Yaya_ gadis ceria dengan sejuta rahasia.
Ia selalu mengejar Gavin di sekolah,
tapi Gavin sangat dingin padanya.
Semua orang di sekolah mengenalnya sebagai gadis tidak tahu malu yang terus mengemis-ngemis cinta pada Gavin. Namun mereka tidak tahu kalau sebenarnya itu hanya topengnya untuk menutupi segala kepahitan dalam hidupnya.
Ketika dokter Laska memvonisnya kanker otak, semuanya memburuk.
Apakah Yaya akan terus bertahan hidup dengan semua masalah yang ia hadapi?
Bagaimana kalau Gavin ternyata
menyukainya juga tapi terlambat mengatakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Yaya berlari kecil menghampiri seorang pria yang duduk tak jauh dibelakangnya. Pria yang sudah hampir enam bulan ini dikejar-kejarnya. Yah Meski yang di kejar-kejarnya itu selalu bersikap dingin dan cuek padanya, ia tidak peduli. Baginya, yang paling penting adalah keberadaan pria itu membuat hidupnya jadi lebih berwarna.
"Gav, ke kantin bareng yuk." serunya menggandeng tangan pria yang disukainya tersebut tanpa rasa malu.
Beberapa teman sekelasnya menatapnya sinis. Apalagi kaum cewek. Mereka sudah tidak menyukainya sejak hari pertama masuk sekolah itu. Menurut mereka gadis itu terlalu gampangan dan kampungan.
Tapi sekali lagi, Yaya tidak peduli. Sekalipun tidak ada yang mau berteman dengan dia, dirinya masih bisa mendekati Gavin dengan bebas. Iyakan?
"Kayaknya lo urusin istri lo dulu deh." bisik Bintang sahabat sekaligus teman sebangku Gavin yang langsung mendapatkan tatapan mematikan dari cowok itu. Bintang malah tertawa meledek.
Gavin melirik Yaya yang sekarang asyik bergelut manja disampingnya. Ia menutup matanya dalam-dalam lalu menghempaskan tangan gadis itu dari lengannya, tidak kasar juga tak lembut. Sikapnya dingin seperti biasa. Ia heran apa yang membuat gadis itu ngotot banget suka sama dia sampai kayak begini. Padahal jelas-jelas dia sudah menolaknya.
Kalau gadis-gadis lain masih punya malu dan takut mendekatinya terang-terangan. Tapi gadis yang satu ini malah tidak ada rasa malu sedikitpun dan terus-terusan menempel padanya tiap hari seperti permen karet.
"Lo jangan ganggu gue lagi. Ngerti?" sentak Gavin.
Hampir tiap hari ia bersikap cukup kasar ke gadis itu, tapi anehnya Yaya sama sekali tidak tersinggung, malah semakin menempel padanya, membuatnya frustasi sendiri. Ia tidak tahu harus pakai cara apalagi pada gadis sinting ini.
"Tapi kamu itu cahaya hidup aku Gavin, aku gak bisa semangat kalo nggak ada kamu tahu, jadi jangan nyuruh-nyuruh aku pergi yah." pinta Yaya manja yang di sambut tawa geli Bintang yang berdiri disebelah Gavin. Beberapa teman sekelas mereka yang masih di dalam berasa mau muntah mendengar kata-kata lebay yang seperti dibuat-buat itu. Jijik banget kayaknya mereka karena perkataan lebay Yaya.
Sedang Gavin lagi-lagi menutup matanya dalam-dalam, mencoba menahan diri agar tidak tersulut emosi. Tenang Gavin, nih cewek emang begini. Gumamnya dalam hati.
"Lo tuh ya." tekannya dongkol. Ia menatap Yaya tajam tapi gadis itu lagi-lagi malah tersenyum lebar.
Tenang Gavin, tenang. Jangan emosi. Pria itu menahan rasa gondoknya.
"Udah-udah. Kalo lo berdua debat terus, entar keburu bel lagi." ujar Bintang menengahi.
Gavin masih menatap Yaya sebentar sebelum keluar bersama Bintang. Gadis itu cepat-cepat mengejar mereka. Tak lupa memeluk lengan Gavin tanpa ijin, seperti yang dia lakukan hari-hari sebelumnya.
***
"Gue prihatin sama hidup lu bro." gumam Bintang menatap lurus Gavin yang kini duduk didepannya sambil sesekali melirik kebelakang ke Yaya yang masih mengantri makanan mereka.
Gavin menatap Bintang dengan alis terangkat bingung. Ia tidak mengerti maksud perkataan sahabatnya itu.
"Gue pikir cewek pertama lo bakalan normal. Ternyata lo dapetnya yang jauh banget dari kata n-o-r-m-a-l." kali ini Bintang berbisik dengan tawa tertahan. Menekan kata terakhir dalam kalimat yang dia ucapkan dengan ekspresi meledeknya.
Perkataan itu sontak membuat Gavin melemparkan tatapan sebalnya ke sang sahabat.
"Sekali lagi lo bilang dia cewek gue, mampus lo." ancamnya dongkol sedang Bintang terus tersenyum jahil padanya.
"Santai kali, lagian tuh cewek cakep. Lo nggak rugi-rugi banget juga." tambahnya dengan nada meledek.
Gavin sudah bersiap-siap menonjok Bintang tapi terhenti dengan kedatangan Yaya. Ia menatap gadis itu malas. Selera makannya sudah hilang sejak tadi karena gadis itu. Kalau sudah begitu, lebih baik dia pergi saja.
"Kok nggak di makan makanannya?"
Tanya Yaya. Sejak tadi ia melihat Gavin hanya menatap makanan didepannya.
"Nggak selera." balas Gavin ketus. Raut wajah Yaya langsung berubah.
"Tapi aku udah bela-belain ngantri buat beliin makanannya tahu. Kalo Gavin sakit gimana?" ungkap gadis itu memasang wajah cemberut yang malah membuat Gavin tambah merasa jengah. Lebay.
"Bodoh." balasnya tidak peduli.
"Udah nggak usah digubris, nanti juga dia cari makan sendiri kalo udah laper." lagi-lagi Bintang menengahi.
Yaya mau bicara lagi tapi mulutnya langsung di sumpal dengan sepotong bakso dari Bintang.
"Habisin aja makannya, bentar lagi bel. Lo nggak mau kelaparan di kelas kan." katanya biar gadis itu tidak bicara lagi. Yaya menatapnya dongkol tapi tetap menurut.
"Oh ya!"
Seru Yaya lagi saat teringat sesuatu. Bintang hampir tersedak dibuatnya. Nih cewek bener-bener deh, kesal Bintang.
"Nanti aku pulang bareng Gavin boleh yah?"
"Nggak usah ngelunjak." tolak pria itu langsung. Yaya kembali memasang wajah cemberut.
"Gue balik."
ucap Gavin bukan ke Yaya tapi ke Bintang yang masih asyik mengunyah. Ia berdiri dan pergi dari situ. Terlalu bosan dan kesal dengan tingkah Yaya. Gadis itu menghembuskan nafas panjang menatap kepergian Gavin, kapan pria jangkung nan keren itu akan bersikap lembut padanya? Selama ini Dastin belum pernah berbicara dengan lembut padanya, dan ia menantikan waktu itu. Hari dimana Gavin akan memperlakukannya dengan lembut dan membalas cintanya.
"Ya..,"
Yaya melirik Bintang malas.
"Lo nggak capek apa ngejar-ngejar cowok yang nggak suka sama lo?" tanya cowok itu ke Yaya.
Sebenarnya ia merasa heran juga kenapa Yaya sampai sebegitu tergila-gilanya pada Gavin sekalipun sudah berkali-kali pria itu jelas-jelas menunjukkan penolakan dan bersikap dingin padanya bahkan terkadang Gavin akan bersikap kasar kalau sudah kalap dan jengah dengan tingkah berlebihan Yaya.
"Nggaklah. Gavin bakal jadi suami aku nanti." seru Yaya pasti. Iya memiliki keyakinan kalau suatu hari nanti Gavin akan menjadi suaminya, dan dia menantikan hari itu.
Bintang takjub menatapnya. Ia merasa Yaya benar-benar sudah terobsesi pada sahabatnya. Nakutin juga lama-lama. Kasian nasib Gavin, pikirnya merinding.