Tertukar itu kadang terjadi pada barang bawaan ditengah keramaian. Ada juga pada hal lain ditengah-tengah jumlah yang lumayan banyak. Tetapi kali ini, yang tertukar itu pasangan. Lho kok bisa? mbuh.. semua berawal dari jalan-jalan bareng.
Intinya, percikan api tumbuh karena melihat kelebihan pasangan teman yang menggoda iman ketika mereka lagi liburan bersama. Kedua insan itu menemukan sesuatu menarik di diri orang lain yang tidak mereka temukan pada pasangannya.
Keputusan untuk berselingkuh pun terjadi karena rasanya begitu indah. Cuma untuk senang-senang katanya, yang pada akhirnya kedua orang itu sadar bahwa tak selamanya selingkuh itu menyenangkan. Mereka mengalami kehancuran karena balasan dari orang yang tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindahan
Galang ngajak Aira dinner di tempat romantis dan bagus dengan menu nasi goreng sayang minumnya es jeruk cinta. Aira ketawa-ketawa mendapat perlakuan Galang yang menurutnya so sweet, terlebih dibelakang Galang, Aira tahu kalau si suami nyari info lewat putrinya membuat Aira tak henti-hentinya tersenyum.
"Mas Galang kok tahu makanan dan minuman kesukaan saya? saya kira kita bakal menyantap makanan western melihat tempatnya bernuansa seperti ini."
"Tahu dong. Ayo dimakan, jangan cuma disenyumin aja, bisa-bisa nasgornya jadi salah tingkah nanti."
Memang Aira sejak makanan datang nggak lelah senyum dan ketawa sambil lihat muka Galang lalu gantian ke nasgor estetiknya kemudian menatap ke Galang lagi. Begitu terus sampai yang salah tingkah sebenarnya adalah cowok di hadapan Aira. Galang kecanduan senyum Aira, maka laki-laki itu berfikir keras sekiranya hal apalagi yang bakal dia lakukan buat Aira tersenyum.
"Nggih Mas, mari makan." Aira menundukkan kepala mempersilahkan. Setelahnya ia membaca do'a sebelum makan dan diikuti Galang.
Rencananya Galang ngajak Aira kesini memang ingin mengutarakan isi hati, maka saat selesai makan Galang mulai membuka suara.
"Ra, sebenarnya ada yang mau saya omongin."
"Tentang?"
"Pernikahan kita."
Tenggorokan Aira tercekat. Dia berfikir sudah saatnya perpisahan untuk kedua kalinya datang menghampiri. Aira nggak tahu harus apa, dia hanya berusaha menenangkan diri dan siap menerima dengan lapang dada supaya nggak memberatkan hati siapapun.
"Aira, ternyata saya--"
Hp Galang berbunyi tak tahu diri. Di moment penting macam ini segala pakai ada telepon masuk. Dilihat-lihat, yang menelpon juga orang penting yang nggak bisa diabaikan. Galang pun pamit pergi dari hadapan Aira.
Beberapa saat Aira dikerumuni rasa yang entahlah dalam kesendirian, Galang datang menghampiri wanita itu terburu-buru. Dia mengajak Aira untuk pulang secepatnya, karena lelaki itu mau pergi ada urusan.
"Kalau Mas Galang sedang terburu-buru, saya bisa pulang sendiri naik taksi Mas."
"Nggak bisa. Kamu harus saya antar pulang karena pantang bagi saya meninggalkan istri diluar dalam kondisi apapun."
Beda sekali dengan curhatan Melvi. Dia bilang Mas Galang selalu meninggalkannya ketika mereka berada diluar.
"Kenapa bengong? lagi mikir membanding-bandingkan saya dengan yang dulu kah? dulu memang benar saya sebajingan itu. Meskipun alasannya darurat, tapi meninggalkan istri di luar sana juga nggak dibenarkan. Sekarang sedikit-sedikit mau saya ubah kebiasaan yang kurang bagus. Ayo Ra! maaf kalau genggaman tangan saya agak keras."
"Iya Mas. Oh iya, makasih sudah mentraktir saya makan disini."
"Iya, lagipula ini acara gagal Ra. Seharusnya setelah makan malam, kita chek-in ke hotel." Ucap Galang mengedipkan sebelah mata. Aira sontak malu dengan mulut Galang yang blak-blakan.
Di sepanjang jalan, Galang terus mengoceh kepada Aira perihal kegiatan dan apa saja yang bikin dia sibuk. Sangat berbanding terbalik dengan kisah rumah tangganya terdahulu.
...***...
Sinar mentari pagi sudah menerobos jendela kamar pengantin baru. Melvi terbangun karena silaunya sinarnya tersebut, segera dia mencari keberadaan Adrian ketika menengok sebelahnya gak ada eksistensi manusia itu. Seingat dia, semalam memang betul mereka tidur satu ranjang walaupun nggak ngapa-ngapain. Tapi kemana perginya Adrian?
Dia bangun mencuci muka habis itu gosok gigi. Belum sempat mandi, Melvi memutuskan untuk mencari Adrian saja karena perutnya terasa lapar. Nasi goreng semalam sudah dia makan sebelum tidur, tetapi bangun tidur perutnya masih saja meraung-raung minta diisi.
"Mas.. "
"Mas Adrian.. "
"MAS.. "
"Iya, aku disini!" sahut Adrian dari arah depan rumah.
Akhirnya Melvi menemukan keberadaan Adrian dimana suaminya itu sedang melakban kardus-kardus. Di depan rumah juga ada mobil Lalamove (mobil jasa pengangkutan barang).
"Mas, eh kita mau pindah ini?"
"Iya Mel. Semalam ini yang mau aku bicarakan. Kita nggak tinggal disini selama membina rumah tangga, kita pindah hari ini."
"Oh, lagian aku juga malas tinggal di sini. Rasanya sumpek aja. Mas kamu sudah siapin sarapan belum?"
"Gantian bisa nggak Mel? aku semalam kan sudah masak, nah sekarang kamu yang nyiapin. Aku kerepotan mengemas barang-barang sendirian."
"Ah males. Masa udah laper banget kaya gini suruh masak dulu. Beli aja, mana duitnya?"
Sembari berdecak Adrian merogoh kantung celananya. Dari dalam dompet dia cabut uang senilai seratus ribu rupiah kemudian dia kasih ke sang istri. Melvi mengambil alih dan langsung beranjak pergi mandi. Walaupun mau beli sarapan, penampilan harus cetar mempesona.
"Oh iya Mas aku lupa tanya, kenapa kamu menjual rumah kamu ini dan milih tinggal di tempat lain? apa kamu juga sama kaya aku yang ngerasa sumpek?"
"Aku nggak bilang mau jual rumah ini Mel. Aku cuma bilang kita pindah tempat tinggal."
"Iya tapi kan tetap sama aja judulnya kita nggak tinggal di rumah ini. Why? apakah betul yang aku katakan kalau kamu juga sumpek berada di rumah yang penuh KENANGAN ini?"
"Nggak. Kita pindah ya karena ini bukan rumah aku."
"Apa katamu?"
"Ini rumah untuk Alea, sudah aku wariskan padanya lewat Aira. Rasanya nggak pantas aku menempatinya dengan istri baru. Jadi sebaiknya kita pindah dari sini."
Melvi menghela nafas, ingin rasanya dia menghajar Adrian pakai gagang sapu. Tapi sebelum peperangan terjadi, Melvi lebih dulu pergi mandi. Awas saja bila nanti rumah yang akan ditempatinya lebih kecil dari ini. Kalau sampai itu terjadi, Melvi nggak segan-segan mengganggu ketenangan Aira.
.
.
Bersambung.
enanti
ini detail penyakit melvi apaannn.. gimana....
terhuraku gak cantikk
mau kasian tapi gimana yaa.. keterlaluan juga sih si adrian
Seorang Melvi yang melihat suami Aira lebih segalanya dari suaminya sendiri, begitu pula Adrian, melihat Melvi lebih oke dari bininya sendiri. ternyata oh ternyata... menyesal kemudian tidaklah berguna.
Tapi syukurlah, Adrian dan Melvi akhirnya bisa saling menerima untuk hidup bahagia diakhir kebersamaan mereka.
Semangat dan sukses selalu buat kak Zenun😍😍😍
Semangat terus yaaa idolaku ❤️❤️