Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permainan
Samantha masih memejamkan matanya, dia pikir Jhon akan menciumnya tapi sudah dua menit berlalu tidak ada tanda-tanda jika pria itu akan menciumnya.
Samantha segera membuka matanya dan tampak Jhon sedang tersenyum kearahnya.
"Kenapa kau menutup matamu? Apa kau ingin aku menciummu?" tanya Jho menggoda.
Samantha sangat malu dan pada saat itu juga, wajahnya merah padam. Dalam hatinya mulai mengutuki kebodohannya, untuk apa dia menutup matanya? Memangnya apa yang dia harap kan?
"Ka...kau..!" Samantha makin kesal dengan Jhon sedangkan Jhon terkekeh dan memainkan anak rambutnya.
"Wajahmu sangat lucu, apa kau tahu?" godanya lagi.
Samantha mengepalkan tangannya, marah! Dia tidak terima dipermalukan seperti ini.
"Apa kau sengaja?" tanyanya.
"Sengaja apa?" Jhon pura-pura bodoh.
"Kau sengaja bukan? Sengaja mempermalukan aku?"
"Tidak, aku hanya menggodmu saja jadi jangan marah. Jika kau marah aku tambah suka denganmu." Jhon berkata demikian dengan sentum diwajanya
"What?!" Entah kenapa Samantha semakin kesal.
"Sialan, pria ini mau menantangku rupanya." kata Samantha dalam hati.
Samantha memejamkan matanya dan menarik nafasnya, rasanya harga dirinya dipermainkan oleh pria ini.
"Oh...jadi kau cuma ingin menggodaku?" Jari-jarinya mulai bermain-main didada Jhon sedangkan Jhon memperhatikan wajahnya.
"Apa yang mau kau lakukan?" tanyanya.
Samantha hanya tersenyum sedangkan tangannya sibuk membelai dada pria itu tanpa ragu.
"Menurutmu apa yang dilakukan pria dan wanita jika berduaan?" tanyanya dengan nada sedikit nakal yang dibuat-buatnya.
"Aku peringatkan, Jangan memulai." ancam Jhon dan dia menangkap tangan Samantha yang sedang bermain didadanya.
"Bukankah kau duluan yang memulai?" Samantha menarik tangannya dari genggaman Jhon dan memasukkan tangannya kedalam kaos yang dipakai oleh pria itu. Didalam sana tangannya mulai sibuk membelai bulu-bulu halus yang terdapat pada dada pria itu.
Jhon memejamkan matanya, entah kenapa, sentuhan tangan Samantha bisa membuatnya gila.
"Kau! Aku tidak tanggung akibatnya." ancamnya.
Jhon segera membuka bajunya dan membuangnya, pria itu kemudian menindih tubuh Samantha dan mendekatkan wajahnya.
Samantha hanya tersenyum melihatnya, inilah yang dia inginkan.
"Jangan panggil aku Samantha Jackson jika aku kalah darimu." ucapnya dalam hati.
Samantha mengalungkan tanganya dileher Jhon dan tersenyum nakal untuk menggoda pria itu.
"Kau, jangan menggodaku." Jhon menggeram karena Samantha kembali membelai dadanya.
"Apa kau tidak bisa menahan sentuhanku?" tanya Samantha dengan senyum diwajahnya.
"Kau berani bermain api denganku nona, jadi aku akan membalas permainanmu."
Jhon ingin menciumi bibir Samantha tapi wanita itu langsung menahan bibir Jhon dengan tangannya.
"Jangan buru-buru sayang, malam masih panjang." godanya.
"Oh my, jangan menahanku jika tidak aku akan mengikatmu sampai pagi!" ancam Jhon.
Senyum Samantha semakin lebar, apa Jhon pikir dia akan mudah diikat?
"Bagaimana jika kita bermain?" katanya.
"Main apa?" tanya Jhon dengan cepat.
"Bagaimana jika main permainan siapa yang akan bertahan lama diantara kita?"
"Maksudmu?"
"Aku akan menyentuhmu tapi jika kau mendesah karena sentuhanku maka kau kalah tapi jika kau menang maka kau boleh memperlakukan aku sesuka hatimu." tantangnya.
"He? Apa kau yakin?" tanya Jhon memastikan.
"Tentu saja aku yakin, jadi apa kau mau bermain denganku?"
Jhon mulai tersenyum, mana mungkin dia menolak karena dia yakin dia bisa menang.
"Tentu saja karena ini sangat menarik." jawabnya.
"Bagus, tapi ingat kau tidak boleh menyentuhku selama permainan berlangsung. Apa kau berani?"tanya Samantha.
"Hanya pria pengecut yang menolak." jawabnya dengan penuh percaya diri sedengkan senyum Samantha semakin mekar diwajahnya.
Mereka langsung bertukar posisi, semula Jhon yang menindih tubuh Samantha tapi sekarang posisi mereka sudah terbalik.
"Aku harap kau siapkan banyak tisu dan sabun." bisik Samantha ditelinga Jhon.
Jhon mulai ragu, apa yang mau dilakukan wanita ini?
"Hei, hei, bagiamana kalau kita?"
Sebelum dia bisa mengucapkan perkataannya sampai selesai Samantha meniup telinganya.
Jhon memejamkan matanya dan menahan nafasnya sedangkan kedua tangannya terkepal kesamping. Dia berusaha menahan diri agar tidak kalah dari godaan wanita itu.
Samantha tersenyum dan segera duduk diatas perut Jhon, dia juga tersenyum nakal pada pria itu.
"Dari mana aku harus memulai? Disini? Disini? Atau disini?" tanyanya sambil menggoda sedangkan jari jemarinya tak henti-hentinya menyentuh tubuh Jhon yang terbuka.
"Oh sialan! Wanita ini licik. Seharusnya aku tidak mengikuti permainannya." maki Jhon dalam hati.
Samantha segera menunduk dan menciumi lehernya dan pada saat itu, tubuh Jhon mulai bergetar dan dia hanya bisa mengigit bibirnya.
"Tahan, tahan, setelah ini akan aku habisi kau!" pikirnya.
Samantha mulai menciumi dadanya bahkan dia menghisap dadanya dan tangannya sibuk membelai otot-otot perutnya.
Jhon menutup mulutnya supaya dia tidak mendesah karena dia tidak mau kalah.
"Bisa kau percepat?" pintanya dengan suara parau sedangkan nafas sudah mulai berat.
"Apa? Aku baru saja mulai." jawab Samantha.
Dia sangat senang melihat Jhon yang sudah mulai kelabakan.
"Oh sialan! Aku peringatkan jangan kau sentuh milikku!" ancam Jhon.
"Milikmu? Yang mana?" Samantha berpura-pura bodoh.
"Yang ini?" Jarinya menyentuh dada Jhon.
"Yang ini?" Kini tangannya membelai perut pria itu.
"Oh..atau yang ini?" tangannya mulai merayap turun dari perut Jhon dan terus kebawah sedangkan Jhon tampak gelisah.
"Damn! Akan aku buat kau menangis dibawahku nanti!"
Jhon kembali menahan dirinya saat tangan Samantha bermain-main diarea sensitifnya.
"He..he..apa kau sudah tidak tahan? Belum juga lima menit!" goda Samantha.
Belum lima menit? Tapi itu siksaan untuk Jhon.
"Cepatlah kau benar-benar menyiksaku." katanya tidak sabaran.
"Sabar, aku bahkan belum menciummu."
Samantha langsung menciumi bibir Jhon sedangkan tangannya masih merayap dimana-mana.
Jhon langsung membalas ciuman Samantha dan ingin rasanya dia membalikkan posisi mereka tapi jika dia menyentuh Samantha berarti dia kalah.
Samantha memasukkan lidahnya dan mata Jhon terbelalak, dia tidak bisa menolak dan mulai membalas permainan lidah Samantha didalam mulutnya
"Aku menang!" ucap Samantha dalam hati dan pada saat itu, tangannya yang berada diperut Jhon langsung turun dan membelai milik Jhon yang berada dibalik celananya.
Jhon menutup matanya rapat-rapat, dia mati-matian menahan diri agar tidak kalah dari sentuhan Samantha.
Samantha sengaja mengelus-elus miliknya yang semakin lama semakin mengeras dibalik celana yang dipakainya.
"Ugggghhhh!" Akhirnya sebuah desahan lolos dari bibirnya dibalik ciuman mereka dan Samantha langsung melepaskan bibirnya dan tersenyum dengan puas
"Aku menang." katanya.
Dia segera melepaskan diri dari tubuh Jhon dan bangkit berdiri.
"Hei..apa sudah selesai?" tanya Jhon.
"Kau sudah kalah tuan, ingat aturan mainnya." Samantha tersenyum dan hendak meninggalkan dirinya.
"Apa? Bagaimana denganku?" tanya Jhon lagi.
"Kau bisa selesaikan dikamar mandi dan ingat jangan menghabiskan sabunku!"vkata Samantha.
Dia langsung berlari masuk kedalam kamar dengan hati yang puas meninggalkan Jhon yang bagaikan orang linglung.
"Salahku mengikuti permainannya, aku tidak menyangka jika dia begitu licik." ucapnya sambil menarik nafasnya.
Dia segera bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk meredakan sesuatu didalam sana.
not i'm promise