Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuju Estyor
Bab 19-
Pagi itu, istana Taewon diselimuti suasana yang tegang. Di dalam ruang pertemuan yang megah, Raja Arthur De Espencer menunggu kedatangan Raja Peri Acros. Kekhawatiran akan retakan dunia bawah yang semakin parah menjadi topik utama yang harus dibahas. Rumor tentang para iblis yang mungkin memimpin kekacauan tersebut membuat semua pihak merasa terancam, dan mereka butuh solusi secepat mungkin.
Ketika pintu besar ruang pertemuan terbuka, Raja Peri Acros melangkah masuk dengan anggun, mengenakan jubah perak yang berkilau dan dihiasi motif daun. Wajahnya tenang, tetapi di matanya terdapat kedalaman yang mencerminkan banyaknya pengetahuan dan pengalaman yang telah ia kumpulkan selama bertahun-tahun.
"Terima kasih telah memanggilku, Raja Arthur," ujar Acros, suaranya lembut namun penuh wibawa. "Aku datang untuk membahas situasi yang semakin genting ini."
Arthur mengangguk, matanya penuh perhatian. "Terima kasih sudah datang, Acros. Situasi di dunia bawah telah mengkhawatirkan. Kita perlu merencanakan langkah selanjutnya untuk mencegah ancaman yang lebih besar."
Keduanya duduk di kursi yang telah disediakan, dan segera diskusi tentang retakan dunia bawah dimulai. Arthur menjelaskan semua informasi yang mereka dapatkan mengenai aktivitas aneh di batas-batas dunia, yang menunjukkan bahwa para iblis mungkin sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar dari sebelumnya. Setelah berbincang cukup lama, suasana mulai tenang, tetapi Arthur merasa ada yang kurang. Tiba-tiba, sebuah pikiran melintas di benaknya. "Acros," katanya dengan nada serius, "aku ingin bertanya tentang ramalan. Selama ini, kau dikenal memiliki ramalan yang akurat dan telah diturunkan dari generasi ke generasi. Apakah ramalan tersebut mencakup tentang dunia bawah?"
Raja Peri Acros terdiam sejenak, seolah merenungkan pertanyaan itu. Tatapannya menjadi jauh, dan Arthur bisa merasakan ada sesuatu yang dalam di balik sikap tenangnya.
"Ramalan memang memiliki kekuatan yang mendalam, Raja Arthur," jawab Acros akhimya, suaranya menandakan sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. "Tapi, seperti biasa, ramalan juga membawa pesan yang tersirat."
Arthur mengerutkan dahi, merasakan bahwa jawaban Acros tidak sepenuhnya jelas. "Apa maksudmu dengan pesan yang tersirat? Apakah ada yang harus kita waspadai?"
Acros menatap Arthur dengan tajam, dan dalam sekejap, suasana di ruangan terasa semakin berat. "Aku telah mempersiapkan untuk itu," jawabnya, suaranya penuh misteri. "Segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir yang lebih besar. Kadang, kita harus melihat lebih dalam untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi."
Pernyataan Acros membuat Arthur merasa bingung. "Apa yang kau maksud dengan mempersiapkan untuk itu? Apakah ada sesuatu yang belum kuketahui?"
Raja Peri Acros hanya tersenyum tipis, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia tidak akan mengungkapkan semua rahasia yang ada. "Bisa jadi, Raja Arthur, bahwa saat ini kita berada di ambang perubahan besar. Namun, perubahan itu tidak selalu membawa kehancuran. Ada harapan dalam setiap kesulitan."
Arthur merasa seolah ada banyak hal yang ingin disampaikan Acros, tetapi tak bisa ia ungkapkan secara langsung. "Apakah ini berkaitan dengan sesuatu yang lebih personal? Atau bahkan...?" pikirnya, sambil merenungkan kata-kata Acros.
"Bisa jadi, semua ini akan terungkap pada waktunya," jawab Acros, suaranya penuh dengan kebijaksanaan. "Tapi ingatlah, Raja Arthur, terkadang kita harus bersiap menghadapi ketidakpastian dengan keberanian dan kebijaksanaan."
Setelah perbincangan itu, suasana di dalam ruangan kembali tenang. Namun, dalam hati Arthur, rasa ingin tahunya semakin membara. Dia merasakan bahwa Acros tahu lebih banyak dari yang diungkapkannya, dan kata-kata tersebut hanya menambah lapisan misteri yang melingkupi situasi mereka saat ini.
Ketika pertemuan selesai dan Acros bersiap untuk pergi, Arthur memandangi Raja Peri dengan serius. "Acros, terima kasih atas segala informasi dan kebijaksanaanmu. Kita akan menghadapi ancaman ini bersama."
Acros mengangguk, lalu melangkah pergi, meninggalkan Arthur dengan pikiran yang penuh tanda tanya. Dengan setiap langkah Raja Peri menjauh, Arthur merasa bahwa ancaman dari dunia bawah dan ramalan yang belum terungkap akan segera membawanya pada pertemuan tak terduga di masa depan.
Di balik semua itu, ada sesuatu yang lebih dalam-bayi dalam kandungan Rere, yang mungkin adalah kunci untuk memahami semua ramalan dan ancaman yang akan datang. Raja Peri hanya tersenyum tipis sembari memandang lurus ke depan.
Malam itu, suasana di istana Taewon berubah drastis ketika kabar tentang retakan dunia bawah muncul kembali. Kali ini, retakan itu terjadi di wilayah Estyor, tepat di jantung kekuasaan Josh De Estyor. Alarm segera dibunyikan, dan semua orang bergerak dengan cepat untuk menanggapi ancaman tersebut.
Di ruang pertemuan cepat, Putra Mahkota Arion menerima perintah langsung dari Raja Arthur. Dia dan Jenderal Kylen ditugaskan untuk segera pergi ke Estyor dan menangani masalah yang muncul. Retakan dunia bawah yang tiba-tiba muncul ini membawa kekhawatiran besar, karena tak ada yang tahu apa yang akan muncul dari balik retakan tersebut.
Namun, sebelum mereka berangkat, ada satu sosok yang juga bersiap untuk ikut: Rere, utusan peri. Dia berdiri di dekat pintu, mengenakan jubah peri berwarna putih yang khas, siap untuk ikut dalam misi itu. Namun, Arion, yang sudah mempersiapkan diri, menghentikannya dengan wajah tegas.
"Rere, kau tidak bisa ikut," kata Arion dengan nada tegas. "Ini terlalu berbahaya."
Rere menatapnya dengan tatapan penuh tekad, tidak gentar dengan kata-kata Arion. "Aku harus ikut, Arion. Ini adalah tugasku sebagai utusan peri. Jika retakan itu muncul lagi, itu bisa berhubungan dengan alam kami. Aku bisa membantu."
Arion menghela napas panjang, merasa bahwa situasi ini menjadi lebih rumit dari yang ia bayangkan. "Retakan dunia bawah ini berbeda, Rere. Kau tidak perlu mempertaruhkan nyawamu untuk ini. Aku yang akan mengurusnya bersama Jenderal Kylen."
Namun, Rere tidak mundur sedikit pun. "Aku tidak bisa hanya berdiri dan menonton, Arion. Peranku sebagai utusan peri adalah memastikan keseimbangan antara dunia manusia dan dunia peri. Jika ini berhubungan dengan dunia bawah, aku harus ada di sana."
Arion menatapnya dengan frustasi. Kehadiran Rere membuatnya semakin khawatir, dan dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia merasakan sesuatu yang lebih terhadapnya, meskipun perasaan itu sulit dijelaskan. Dia merasa bertanggung jawab atas keselamatannya, meskipun di sisi lain dia tahu bahwa Rere sangat bertekad.
Sebelum Arion bisa menjawab lagi, pintu terbuka dan Victor, ajudannya, masuk dengan senyum jahil di wajahnya. "Oh, ini menarik," katanya, sambil memandang Arion dan Rere. "Putra Mahkota terlalu khawatir terhadap utusan peri yang bahkan tidak memiliki hubungan resmi dengannya."
Arion mendengus, matanya menyipit memandangi Victor. "Diamlah, Victor. Ini bukan lelucon. Situasinya serius."
Victor hanya tertawa kecil, kemudian melangkah mendekat. "Ya, ya, aku tahu. Tapi tetap saja, Arion. Kau terlalu keras kepala jika menyangkut Rere. Dia bukan gadis biasa, dan dia bisa menjaga dirinya sendiri. Atau... mungkin ada alasan lain kau begitu khawatir?"
Arion merasa wajahnya sedikit memerah, tapi dia segera menyembunyikan reaksinya. "Tidak ada alasan lain. Ini murni soal keselamatan. Aku tidak mau ada orang yang terluka di bawah perintahku."
Victor mengangguk pelan, tapi senyumnya tidak hilang. "Tentu saja. Tapi tetap saja, tidak ada salahnya membiarkan Rere ikut. Kau tahu dia bisa berguna," Rere tetap diam selama percakapan ini, tetapi tatapannya tidak goyah. Dia menunggu keputusan Arion, meskipun jelas bahwa dia tidak akan mundur.
Akhirnya, Arion menghela napas panjang, menyerah pada tekad kuat Rere. "Baiklah," katanya pelan, "kau bisa ikut. Tapi kau harus berhati-hati. Jangan bertindak tanpa pikir panjang."
Rere tersenyum tipis, tanda terima kasihnya yang sederhana. "Terima kasih, Arion. Aku berjanji akan berhati-hati."
Victor menepuk pundak Arion dengan tawa kecil. "Lihat? Aku tahu kau tak bisa menolak. Kau terlalu baik hati, Arion."
Arion hanya menggelengkan kepala, tetapi tidak membantah lagi. "Ayo, kita harus segera pergi sebelum situasi semakin buruk."
Dengan cepat, mereka semua bersiap untuk berangkat menuju Estyor, di mana retakan dunia bawah menunggu. Meskipun Arion masih merasa khawatir terhadap keselamatan Rere, dia tidak bisa menolak perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di antara mereka-sesuatu yang belum bisa dia pahami sepenuhnya.
Malam itu, di bawah langit yang gelap dan retakan dunia bawah yang semakin membesar, takdir mereka semakin terjalin. Ancaman dari dunia bawah terus mendekat, dan setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka lebih dekat ke misteri yang belum terungkap.
Di kedalaman Dunia Peri Lumina, di antara pepohonan besar yang menjulang tinggi, berdiri Pohon Kehidupan, sebuah simbol kekuatan dan keseimbangan bagi para peri. Di jantung pohon itu tersembunyi Cermin Kehidupan, artefak kuno yang memiliki kemampuan untuk memantau peristiwa di seluruh penjuru dunia, termasuk dunia manusia dan peri. Hanya peri yang memiliki darah tertua yang diizinkan untuk menggunakannya.
Raja Peri Acros berdiri tenang di depan cermin, memandangi gambaran yang muncul di permukaannya. Gambar-gambar dunia Luminos terlihat jelas, termasuk sosok Arion dan Rere, cucu tercintanya. Mereka sedang menghadapi bahaya di dekat retakan dunia bawah yang semakin membesar di wilayah Estyor. Meskipun terlihat tenang dari luar, di dalam hatinya, Acros diliputi kecemasan.
Retakan yang tiba-tiba muncul di wilayah Estyor ini bisa mengancam lebih dari sekadar keseimbangan antara dunia peri dan manusia.
Tatapan Acros berubah sendu saat ia melihat cucunya bersama Arion. Rere, yang kini sedang hamil, membawa harapan besar bagi masa depan mereka, tetapi juga beban yang tidak ringan, la tahu bahwa bahaya akan terus mengintai, tetapi ada alasan penting mengapa dia tidak menghentikan cucunya dari ikut dalam misi ini.
"Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi," gumam Acros pelan, suaranya hampir seperti doa. "Bayi itu... dia adalah harapan kita."
Di balik ketenangan Acros, terdengar suara langkah-langkah berat mendekat. Dari bayang-bayang pepohonan, muncul Kakek Sol, penjaga hutan peri, yang terkenal dengan tempramen pemarahnya. Wajahnya merah padam, dan kemarahan terlihat jelas dari setiap gerakan tubuhnya.
"Acros!" panggil Sol dengan suara lantang, suaranya memecah keheningan malam. "Apa yang sedang kau lakukan, membiarkan cucumu pergi ke tempat berbahaya seperti itu? Kau tahu betapa berbahayanya retakan itu!" Acros tetap diam sejenak, masih memandangi cermin, sebelum akhimya ia menghela napas panjang. "Aku tahu, Sol. Tapi ini adalah jalan yang harus ditempuh."
Sol mendengus kesal, tangannya mengepal dengan kuat. "Kau sudah gila, Acros! Cucumu sedang mengandung anak yang bisa membawa perubahan besar bagi dunia kita! Mengapa kau membiarkannya berada di dekat retakan dunia bawah yang bisa membahayakan nyawanya?"
Raja Peri Acros menatap Sol dengan tatapan yang tenang, namun di balik ketenangannya, ada kebijaksanaan yang dalam. "Bayi dalam kandungan cucuku harus terus berada dekat dengan ayahnya, Sol. Itu adalah bagian dari takdir mereka. Arion dan Rere terikat oleh sesuatu yang lebih besar dari kita. Memisahkan mereka sekarang hanya akan memperburuk keadaan."
Sol terdiam sejenak, matanya membelalak, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Acros. "Jadi... kau membiarkannya pergi karena takdir?" Suara Sol mulai mereda, meski amarahnya masih terlihat.
Acros mengangguk pelan. "Takdir telah menetapkan jalannya, Sol. Bayi itu adalah bagian dari ramalan yang sudah lama kami terima. Dia adalah harapan bagi Luminos dan dunia bawah. Jika aku menghalangi jalannya, aku hanya akan mengganggu keseimbangan yang lebih besar."
Sol memandang Acros dengan tatapan tak percaya, tetapi dia tahu betapa mendalamnya ramalan yang dimiliki keluarga Acros. Ramalan yang telah turun dari generasi ke generasi. "Kau sungguh percaya bahwa bayi itu adalah jawabannya?"
Raja Peri Acros tersenyum tipis, lalu menoleh kembali ke Cermin Kehidupan. "Aku tidak hanya percaya, Sol. Aku sudah mempersiapkan ini selama bertahun-tahun. Tapi, meskipun kita tahu jalan yang akan diambil takdir, itu tidak berarti kita tidak boleh khawatir."
Sol mendesah panjang, amarahnya mulai mereda meski masih ada kekhawatiran yang tersisa. "Aku harap kau benar, Acros. Karena jika sesuatu terjadi pada cucumu atau bayi itu, kita semua akan menanggung akibatnya.
Acros mengangguk, meski hatinya penuh dengan harapan dan ketakutan yang tersembunyi. "Aku tahu, Sol. Aku tahu."
Di balik semua ini, takdir telah bergerak, membawa Arion, Rere, dan bayi yang ada dalam kandungannya ke arah yang belum mereka pahami sepenuhnya. Namun, satu hal yang pasti-dunia peri dan dunia bawah bergantung pada apa yang akan terjadi selanjutnya.
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?