DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM6
"Pada naik taksi aja semuanya, kebetulan mobil udah ku jual, tuh!" jelas Hana santai.
"APA?!"
Seru kompak dari semua yang ada di ruangan itu, kala mendengar Hana telah menjual mobil.
Damar memijat pelipisnya. "Terus nanti Mas kerja pakai apaan? -- Atau kamu mau beli mobil baru ya, Yank?"
"Kan bisa naik taksi, Mas. Atau, kalau mau murah ... ya naik angkot aja." Saran Hana cuek. Wanita itu duduk di sofa, semua mata memandang nya tak suka. "Mobil baru ya? Hmm ... kayaknya enggak deh, Mas. Aku gak punya uang soalnya."
"Gak punya uang gimana?! Kan kamu baru aja jual mobil?!" Jumiah berkacak pinggang.
"Oh, perkara itu? Semua uang penjualan mobil, sudah aku sumbangkan ke yayasan, Bu," dusta Hana, padahal yang disumbangkan ke yayasan hanya setengah dari penjualan mobil saja.
"Selain mandul, kamu juga gila ya, Hana?!" suara Jumiah meninggi.
Di sudut ruangan, Kemala dan Mayang tertawa kecil mendengar Hana dihina.
"Bu ...!" bentak Damar.
"Bela terosss, makanya bini mandulmu itu jadi gede kepala! Sekarang udah kayak gini, nanti kalau ibu mau pergi arisan naik apa, Damar?! Dasar menantu gak punya otak!" Jumiah membuang muka, Tuti diam-diam tersenyum saat melihat mertuanya murka.
"Sudahlah, Bu." Damar menghela napas panjang, lalu menatap Hana. "Yank, kenapa kamu jual mobilnya sih? Kamu tuh gak mikir dua kali ya sebelum bertindak?"
Hana terkekeh, "Justru aku sudah memikirkan hal itu berkali-kali, Mas. -- Kenapa aku menjual mobil itu? Pertama, mobil itu milikku, aku membelinya dengan uang ku sendiri. Jadi, mau aku jual, mau aku sedekahkan ke orang, atau mau aku buang ke jurang sekalipun ... itu HAK ku. -- Kedua, aku jijik dengan mobil itu. Mobil yang ku dapatkan dari hasil kerja keras ku, ternyata seringkali di pakai untuk berzinah ... dengan wanita yang berbeda-beda pula."
Damar terperanjat, wajahnya berubah kelam. Telinga pria itu bagai ditusuk besi panas.
'Bagaimana istriku bisa tau?!' batin Damar berteriak.
"Kamu jangan fitnah Mas Damar ya, Mbak!" Tuti gusar, ia tak terima.
"Fitnah?" Hana tertawa. "Kenapa? Gak enak ya mendengar fakta ini? -- Hati-hati, bisa aja ntar wanita yang juga kamu kenal tiba-tiba datang meminta pertanggungjawaban dari suami mu, eh suami kita."
"Hana ...!" bentak Damar.
Hana melirik sinis, lalu beranjak dari duduknya. Wanita itu melangkah dengan wajah datar, menuju ke kamar.
Bagitu Hana masuk ke kamar, Tuti memelototi Damar. Meminta penjelasan untuk ucapan kakak madunya.
"Enggak ada, Tuti. Hana cuma ngelantur, mana? Buktinya aja gak ada," Damar berkilah.
Tuti menyilangkan kedua tangan di dada, wajahnya masam dan mendadak buruk rupa. Ia masih tak percaya, hatinya sedikit cemas akan apa yang dikatakan Hana.
"Jadi ini kita pulang mau naik apa, Damar?" Fatur terlihat tak sabar.
"Sebentar ya, Yah. Damar coba pinjam mobil tetangga dulu," Damar tersenyum hambar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Damar menepikan mobil tiga baris itu tepat di toko buah. Dia bersiap-siap hendak keluar.
"Ngapain ke toko buah, Mas?" tanya Tuti yang duduk di samping kursi kemudi.
"Iya, di rumah kan ada buah-buahan. Sisa acara tadi, masih banyak," Jumiah tampak heran.
"Buat Hana, Bu. Hana suka anggur, itu pada seger-seger kayaknya." Damar menatap tumpukan buah-buah segar dari dalam mobil.
"Halah, ngapain pakai dibelikan buah segala, Mas Damar. Kalau gak bisa ngasih keturunan gak usah dibeliin apa-apa deh, jangan di manjain. Ngelunjak entar loh," hasut Mayang.
"Tau tuh, dari pada kamu beliin Hana, mending kamu beliin buat Tuti. Jelas-jelas Tuti sedang mengandung anakmu, ibu hamil biasanya kan ngidam," timpal Jumiah.
Damar menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kamu pengen buah apa, Tut?"
"Beliin aja buat Mbak Hana, aku udah gak minat!" Tuti cemberut.
Wanita itu sedang cemburu. Dia yang mengandung, tapi, Damar malah berniat membelikan buah kesukaan sang istri pertama.
Damar menghembuskan napas kasar, ia lekas keluar, mengabaikan Tuti yang tengah merajuk. Tindakan Damar membuat wajah Tuti semakin masam.
Damar memilih aneka anggur kesukaan Hana, sambil memilih, bibirnya ikutan tersenyum.
"Semoga Hana gak ngambek lagi."
Setelah membayar buah-buahan tersebut, Damar lekas kembali ke mobil. Suasana dalam mobil begitu riuh.
"Pada ngomongin apaan, sih? Kayaknya seru banget," Damar penasaran.
"Kita-kita lagi ngomongin Mas Damar sama Mbak Hana," jawab Mayang.
"Wah, pantes telinga Mas berdengung tadi," seloroh Damar. "Emang ngomongin tentang apa?"
"Mereka pada bertanya-tanya, Sayang. Kok bisa kamu jatuh cinta sama Mbak Hana. Jadi mereka menebak-nebak, jawaban mereka di luar nurul semua. Makanya kita-kita pada ketawa," jawab Tuti.
Damar mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Gak ada alasan untuk gak jatuh cinta sama Hanabi. Dia cantik, menarik, baik, intelektual, pekerja keras, royal. Dan yang paling penting, dia susah didapatkan, gak kayak cewek-cewek kebanyakan. Mas ngejer-ngejer Mbak mu itu sampai dua tahun loh, baru ada secercah harapan. Pokoknya, Mas ngerasa beruntung aja bisa ngedapetin mbak mu, Tut."
Jawaban Damar seperti tamparan keras untuk Tuti, apalagi Damar berhasil mencicipi tubuhnya hanya setelah dua hari mereka PDKT.
"Tapi gak ada gunanya, karena dia cuma wanita mandul," cibir Jumiah.
Semua orang di dalam mobil itu tergelak, kecuali Damar. Bahkan Fatur, ayahnya Hana pun ikut tertawa saat putrinya tengah diolok-olok.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Rumah minimalis dua kamar itu terlihat sunyi. Tuti sedang merenung di kamarnya sendirian, Jumiah juga sudah kembali ke rumah Dinar. Sedangkan Damar, pria itu tengah sibuk membujuk Hana dengan aneka anggur bawaannya.
"Gimana, Sayang? Enak?" Damar menatap lembut saat Hana menyantap anggur pemberian nya dengan nikmat.
Hana mengangguk singkat, lalu kembali mengunyah buah favoritnya.
Sembari menatap wajah sang istri tercinta, Damar sebenarnya sedang was-was. Ia cemas jika tiba-tiba Hana kembali membahas tindakan asusila nya di dalam mobil sang istri. Namun, pria itu tampaknya bisa bernafas lega, tak ada tanda-tanda dari Hana untuk membahas masalah tersebut.
'Tapi, Hana tau dari mana ya perbuatan ku? Padahal dashcam sudah aku akalin.' Damar bertanya-tanya di dalam hati.
Damar dengan sabar menunggu Hana melahap buah kesukaannya hingga tak bersisa.
Begitu Hana selesai makan, tanpa aba-aba, bibir Damar langsung menyambar bibir ranum milik Hana.
Wanita berambut coklat gelap itu gelagapan, tapi, ia tak menolak. Meskipun ia benci dan muak pada pria yang sudah mengkhianati cinta nya, ia tetap membiarkan Damar mengulum lembut bibir indahnya. Hana paham, Damar masih memiliki hak dengan tubuhnya.
Kecupan-kecupan lembut perlahan mulai memanas. Desahan kecil lolos dari kedua bibir pasangan itu.
Damar menyingkap baju tidur yang dikenakan Hana, baju favorit pemberiannya. Tangan pria itu, mulai nakal, membelai setiap jengkal tubuh Hana yang terlihat begitu seksi.
Hana memejamkan kedua matanya, tubuh indah itu mulai menggeliat.
'Haruskah aku melakukan kewajiban ku? Aku membencimu, Mas. Tapi, tak bisa ku pungkiri, aku juga masih mencintaimu.' batin Hana dilema.
Kini Hana memegang kendali, wanita itu melumat bibir Damar. Namun, aksi Hana terpaksa terhenti kala ia mendengar suara pintu diketuk.
Tok!
Tokk!
Tokkk!
"Mas Damar, kamu udah tidur belum ya?"
*
*
*
Readers? Kesel ya? Sing sabaaaar, ujian bab awal 🤣