NovelToon NovelToon
Bayang-Bayang Terlarang

Bayang-Bayang Terlarang

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Gita Arumy

Mengisahkan Tentang Perselingkuhan antara mertua dan menantu. Semoga cerita ini menghibur pembaca setiaku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Arumy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apakah Aku Bukan Anak Kandung Mama

Apakah Aku Bukan Anak Kandung Mama?

Pertanyaan yang tak terucapkan itu berputar-putar dalam pikiran Nisa, seperti lingkaran yang semakin mempersempit ruang pikirannya. Setelah percakapan dengan ibunya beberapa hari yang lalu, luka di hatinya semakin dalam. Setiap kali ia mencoba menenangkan diri, bayangan tentang hubungan gelap antara Maya dan Arman kembali menghantui pikirannya. Rasa sakit itu membuatnya bertanya-tanya, dengan getir, Apakah aku bukan anak kandung Mama?

Selama bertahun-tahun, Nisa telah menganggap Maya sebagai ibu yang selalu melindunginya, yang selalu ada untuknya. Mereka berbagi tawa, tangis, dan semua hal yang biasanya hanya dimiliki oleh ibu dan anak. Namun, kenyataan baru yang terungkap mengubah segalanya. Nisa mulai meragukan apakah cinta yang ia terima selama ini adalah cinta yang tulus dari seorang ibu, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam yang tersembunyi selama ini.

Suatu sore, Nisa duduk sendiri di ruang tamu, menatap kosong ke luar jendela. Pikirannya terus mengulang-ulang satu kalimat yang semakin menggerogoti hatinya: Apakah aku benar-benar anak kandung Mama?

Ia mencoba mencari jawaban, mencari petunjuk dari masa lalu yang mungkin bisa menjelaskan segalanya. Namun, semakin ia mencoba menggali kenangan-kenangan itu, semakin ia merasa terjepit dalam kebingungannya. Tidak ada yang pernah mengungkapkan hal itu padanya. Tidak ada yang memberinya alasan mengapa ia merasa begitu terasing dengan ibunya sendiri.

Ketika Maya masuk ke ruang tamu, Nisa menatapnya dengan tatapan yang penuh tanya. Maya terlihat kelelahan, dan Nisa bisa merasakan ketegangan yang ada di antara mereka. Maya mencoba tersenyum, tetapi senyumnya tampak dipaksakan, seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan.

"Nisa, ada apa? Kenapa kamu tampak begitu termenung?" tanya Maya dengan lembut, meskipun ada ketegangan dalam suaranya.

Nisa menatap ibunya dengan tatapan yang sulit dijelaskan, kemudian dengan suara yang agak gemetar, ia bertanya, "Mama, kenapa selama ini Mama tidak pernah memberitahuku tentang hubungan Mama dan Papa?"

Maya terdiam, tampak terkejut dengan pertanyaan itu. Ia menghela napas panjang, dan matanya mulai berkaca-kaca. "Nisa, itu... itu bukan sesuatu yang mudah untuk dijelaskan."

"Kenapa Mama tidak pernah memberitahuku? Aku sudah merasa ada yang aneh, tapi Mama selalu diam," Nisa melanjutkan dengan suara penuh luka. "Aku bertanya-tanya, apakah aku ini anak kandung Mama? Apa aku benar-benar anak Mama? Atau ada yang disembunyikan dari aku?"

Kata-kata itu mengguncang Maya hingga ke dasar hatinya. Maya terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Rasa sakit dan penyesalan begitu mendalam, namun ia tahu bahwa tidak ada kata-kata yang bisa mengubah perasaan Nisa yang terluka.

"Nisa..." Maya akhirnya berkata dengan suara pelan. "Aku... aku tidak tahu bagaimana menjelaskan semuanya. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku selalu mencintaimu, meskipun aku telah membuat kesalahan besar."

Nisa merasa ada sesuatu yang hancur dalam dirinya. Perasaan yang selama ini ia pertahankan tentang hubungan mereka, tentang keluarganya, kini terasa begitu rapuh. "Jadi, aku bukan anak kandung Mama? Benarkah begitu?" Nisa bertanya dengan suara nyaris tak terdengar, berharap, meskipun ia tahu itu adalah pertanyaan yang tidak akan pernah bisa dijawab dengan sempurna.

Maya terkejut mendengar pertanyaan itu. Matanya mulai berkaca-kaca, dan ia hampir tidak bisa menahan emosinya. "Tentu saja kamu anak kandung Mama, Nisa. Aku melahirkanmu. Kamu adalah darah dagingku. Jangan pernah meragukan itu." Suaranya bergetar, penuh dengan kesedihan. "Tapi apa yang terjadi sekarang... itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku."

Nisa merasa dadanya sesak. Walaupun ibunya mengucapkan kata-kata itu, rasa sakit di hatinya masih mengganjal. Bagaimana mungkin semuanya bisa terjadi seperti ini? Bagaimana mungkin hubungan yang seharusnya penuh kasih malah berakhir dengan luka yang begitu besar? Perasaan terluka yang terpendam begitu lama kini meledak menjadi kebingungannya tentang identitasnya, tentang dirinya sebagai anak.

"Aku merasa seperti ada yang hilang dalam diriku, Mama," ujar Nisa dengan suara yang penuh kebingungan. "Aku tidak tahu lagi siapa diriku, siapa kita sebenarnya. Semua yang selama ini aku tahu tentang keluarga kita, tentang Mama, kini terasa kosong."

Maya terdiam, tidak tahu harus berkata apa lagi. Rasa sakit yang dirasakan Nisa semakin menghujam. Ia ingin memeluk anaknya, memberi kenyamanan, tetapi ia tahu bahwa apa yang telah terjadi antara dirinya dan Arman terlalu dalam untuk bisa diperbaiki hanya dengan kata-kata.

"Aku tidak tahu apa yang bisa aku katakan untuk menyembuhkan semua ini," Maya akhirnya berkata, suaranya hampir tak terdengar. "Aku hanya ingin kamu tahu, Nisa, aku sangat menyesal. Aku tidak pernah bermaksud untuk melukaimu. Aku tahu aku telah menghancurkan kepercayaanmu, dan itu adalah kesalahan besar."

Nisa menatap ibunya lama, mencoba mencerna semuanya. Tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa perasaan itu tidak akan mudah hilang. Meskipun Maya mengatakan bahwa ia tetap anak kandungnya, Nisa merasa ada jarak yang begitu besar antara mereka. Perasaan terasing itu semakin dalam, dan ia tidak tahu bagaimana cara untuk mengembalikan semuanya seperti semula.

"Nisa, aku tahu ini berat untukmu," kata Maya, mencoba menyentuh tangan Nisa, tetapi Nisa menarik tangannya. "Aku tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi aku berharap kamu bisa memaafkanku suatu hari nanti."

Nisa tidak menjawab. Ia hanya berdiri, berbalik dan pergi ke kamarnya. Ia merasa terlalu hancur untuk melanjutkan percakapan itu. Setiap langkah yang ia ambil terasa berat, seperti ia sedang menanggung beban yang tak bisa dipikulnya lagi.

Saat pintu kamar tertutup, Nisa terjatuh di atas tempat tidur. Air matanya mengalir tanpa bisa ditahan lagi. Semua yang ia pikirkan tentang cinta dan keluarga kini terasa seperti bayangan yang memudar. Rasa sakit itu mengisi setiap sudut hatinya.

Namun, meskipun semua terasa hancur, Nisa tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk berdiri kembali. Ia tidak bisa membiarkan rasa sakit ini menguasai hidupnya selamanya. Luka itu mungkin tak akan pernah sembuh sepenuhnya, tetapi ia harus mencari cara untuk melanjutkan hidupnya, meskipun tanpa kepercayaan yang pernah ada.

Pertanyaan tentang apakah ia anak kandung Maya atau bukan, mungkin takkan pernah terjawab sepenuhnya. Tetapi yang jelas, Nisa harus mencari jati dirinya sendiri, jauh dari bayang-bayang keluarga yang telah mengkhianatinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!