Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin Percaya
" Hallo...Apa kabar Rico? Bagaimana perkembangan usaha disana? " Setelah Ferdinand dan Cindy turun kelantai bawah, untuk menghilangkan kecurigaan bahwa dirinya telah mengetahui dalang penculikan istrinya. Ferdinand menelepon Federico untuk sekedar membicarakan bisnis dan jika ada pertanyaan tentang istrinya dia akan menyembunyikan kebenaran jika Cindy sudah kembali, sekedar taktik supaya apa yang direncanakan lusa nanti berjalan dengan lancar.
" Hallo.. Ferdinand, perkembangan usaha disini lumayan meningkat Fer, sebaliknya bagaimana kabar disana, apa istrimu sudah pulang kerumah Fer? " Balas Federico diseberang telepon, dalam nada bicaranya terdengar tenang. seperti tidak terjadi sesuatu perkara yang rumit.
" Nah itu yang aku bingung Fer, istriku sampai saat ini belum diketemukan, aku hampir putus asa, entahlah aku berharap masih bisa ketemu dengannya, walau memang sudah tidak bernyawa sekali pun. " Ucap Ferdinand bernada lesu. Ferdinand sendiri sambil berbicara ditelepon tangan satunya mengusap ngusap punggung istrinya.
" Apa kamu tidak mendengar berita Fer? "
" Maksudmu? " Ferdinand balik bertanya.
" Oh tidak, tidak, lupakan tentang pertanyaanku itu. " Federico sepertinya tidak menginginkan jika dia memberitahukan Ferdinand tentang berita pembunuhan digunung Arjuna, karena itu akan menjadi sebuah kecurigaan pada dirinya, padahal yang jelasnya Ferdinand sudah menangkap sebuah fakta yang ini menguatkan dugaan lebih kuat jika memang dialah dalang dalam penculikan istrinya itu, itu bisa di baca dengan tiba tiba saja Federico membahas tentang sebuah berita.
" Baiklah, aku menelepon mu sekedar ingin menanyakan kabar dirimu dan usaha disana, tolong bantu doakan supaya istriku bisa diketemukan. "
" I-iya Fer, itu pastinya, aku selalu doakan untuk kembalinya istrimu. " Federico terdengar sedikit tergagap. Lalu menutup saluran telepon.
" Bagiamana pah? " Tanya Cindy setelah Ferdinand meletakan ponselnya.
" Aku jadi semakin yakin jika memang Federico lah dalang dari semua ini, lalu apa motif dia yang sebenarnya? Aku rasa kita tak pernah punya masalah dengannya, dari semenjak merintis usaha sampai sekarang usaha kita sama sama maju. "
" Baiknya kita harus secepatnya membongkar semuanya, supaya kita tahu apa yang sebenarnya tujuan dia melakukan semua ini. Selama aku dikurung si bandot tua itu tak sekali pun menggangguku, hanya saja selama dikurung disana, aku hanya tidak diberi baju ganti. " Ucap Cindy terlihat berpikir, tak lama dari itu Cindy melihat Rangga dan Wilona menuruni tangga, kedua terlihat sangat serasi.
" Mah, pah, aku kerumah Rangga dulu ya, dia mau memberitahukan mamahnya jika dia sudah sampai dengan selamat. " Ucap Wilona setelah keduanya berada dilantai bawah dan berjalan menuju ke sofa, dimana kedua orang tuanya tengah duduk disana.
" Iya betul, kamu harus memberitahu mamah kamu Rangga, rasanya aku juga ingin ketemu dengan mamah kamu, tapi sepertinya lain waktu saja, sampaikan saja salam ku pada mamah mu ya. " Ucap Cindy seraya tersenyum.
" Iya mah, tidak apa apa, nanti aku sampai kan salamnya. " Rangga merespon ucapan Cindy, setelahnya keduanya duduk disofa berhadap hadapan.
" Kalau memang malam ini ada rencana menginap ditempat kamu, tapi mamah harap besok pagi harus kembali kesini, ada banyak yang ingin dibahas perihal lusa, aku juga mau mengumpulkan beberapa anak buahku, termasuk mereka yang punya kompeten dalam bela diri termasuk dalam penggunaan pistol, aku tahu dengan kemampuan mu sendiri pun pastinya bisa dengan mudah mengalahkan mereka, tapi aku perlu membantumu juga, supaya hal hal yang tidak kita inginkan tidak terjadi. " Ucap Ferdinand.
" Iya pah, ada baik memang seperti itu. Supaya dalam hal ini pun ada banyak saksi mata dari pihak kita, bahwa memang Federico dalang dari semua ini. " Rangga menggeser posisi duduknya dengan sedikit tegak dan ancang ancang untuk berdiri kembali.
Ferdinand dan Cindy terlihat mengangguk, setelah itu Rangga langsung berpamitan untuk pulang dengan didampingi oleh Wilona yang tampak ceria mengandeng lengan Rangga, seperti tidak ingin melepaskannya.
Langit malam ini tampak hitam pekat, tidak ada kerlap kerlip yang menghiasi langit disana. Yang biasa malam malam sebelumnya terlihat indah menyinari, tak lama kemudian hujan pun turun dengan lama lama curah hujan cukup deras malam ini.
" Jadi orang tuamu telah setuju sayang, jika Rangga menikahi mu? " Tanya Shopia disaat malam hari tengah duduk diruang keluarga, guyuran hujan terlihat dari kaca jendela yang cukup lembar diarea menuju belakang rumah, hanya ada sebuah taman kecil disana, yang sengaja dibuat untuk mempercantik suasa rumah.
" Iya mah, semua akan dibicarakan setelah membongkar motif penculikan mamah, yang menurut Rangga dia tak lain sahabat papah sendiri. Tentunya tidak begitu saja bertindak, harus mengumpulkan banyak bukti yang cukup kuat. Supaya dia dia bisa dihukum akibat perbuatannya itu. ". Ucap Wilona, ada raut geram terlihat wajah, bagaimana tidak pertama kali bertemu Cindy terlihat memprihatinkan.
" Oh ya mah, kedua orang tua Wilona menitip salam buat mamah, untuk saat ini maaf belum bisa bertemu. " Rangga menambahkan.
" Wah, sebuah kehormatan tentunya buat mamah, tidak apa apa, kita punya waktu setelah semua ini beres, mamah paham kalau kondisi mamahnya Wilona juga belum terlalu pulih, dalam arti melepaskan sedikit rasa traumanya. Iya bukan itu saja, terpisah selama 8 bulan itu lumayan bagi mereka, ingin melepaskan rindu maksud mamah. " Shopia berbicara sedikit panjang lebar.
Ketiganya sejenak terdiam, Shopia tentunya dalam hal merasa senang akhirnya Rangga bisa kembali pulang dengan selamat, rasanya itu sudah cukup, ditambah ada berita yang tak kalah membuat hati Shopia merasa senang, yaitu tentang rencana pernikahan anaknya dengan Wilona putri dari pengusaha yang harta kekayaannya tak akan habis sampai tujuh turunan.
Ini bukan tentang materialistis, tapi tentang rasa senang dan syukur yang sangat luar biasa, juga sebuah kehormatan baginya.
" Mah, apa papah dalam waktu dekat ini bisa pulang, iya paling tidak 1 Minggu kedepan, papah bisa menyempatkan untuk pulang, jadi mamah bisa memberitahukan dari sekarang sama papah." Rangga kembali berucap setelah suasana sejenak hening.
" Iya pasti hal itu nanti malam mamah akan menelepon papah, oh ya tentang berita yang sempat mamah lihat tadi, apa itu ada kaitannya dengan kamu Rangga, soal penemuan puluhan mayat disebuah rumah kayu digunung yang kamu tuju kemarin? "
" Iya mah, itu memang Rangga yang melakukannya, iya semua memang tidak ada niat untuk membunuh mereka dari awal, hanya saja semua demi menyelamatkan diri dan tentunya Wilona. Karena mereka masih bersikukuh menyerang saat terpikir oleh mereka Rangga sedang lengah. " Rangga berucap, sedikit bergeser posisi duduknya ke dekat mamahnya.
" Tapi, apa itu tidak akan tercium oleh pihak berwajib? " Wajah shopia kali ini terlihat sedikit murung.
" Aman mah, Rangga sudah menetralisir area disana dengan menghapus dengan cepat sidik jari baik Rangga maupun Wilona . "
" Apa betul itu Rangga, mamah hanya khawatir akhirnya kamu bisa terlacak oleh pihak berwajib dan akan menangkap mu " Ucap shopia, kali ini wajahnya Shopia masih terlihat gelisah.
" Iya mah, selain itu juga mereka sebelumnya tidak terlihat oleh umum, bahkan kondisi rumah kayu itu terpikir oleh pengelola sebelumnya memang tidak ada, hanya saja perihal orang orang yang menaiki kawasan gunung pastinya tercatat dibuku pengelola gunung itu. " Ucap Rangga.
" Memangnya ilmu ilmu seperti itu masih ada di jaman yang serba canggih seperti sekarang? " Pandangan Shopia terlihat menerawang.
" Iya ada mah, contohnya saja Rangga, walau memang semua datang secara tiba tiba, itu menandakan kalau ilmu ilmu itu masih ada, masih dimiliki walau mungkin tidak sebanyak orang orang l dulu. "
" Mamah sangat bersyukur punya anak jadi seperti superhero. Jadi bisa menolong banyak orang. " Ucap Shopia menyunggingkan senyuman, kemudian tangannya mengusap rambut anaknya itu.