Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.
Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.
Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 24
...Bahkan bayanganmu sendiri akan meninggalkanmu di dalam kegelapan...
..."Uchiha Sasuke"...
Hari Senin adalah hari di mana Aulia pertama kali memasuki dunia kampus. Namun, tiba-tiba tubuhnya meriang, merasa tidak nyaman. Ia bahkan tidak mampu bangun dari tidurnya akibat serangan dahsyat pada bagian kepalanya.. Ia tidak dapat menahan denyutan hebat di seluruh kepalanya seperti hantaman batu besar yang terjatuh menimpa dirinya.
"Sakit sekali" Desisnya kesakitan. Setiap kali bangun dari tidurnya, denyutan itu menyerang dengan kekuatan penuh membuat tubuhnya kembali terjatuh. Pagi itu ia benar-benar tak berdaya dan tak tahu harus meminta tolong ke siapa, sementara dirinya belum mengenal siapa pun kecuali Ryan.
Tapi ia tidak mau merepotkan pria itu, karena ia tahu bahwa Ryan memiliki jadwal kuliah hari ini.
Dengan sekuat tenaga ia bangun dari pembaringan, menopang kepalanya yang terasa berat. Berjalan pelan mengambil beras untuk membuat bubur. Saat keluar dari pintu ia terkejut mendapati seseorang telah berdiri di hadapannya dengan raut khawatir, dan saat itu pula tubuhnya ambruk.
"Auli!"
Dia adalah Ryan, pria itu segera menggendong tubuh lemas Aulia dan membawanya masuk ke dalam kamar, membaringkan tubuh Aulia ke atas kasur. Ryan pun. Meletakkan punggung tangannya di atas dahi Aulia lalu turun ke leher.
"Panas sekali" Ryan berkata lirih.
"Kamu tidak ke kampus?" Aulia bertanya dengan suara parau.
"Sejak semalam aku mengkhawatirkan mu, dan tadi pagi aku merasa jantungku terasa sakit tiba-tiba teringat kamu, lalu aku putuskan untuk menjenguk mu tidak disangka firasatku benar" Jelasnya, kemudian tangannya meraih sekantong plastik putih berisi bubur ayam.
Ryan membantu Aulia untuk duduk bersandar di dinding yang sudah di berikan bantal agar punggung Aulia tetap nyaman. Ryan pun menyodorkan sesuap bubur yang sudah dibelinya sebelum ke kost Aulia.
"Makanlah, setelah ini minum obat?"
"Apa kamu bolos karena aku?"
"Tidak"
Aulia pun mengunyah pelan bubur yang disuapi Ryan padanya, matanya menatap wajah Ryan yang begitu telaten merawatnya. Ia tahu bahwa Ryan bolos karena dirinya dan ia merasa bersalah akan hal itu.
"Aku tidak mau menjadi beban untukmu, aku tidak mau hanya karena aku, membuatmu tidak pergi kuliah dan itu akan mengganggu masa depanmu" Aulia berkata lirih dan dengan nada bersalah.
Ryan pun menyimpan mangkok berisi bubur ayam di atas meja belajar dekat kasur, dan mengelus kepala Aulia lembut. Tatapan begitu hangat membuat Aulia merasa nyaman.
"Sayang, jangan pernah mengatakan hal itu. Mungkin kuliah ini sangat penting bagiku tetapi jika dibandingkan denganmu, aku lebih memilih kamu daripada yang lain... Aku tidak suka kau memiliki pemikiran seperti itu, aku akan ke lebih suka jika kamu selalu melibatkan aku disetiap waktumu..."
"Aku ingin disibukkan olehmu, bisakah kau melakukan hal itu?" Aulia pun mengangguk menyetujui permintaan aneh dari prianya.
Dan Ryan pun kembali menyuapi Aulia dengan sangat sabar, suapan demi suapan pun habis di mulut Aulia hingga tak menyisakan sebutir bubur ayam di dalam mangkok. Ryan pun mengambil air dalam teko kecil yang masih hangat. Ia pun menuangkannya ke dalam gelas kemudian di berikan kepada Aulia.
Setelah makan, Aulia pun meminum obat yang dibawa Ryan untuknya. Setelah itu kembali berbaring. Rasa sakit dan demam yang dirasa perlahan-lahan berkurang membuat Aulia kembali nyaman walau belum sepenuhnya.
"Kamu sudah makan?"
"Belum"
"Kenapa?"
"Masih kenyang" Aulia hanya mengangguk pelan mendengar jawaban singkat Ryan.
"Aku sudah agak baikan, kamu..." Belum sempat meneruskan ucapannya Ryan langsung memotong ucapan Aulia.
"Aku tetap di sini sampai kamu benar-benar sehat"
"Di sini kost perempuan, apa kamu tidak takut di usir atau di digosipin?" Aulia merasa tidak nyaman jika Ryan berlama-lama di kamarnya, walaupun tidak melakukan hal-hal tak senonoh tetapi ia tidak ingin ada pemikiran buruk orang lain terhadap mereka.
"Aku sudah minta izin ke ibu kost kamu, dan mereka mengizinkan... Lagipula pintu kamarnya terbuka lebar dan kita juga tidak melakukan hal-hal tak bermoral lalu kenapa harus takut.... Lebih baik kamu istirahat jangan terlalu memikirkan orang lain yang belum peduli sama kehidupan kamu" Jelas Ryan panjang lebar membuat Aulia menghela napas panjang.
Pria itu berkata dengan wajah serius dan dengan nada yang tegas, hingga Aulia pun tidak dapat berkutik dan hanya menuruti perkataan Ryan. Ia pun mulai menutup matanya, mengistirahatkan tubuh dan pikirannya sejenak membiarkan Ryan seorang diri duduk di sampingnya tanpa merasa was-was. Perempuan itu menurunkan kewaspadaannya karena ia yakin bahwa pacarnya itu tidak akan melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya.
"Jika Uchiha Sasuke mengatakan: Bahkan bayanganmu sendiri akan meninggalkanmu di dalam kegelapan... Maka aku mengatakan tidak dengan dirinya... Dia selalu muncul di setiap aku mengalami kesulitan, seperti jiwa yang saling menyatu bahkan rasa sakit ku pun ia merasakannya" Aulia berbisik dalam benaknya, merasakan kehangatan yang diberikan Ryan padanya.
Bahasa cinta yang dimiliki pria itu, membuatnya berjuta-juta kali lipat jatuh cinta karena act of service adalah bahasa cinta yang didambakan oleh setiap perempuan, dan ia telah merasakan bahasa cinta itu.
Sementara itu, Ryan berkutat dengan ponsel di tangannya, membuka beberapa artikel ilmiah untuk di baca kemudian beralih ke aplikasi word dan menuliskan beberapa kalimat pada dokumen yang masih kosong. Pria itu seperti sedang mengerjakan tugas dari kampus.
Setelah tiga puluh menit berkutat dengan ponselnya, ia pun menaruh ponsel itu di atas meja belajar milik Aulia kemudian melihat wajah Aulia yang sangat rupawan di matanya.
Tangannya terulur menyentuh anak rambut yang menutupi sebagian wajahnya, kemudian menyingkapnya ke belakang telinga. Seutas senyum merekah di bibirnya yang sedikit tebal lalu berkata "Semakin kutatap wajahmu semakin membuatku terjatuh"
"Inikah perempuan yang membuatku menderita selama bertahun-tahun? Dia pantas mendapatkan perhatianku" Ryan bermonolog sambil mengelus pipi lembut Aulia dan perlahan-lahan mendekat pada wajah yang tertidur pulas.
Kemudian, tatapannya tertuju pada dua belahan yang tertutup rapat, warna merah muda itu sungguh memikat perhatiannya seperti Medan magnet yang sedang menarik magnet lainnya.
"Aku ingin sekali merasakannya tetapi aku bukanlah pria brengsek yang mengambil kesempatan dalam kesempitan" Pria itu pun tersadar dan menjauhkan dirinya dari Aulia. Ia pun beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar Aulia.
"Sial, hampir saja aku mencium bibirnya" Ujar Ryan menggerutu kesal karena tidak bisa menahan gejolak dalam dirinya hingga buru-buru keluar dari kamar Aulia yang terasa sesak.
"Dasar pria bodoh, padahal aku sudah sangat lama menantikannya tetapi ia masih belum melakukannya" Aulia tiba-tiba membuka matanya dan melirik ke arah pintu.
"Apa aku harus melakukannya?" Batinnya kembali menutup matanya tatkala mendengar suara kaki yang sedang melangkah ke arah kamarnya.
.
.
.
.
Lanjut part 25