Genre: Petualangan, Misteri, Fantasi
Garis Besar Cerita:
Perjalanan Kael adalah kisah tentang penemuan diri, pengorbanan, dan pertarungan antara memilih untuk berpegang pada prinsip atau membiarkan kekuasaan mengendalikan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jaringan Yang Tak Terlihat
Rencana Kael
Perjalanan menuju prisma berikutnya semakin menantang. Gurun berbatu yang luas kini berganti menjadi kawasan lembah hijau yang dipenuhi tanaman merambat dan pepohonan tinggi. Namun, Alaric dan Kiran tidak lengah—kehadiran Kael, meski berguna, masih diragukan niatnya.
"Jadi, apa yang sebenarnya kau cari dari ini semua, Kael?" tanya Alaric, matanya tetap menatap ke depan.
Kael, yang berjalan santai di depan, hanya tertawa kecil. "Aku sudah mengatakan, aku di sini untuk memastikan kunci itu tidak jatuh ke tangan yang salah."
"Dan menurutmu tangan siapa yang benar?" potong Kiran tajam, pedangnya selalu dalam genggaman.
Kael berhenti, berbalik menghadapi mereka. "Itulah masalahnya. Tidak ada yang benar sepenuhnya, Kiran. Semua orang memiliki kepentingan. Tapi untuk sekarang, aku percaya pada kalian... setidaknya lebih daripada mereka yang mengejarmu."
Jawaban itu tidak sepenuhnya memuaskan, tetapi Alaric memilih untuk tidak memaksa. Ia tahu waktu akan mengungkapkan kebenaran tentang siapa Kael sebenarnya.
---
Jebakan Tak Terduga
Ketika malam tiba, mereka memutuskan untuk beristirahat di tepi sebuah sungai kecil yang mengalir tenang. Kiran, seperti biasa, mengambil alih tugas berjaga sementara Alaric mencoba memulihkan energinya.
Namun, dalam keheningan malam, Kael tampak gelisah. Ia duduk agak jauh dari mereka, menatap bintang-bintang dengan tatapan kosong.
Kiran memperhatikan dari sudut matanya. "Kau tidak tampak seperti orang yang punya tujuan jelas," katanya dengan nada rendah.
Kael tersenyum, tetapi senyuman itu penuh kepahitan. "Kau tidak tahu separuhnya, Kiran. Tidak semua orang punya kemewahan memilih takdir mereka sendiri."
Tiba-tiba, suara gemerisik datang dari pepohonan di sekitar mereka. Kael segera berdiri, tangannya meraih pisau yang tersembunyi di balik jubahnya. "Kita tidak sendirian."
Bayangan-bayangan muncul dari kegelapan, kali ini lebih banyak dan lebih terorganisir. Mereka tidak hanya datang untuk menyerang—mereka telah mempersiapkan jebakan yang sempurna.
"Kau membawa kita ke dalam perangkap!" seru Kiran dengan marah, menatap Kael.
"Tunggu dulu, ini bukan rencanaku!" Kael membalas, tetapi kemarahan Kiran tidak mereda.
Alaric segera memanggil pedang bayangannya, bersiap menghadapi musuh. "Tidak ada waktu untuk bertengkar! Bertahanlah!"
---
Musuh Baru: Pemburu Bayangan
Bayangan-bayangan itu lebih cepat dan lebih terampil daripada musuh sebelumnya. Mereka mengenakan baju zirah gelap yang memantulkan cahaya bulan, dan senjata mereka tampak berkilauan dengan energi magis.
Salah satu dari mereka, seorang pria tinggi dengan helm yang menutupi wajahnya, maju ke depan. "Alaric, kau tidak bisa lari lagi. Serahkan kunci itu sekarang."
"Kalau aku tidak mau?" tantang Alaric.
Pria itu mengangkat tombaknya, yang bersinar dengan energi merah. "Kalau begitu, kau akan mati di sini."
Pertempuran segera pecah. Alaric mencoba menahan pria bertombak itu, sementara Kiran dan Kael melawan pasukan lainnya. Namun, mereka segera menyadari bahwa ini bukanlah pertempuran yang bisa mereka menangkan dengan mudah.
Kunci bayangan di tangan Alaric mulai bergetar, seolah mencoba memperingatkannya akan sesuatu. Ia menutup matanya sejenak, mencoba memahami pesan itu. Dan dalam kegelapan pikirannya, ia mendengar suara.
"Gunakan aku... lebih dalam dari sebelumnya."
---
Membuka Energi Baru
Alaric menggenggam kunci bayangan lebih erat. Ia membiarkan energinya mengalir, dan kali ini, ia tidak hanya menciptakan pedang—tetapi juga perisai yang terbuat dari bayangan pekat.
Pria bertombak itu tampak terkejut. "Jadi, kau mulai memahami potensi kunci itu... Tapi itu masih belum cukup!"
Ia menyerang dengan kecepatan luar biasa, tetapi perisai bayangan Alaric mampu menahan serangannya. Dengan satu gerakan cepat, Alaric memutar pedangnya, menebas tombak pria itu hingga patah.
Sementara itu, Kiran dan Kael bekerja sama untuk mengalahkan pasukan lainnya. Meski hubungan mereka belum sepenuhnya harmonis, mereka mulai menemukan irama dalam pertarungan bersama.
"Kau cukup bisa diandalkan," ujar Kiran kepada Kael sambil menebas musuh di depannya.
"Dan kau tidak seburuk kelihatannya," balas Kael dengan senyum tipis.
---
Kemunculan Penguasa Baru
Ketika pertempuran tampaknya akan berakhir, suara tepuk tangan yang pelan namun menghentikan segalanya bergema di sekitar mereka. Dari bayangan pepohonan, seorang wanita dengan pakaian gelap yang elegan muncul.
"Menarik sekali," katanya, suaranya penuh dengan kekuatan dan keanggunan. "Aku tidak menyangka akan menemukan kalian di sini."
Kael tampak terkejut melihat wanita itu. "Astaga... kau?"
Wanita itu menatap Kael dengan senyum tajam. "Apa kau pikir bisa lari dariku, Kael? Kau lupa siapa yang memberimu tugas."
Alaric dan Kiran segera memahami situasinya—Kael telah bekerja untuk wanita ini, tetapi kini ia memilih untuk mengkhianatinya.
"Siapa dia?" tanya Alaric, matanya tetap waspada.
Kael menelan ludah. "Dia... adalah Althea. Salah satu pemimpin Pemburu Bayangan."
Althea tertawa kecil. "Dan Kael, aku kecewa padamu. Aku pikir kau lebih pintar daripada mengkhianatiku untuk dua orang bocah ini."
Alaric melangkah maju, pedang bayangannya bersinar. "Jika kau menginginkan kunci ini, kau harus melawanku."
Althea tersenyum dingin. "Oh, aku akan melawanmu, Alaric. Tapi bukan sekarang. Nikmati kemenangan kecilmu ini, karena aku akan kembali dengan kekuatan penuh."
Dengan satu gerakan tangan, Althea menghilang bersama sisa pasukannya, meninggalkan Alaric, Kiran, dan Kael yang masih terengah-engah.
---
Ikatan yang Mulai Terbentuk
Malam itu, setelah semuanya tenang, Alaric duduk bersama Kiran dan Kael di dekat api unggun.
"Jadi, kau dulu bekerja untuk mereka," ujar Kiran, matanya menusuk Kael.
Kael mengangguk pelan. "Ya. Tapi percayalah, aku tidak punya pilihan. Mereka menguasai setiap aspek kehidupanku."
"Tapi sekarang kau di sini," kata Alaric. "Kau memilih untuk membantu kami. Kenapa?"
Kael terdiam sejenak sebelum menjawab. "Karena aku melihat sesuatu dalam dirimu, Alaric. Kau mungkin adalah satu-satunya yang bisa menghentikan mereka."
Alaric tidak menjawab, tetapi ia tahu bahwa kepercayaan adalah sesuatu yang harus dibangun, bukan diberikan begitu saja.
---
Langkah ke Prisma Berikutnya
Saat fajar menyingsing, mereka kembali melanjutkan perjalanan, meninggalkan lembah di belakang mereka. Di kejauhan, pegunungan yang menjulang tinggi mulai terlihat—tempat yang diyakini sebagai lokasi prisma berikutnya.
Namun, bayangan masa lalu mereka masih mengikuti di belakang, dan pengkhianatan yang lebih besar mungkin menanti di depan.
😄😄😄
Good job...!!!