Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perencanaan
Bagaimana? Bukankah ini sedikit mirip dengan peristiwa dua puluh tahun lalu?q" Tuan Alex memandangi wajah si pemilik bar dengan penuh kebencian.
"Hanya saja orang-orang yang membakar bar itu bukanlah orang-orang biadab seperti dua puluh tahun lalu. Tambahnya lagi. Suaranya kembali bergetar penuh amarah di dalamnya. Andan mendekati tuan Alex.
"Ku rasa tuan perlu istirahat. Serahkan orang-orang ini pada penjaga tahanan." Bisik Andan pada tuan Alex. Tuan Alex berdiri, sekali lagi ia menoleh ke arah para tahanan lalu meludah ke arah mereka. Kemudian melangkah keluar dari jeruji besi itu.
"Pastikan orang-orang ini menderita!" Perintahnya terdengar penuh dengan ancaman. Penjaga tahanan mengangguk hormat. Tuan Alex melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar.
Dari balik jeruji besi si gadis penghibur menatap tuan Alex dengan penuh luka dan marah. Ada semacam duri yang menusuk-nusuk hatinya, rasanya sangat sakit. Bagaimana mungkin ia sempat mengagumi lelaki tampan itu padahal ternyata lelaki itu sungguh kejam. Para perempuan lainnya juga menatap tuan Alex dengan tatapan luka dan kecewa. Tatapan benci yang di sertai amarah. Rasanya lelaki itu terlalu mempesona untuk berlaku sekejam itu. Rasanya lelaki itu terlalu tampan untuk berbuat sejahat ini. Sebenarnya apa salah mereka hingga tuan Alex memperlakukan mereka seperti iblis yang layak menerima hinaan dan siksaan. Tuan Alex menoleh ke arah para tahanan perempuan itu. Ekspresinya sangat sulit untuk di gambarkan.
"Tuan istirahat di kamar tuan yang di lantai bawah? Atau tuan akan istirahat di menara?" Andan bertanya dengan berusaha menyeimbangi langkah kaki tuan Alex.
"Aku ingin menginap di hotel. Besok kita akan bertemu dengan pengusaha dari luar negeri. Mereka ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan kita. Ingat, saya selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan para pengusaha meskipun perusahaan itu kecil, asalkan bisa terpercaya."
"Baik tuan, saya akan segera memesan kamar hotel." Tanpa jeda Andan segera mengeluarkan HPnya dari saku. Untuk beberapa saat kemudian ia bicara di telpon.
"Sebelum hari esok tuan tidak ada jadwal apapun. Apa tuan akan melakukan sesuatu yang menyenangkan?"
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Andan itu tuan Alex menghentikan langkah kakinya. Menatap Andan dengan penuh selidik. Andan tersenyum menanggapi tatapan itu.
"Melakukan hal menyenangkan? Misalanya?"
Lanjutnya kemudian.
Tuan Alex melanjutkan langkahnya tak berniat mendengar jawaban Andan. Sementara Andan masih berdiri, senyum misteri masih menghiasi wajahnya. Spontan ia berkata.
"Misalnya menggoda para gadis tuan!" Kalimat itu kembali membuat tuan Alex menghentikan langkah kakinya. Kemudian menoleh lagi.
"Apa di otak mu hanya ada para gadis?"
"Bukan untuk saya tuan, tapi untuk tuan!"
"Apa menurut mu aku terlihat seperti orang yang hobby menggoda para gadis? Ah, dasar play boy."
Tuan Alex melanjutkan langkahnya.
"Apa? Aku di tuduh playboy? Yang benar aja tuan Alex ini." Andan menggerutu pada dirinya sendiri.
"Jadi tuan Alex setuju dengan menggoda para gadis ataau tidak?" Kini Ramly mendekati Andan dengan kepo. Andan meliriknya sekilas.
"Ku rasa kita harus mengirim putri kayangan untuk membuatnya jatuh cinta. Kaya, tampan, pintar tapi jomlo. Sungguh menyedihkan."
Andan mengikuti langkah tuan Alex. Sambil berjalan di belakang tuan Alex Andan menghubungi Raffy, mengetik beberapa pesan WA lalu mengirimnya dengan senyum penuh arti. Saat Raffy menerima pesan dari Andan lelaki itu tersenyum lebar.
"Oke! Akan ku urus." Raffy menekan tombol kirim.
"Oke! Semoga kali ini berhasil. Teman tampan ku itu tidak akan menjomlo lagi." Gumamnya penuh semangat. Kemudian menghubungi seseorang dan membuat janji bertemu. Secepat kilat ia keluar dari kafe tempatnya nongkrong, lalu memasuki mobil dengan penuh semangat. Saat ia sudah mulai menyetir tiba-tiba HPnya bergetar pertanda ada pesan masuk, dengan tidak sabar Raffy segera mengeluarkan HPnya.
"Namanya Angelica. Gadis ini juga salah satu di antara gadis-gadis yang menyukai tuan Alex. Gadis ini juga cantik pasti tuan Alex akan menyukainya. Raffy tersenyum membaca pesan itu.
Namun tuan Alex itu sangat susah di hadapi."
Gumamnya dalam hati dan kini mempercepat laju mobil yang ia kendarai. Ia tidak mau gagal karna terlambat. Kali ini tempat yang di tuju adalah sebuah restoran mahal. Ia akan bertemu gadis itu di sana.
Raffy segera memasuki restoran itu, lelaki itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Mencari di mana gerangan orang yang akan ia temui. Seorang lelaki berjas hitam melambai ke arahnya. Raffy tersenyum lebar. Lelaki berjas iu adalah temannya, seorang gadis cantik duduk di sebelah lelaki berjas hitam itu. Bajunya seksi, tubuhnya tinggi semampai, rambut gelombang kekuningan senada dengan kulit putihnya. Raffy menghampiri dua orang itu. Matanya memperhatikan gadis itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. Raut wajahnya tampak seperti sedang berfikir.
"Bukankah ku katakan pada mu membawa gadis berhijab? Kenapa malah bawa gadis seksi seperti ini?" Raffy terlihat kecewa.
"Apa menurut mu ada gadis berhijab yang mau di bawa ke hotel untuk menggoda lelaki Sebodoh-bodohnya gadis berhijab ia tidak akan mau jika ia masih waras." Lelaki berjas itu memjawab dengan raut wajah yang sedikit tegas bercampur lelah. Tangannya terlipat di dadanya, sementara punggungnya bersandar di kursi.