wanita terhormat, dari kalangan bangsawan." tutur Nini.
Aini hanya bisa mengangguk mendengar perkataan Mama barunya itu. Para pelayan juga sudah mulai kembali kekerjaan mereka masing-masing setelah diperintahkan Nini untuk kembali.
Keesokan paginya. Seperti yang sudah diperintahkan Nini ke Maid kemarin, mereka sudah berada dirumah Nini tepat sebelum jam sarapan dimulai.
Beberapa hidangan sudah tertata rapi diatas meja, beberapa pelayan sudah berdiri rapi didekat meja makan itu. Rin, Karin, dan Nirmala sudah duduk tenang dimeja makan begitu juga dengan Robi dan lainnya juga sudah berada disana, menunggu orang yang memanggil mereka hadir diantara mereka.
"Mama ..." "Nini ..." ujar mereka saat orang yang ditunggu mereka tiba disana.
"Mama, apa yang ingin Mama bicarakan ke kami." tanya Intan atas pemanggilan diri mereka.
"Kita sarapan dulu, dan jangan ada yang banyak bertanya." tutur Nini.
Untuk beberapa sat setelah Nini berbicara seperti itu, hanya ada keheningan disana, tanpa memulai untuk sarapan.
"Nini, kenapa kita belum memulainya." tutur Rin.
Pertanyaan Rin tak dijawab, hanya ketegangan yang terjadi, sesaat setelah itu, seorang pelayan datang keruang makan bersama dengan seorang wanita yang begitu anggun dan terlihat muda.
Seorang wanita dengan berbalut gaun (?? ya bisa dibilang begitu) yang terbilang cukup simple, makeup yang setipis mungkin serta rambut yang tergerai bergelombang, mendekat kearah meja makan.
"Oh sayang, kamu sudah tiba, ayo sini gabung." tutur Nini yang membuat semua keheranan.
Aini hanya memberikan senyuman terbaiknya lalu berjalan mendekat dan duduk didekat Nini berada. Mereka memulai kegiatan pagi mereka, menyantap makanan mereka dengan tenang, namun tidak dengan pikiran mereka.
Beberapa menit sudah terlewati sejak mereka memulai untuk makan dan mereka akhirnya menyudahi. Beberapa pelayan datang dan merapikan segala sesuatu yang ada dimeja.
"Maaf Ma, ini ..." tutur Robi menanyai tentang situasi saat ini.
"Iya, Mama tahu jika kalian penasaran siapa dia, dan hal ini yang ingin dibicarakan dengan kalian."
Mereka semua hanya terdiam menanti penjelasan yang akan dikatakan oleh Nini.
"Robi, Salman, Intan, Erika, untuk kalian berempat mungkin ini sedikit mengejutkan buat kalian, apalagi diumur kalian saat ini."
"Ada apa sih, memangnya Ma." tanya Intan atas penuturan Mamanya.
"Mulai saat ini, dia akan menjadi adik kecil kalian dan berada dibawah nama Horigh."
"Tunggu dulu Ma, adik kecil kami, tapi setahu Robi, Luna itu anak satu-satunya, sebelum paman dan bibi meninggal." tutur Robi.
"Jadi, dia ini, bibi kami?"
"Iya, sekarang dia adalah Bibi/Tante kalian Rin, dan Robi yang kamu katakan itu memang benar, soalnya Mama baru mengangkat dia jadi anak."
"Apa Luna juga sudah tahu tentang ini Ma?" tutur Intan
"Belum, nanti Mama bicarakan ini ke Luna."
"Sebelum itu, nama adik kecil baru kita ini siapa Ma?" tanya Erika
"Namanya ..." Nini melirik ke Aini agar dia sendiri yang memperkenalkan dirinya.
"Namaku, Aini Andestia Horigh, Kak." jawab Aini atas permintaan Nini.
"Eh ... Aini ..." teriak Rin, Karin dan Nirmala terkejut.
Robi, Salman, Intan dan Erika hanya memasang wajah bodoh mereka saat mengetahui nama adik kecil baru mereka. Nini dan Aini hanya tersenyum melihat ekspresi mereka.
°
°