Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Beberapa bulan Diana tinggal di rumah Zain dia merasa nyaman, hanya hubungan mereka kadang putus nyambung bahkan Diana sering menghindar ketika Zain ingin betemu.
"Maaf kan aku Zain, aku hanya gak mau jika terjadi hal² yang tidak diinginkan jika kita selalu berduaan. Nanti setelah aku selesai aku akan langsung pergi dari sini." gumam Diana ketika sedang berada dalam kamar hendak bersiap ke kampus untuk Seminar hasil tepatnya pada bulan November 2018.
Usai bersiap, Diana berangkat dengan menggunakan ojek online supaya lebih cepat sampai karena kalau nail taksi biasa macet apalagi hari Senin. Setelah ujian berlalu, hanya Ni'mah yang sempat hadir karena Hana berhalangan begitu juga dengan Zain yang harus ke Makassar ada urusan keluarga.
"Bulan depan sudah bisa maju Ujian tutup." ucap sang Direktur sekaligus Penguji Utama sebagai Ketua Sidang.
"Terima kasih pak Dir." ucapnya dengan sopan. Setelah selesai ujian Diana merasa lega, selangkah lagi dia akan menjadi Magister.
"Selamat Diana, salam dari Hana karena dia berhalangan hadir." ucap Ni'mah sambil mendekat memeluk Diana, Ni'mah juga baru selesai Seminar hasil sebelum Diana.
"Terima kasih sahabatku, kamu terbaik." jawab Diana kembali memeluk Ni'mah. "Makan di kantin yuk!" ajaknya sambil melepas pelukannya kemudian membereskan Tesisnya.
"Ayo." ucap Ni'mah semangat sambil membantu Diana membereskan berkasnya. "Kamu gak tinggal di tante kamu lagi ya?" tanya Ni'mah penasaran. Diana melirik kecil ke arah temannya.
"Ehm, iya sebenarnya aku dah pindah." jawabnya. "Ayo ke kantin, aku dah lapar nih." ucap Diana mengalihkan pembicaraan meski tidak sepenuhnya bohong karena dia memang sudah lapar. Mereka melangkah menuju kantin kampus kemudian memesan makanan dan minuman.
Cukup lama mereka ngobrol di kantin kemudian pulang ke rumah masing².
"Maaf kan aku Ni'mah." gumam Diana pelan saat masuk dalam rumah Zain. Dia masuk ke dapur mengambil minum kemudian ke kamar untuk beristirahat.
***
Dilain tempat lain Zain disibukkan dengan aktivitasnya sendiri. Zain sedang di Makassar saat Diana seminar hasil.
"Dek, kamu dipanggil ibu tuh." ucap Zainal sang adik masuk kamar kakaknya yang tidak terkunci.
"Ya. Kamu main masuk saja gak ketuk pintu Nal." jawabnya ketus, kemudian bangkit dari sofa kecil untuk keluar kamar mencari sang ibu bernama Rianti Bana.
"Kamu kalau bicara yang sopan ya! Aku kakak kamu tau." omel Zainal pada sang adik.
"Iya bang, maaf." jawabnya cuek. Setelah keluar kamar Zain mencari sang ibu. "Ibu mana sih!" gerutunya karena mencari ibunya dibeberapa ruangan belum ketemu juga.
"Sini nak, ibu ingin berbicara denganmu." Ucap ibu Rianti sambil menepuk bangku sebelah kanannya. Ibu Rianti berada di taman belakang rumah, beliau duduk digazebo sendirian sambil menikmati teh hijau dicangkir kesayangannya.
"Kenapa ibu memanggilku?" Tanya Zain duduk tepat disamping kanan sang ibu sambil memandang ibunya lekat.
"Kamu kenapa menatap ibu seperti itu nak?" Tanya ibu Rianti merasa risih ditatap intens oleh sang anak seolah dia sebagai tersangka, pikirnya.
"Ada apa ibu memanggilku begini, seperti serius sekali." Jawab Zain.
"Ibu ingin mengenalkanmu dengan anak teman ibu disini, namanya Zulfa. Kamu lihat deh fotonya." Ucap ibu Rianti semangat sambil mengambil ponselnya di atas meja kemudian mencari foto Zulfa.
Zain menghela nafas berat lalu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.
"Lihat lah." Ibu dengan semangat menyodorkan ponselnya ke hadapan Zain. Akhirnya Zain melihat foto wanita cantik dan seksi. "Cantik kan?" Tanya ibu memastikan.
"Hhmm tapi aku sudah punya yang lain bu." Jawabnya pelan sambil menghadap lurus ke depan.
"Siapa Zain? Apa dia cantik? Kaya? Hhmm?" Cecar sang ibu penasaran.
"Dia cantik, bahkan Zain pernah tidur dengannya." Jawabnya sambil membayangkan kegiatan panas mereka.
Plak
"Sakit bu." Keluah Zain ketika dia kena pukulan ringan dari tangan ibunya tepet dibahunya.
"Kenapa kamu lakukan itu Zain? Kamu ingin seperti ayahmu yang merusak wanita? Iya?" Ucapnya dengan nada keras. Selama ini ibu Rianti tau kebejatan suaminya, tapi dia bisa apa! Karena cintanya dengan sang suami maka dia bertahan. Ibu Rianti menangis sesenggukan sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Maaf kan Zain bu, Zain gak bermaksud menyakiti ibu!" Ucap Zain memeluk ibunya dari samping. Zain sangat menyayangi ibunya, yang Zain tau bahwa ibunya bertahan dengan sang ayah karena demi dirinya dan juga kakaknya.
"Kamu tau Zain? Ibu melakukan apa pun demi kamu dan kakakmu nak! Ibu bertahan sejauh ini demi kebahagiaan kalian, ibu selalu menyibukkan diri supaya apa? Supaya ibu tidak tertekan dengan kelakuan ayahmu nak! Ibu tidak bisa harus berbuat apa ketika kalian mengecewakan ibu." Omel ibu Rianti ketika cukup tenang.
"Maaf kan Zain ibu." Lirihnya, masih berusaha memeluk sang ibu erat.
"Siapa wanita itu Zain? Siapa?" Ucap ibu seraya menggerakkan badannya supaya dilepaskan pelukan Zain darinya.
"Ibu jangan marah ya!" Ujar Zain setelah melepas pelukannya. "Dia Diana bu, teman SMK Zain waktu di Kolaka." Jawab Zain semangat.
"Anak di SMK?" Ulang sang ibu. "Berarti dia miskin?" Tanya ibu lagi.
"Huft." Zain menghembuskan nafas kasar lalu mengangguk membenarkan.
"Kasih dia uang Zain, terima tawaran ibu!" Ibu memutuskan lalu melangkah pergi meninggalkan Zain sendirian.
"Kenapa ibu sekejam itu?" Batin Zain menjerit. "Aaaaa." Teriak Zain sambil menjambak rambutnya kuat. Zain melangkah menuju kamarnya ketika sudah lebih tenang.
"Bang, boleh bicara?" Saat menuju ke kamar Zain bertemu sang kakak. Zainal hanya mengangguk saja. Kemudian mereka menuju balkon kamar Zainal yang lebih dekat.
"Ada apa?" Tanya Zainal santai sambil bersedekap tangam didada dan memandang ke luar.
"Bang, aku mau dijodohkan sama ibu. Kenapa gak abang saja sih?" Tanyanya heran seraya berdiri disamping Zainal sambil menatap kakaknya.
"Abang juga dijodohkan kok." Jawabnya santai. "Kamu terima saja, ibu sudah banyak berkorban untuk kita dek." Sarannya lalu menuju sisi ranjang untuk duduk sambil mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas nakas.
"Kok abang sesantai itu? Emang pacar abang gak marah?" Tanya Zain lagi.
"Ibu segalanya buat abang dek, ibu cinta pertama kita. Ingat itu." Zainal berdiri dengan mengantongi ponselnya lalu melangkah keluar meninggalkan Zain sendiri.
"Ibu dan abang sama saja." Gerutunya. "Belum juga kelar pembahasan sudah pergi begitu saja." Imbuhnya lalu melangkahkan kaki menuju kamarnya sendiri.
Beberapa bulan kemudian akhirnya Zain bertunangan dengan Zulfa tepat pada saat Diana ujian tutup.
"Selamat nak." Ucap ibu Rianti pada Zain dan Zulfa. "Kalian memang serasi, semoga bahagia ya!" Ucap sang ibu lagi.
"Terima kasih bu." Ucap Zain datar. Dia enggan menatap Zulfa, dia hanya berusaha menampakkan senyum ketika ada ibunya.