NovelToon NovelToon
Terjerat DUDA Mafia

Terjerat DUDA Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Prang!!!

Seeeeettt!!

Hujan deras menyelimuti malam ketika Hawa Harper mendapati sebuah mobil mewah terguling di jalan sepi. Di balik kaca pecah, ia melihat seorang pria terluka parah dan seorang anak kecil menangis ketakutan. Dengan jantung berdebar, Hawa mendekat.

“Jangan sentuh aku!” suara pria itu serak namun tajam, meski darah mengalir di wajahnya.

“Tuan, Anda butuh bantuan! Anak Anda—dia tidak akan selamat kalau kita menunggu!” Hawa bersikeras, melawan ketakutannya.

Pria itu tertawa kecil, penuh getir. “Kau pikir aku percaya pada orang asing? Kalau kau tahu siapa aku, kau pasti lari, bukan menolong.”

Tatapan Hawa ragu, namun ia tetap berdiri di sana. “Kalau aku lari, apa itu akan menyelamatkan nyawa anak Anda? Apa Anda tega melihat dia mati di sini?”

Ancaman kematian anaknya di depan mata membuat seorang mafia berdarah dingin, tak punya pilihan. Tapi keputusan menerima bantuan Hawa membuka pintu ke bahaya yang lebih besar.

Apakah Hawa akan marah saat tahu kebenarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Pusingnya Hawa

Hawa Harper berdiri di depan pintu rumahnya dengan napas tersengal, matanya memandang tajam pada pria yang kini duduk di sofa ruang tamunya. Harrison Noah, pria yang wajahnya keras dan penuh luka itu, tetap memancarkan aura dingin meski tubuhnya terlihat lemah. Di sampingnya, Emma, anak perempuannya yang baru berusia tujuh tahun, terbaring dengan luka di dahi yang sudah ia balut dengan rapi dn beberapa luka di tangannya yang sudah rapih di perban. Namun, itu belum cukup membuat hati Hawa tenang.

Setelah malam penuh ketegangan itu, Harrison memaksa Hawa membawa mereka ke rumahnya alih-alih ke rumah Bab 2: Pusingnya Hawa di rumahnya, dan ia harus memastikan mereka baik-baik saja, sambil menjaga rahasia besar yang mungkin bisa menghancurkan hidupnya.

“Dengar, Tuan Noah,” kata Hawa sambil melipat tangannya di dada. “Aku sudah melakukan semua ini atas dasar rasa kemanusiaan. Tapi aku harus tahu, kenapa Anda tidak mau ke rumah sakit? Apa yang sebenarnya Anda sembunyikan?”

Harrison menatapnya dengan dingin, tatapannya seakan bisa menembus jiwa. “Semakin sedikit orang yang tahu, semakin baik. Itu saja yang perlu kau ketahui,” katanya pendek.

Hawa mendesah panjang. “Tuan, aku paham Anda punya alasan. Tapi Anda harus tahu, ini rumahku. Jika orang tuaku tahu ada pria asing dan anak kecil di sini, apa yang harus aku katakan?”

Harrison mendongak, menatap Hawa dengan tajam. “Bilang saja aku saudara temanmu yang membutuhkan bantuan. Kau cukup pandai bicara, bukan? Jangan seolah kamu tidak paham!”

“Tuan!” seru Hawa, suaranya meninggi. “Ini bukan lelucon! Aku bisa kehilangan pekerjaan kalau ini sampai ketahuan. Dan lagi, Anda siapa sebenarnya? Apa yang membuat Anda begitu takut untuk ditemukan?”

Harrison tersenyum tipis, tapi senyuman itu sama sekali tidak menenangkan. “Kau tidak perlu tahu siapa aku. Percayalah, semakin sedikit yang kau tahu, semakin aman kau dan keluargamu.”

"Pria aneh dan egois. Rasanya ingin sekali memukul kepalanya." batin Hawa.

Hawa menggelengkan kepala, merasa frustrasi. Ia ingin menolak, tapi tatapan Harrison yang penuh ancaman membuatnya bungkam. Sementara itu, Emma mulai bergerak kecil, membuka matanya perlahan.

“Mama…” suara kecil itu terdengar lirih, membuat hati Hawa mencelos.

Hawa langsung mendekat, membelai kepala gadis kecil itu dengan lembut. “Ssshh, sayang. Tidak apa-apa. Kamu aman di sini.” Akhirnya membuat Emma kembali terlelap tidur dengan tenang.

Harrison memperhatikan adegan itu tanpa berkata apa-apa, tapi matanya melembut sesaat sebelum kembali menegang. “Emma tidak boleh tahu apa pun,” katanya pelan, tapi penuh penekanan.

Hawa menatapnya tajam. “Tuan, aku bukan orang yang suka menyimpan rahasia, apalagi di rumah saya sendiri. Tapi baiklah, aku akan melakukannya. Tapi ini tidak bisa lama-lama. Aku akan merawat kalian sampai membaik. Setelah itu, Anda harus pergi. Dan biarkan aku kembali damai dan bekerja dengan bebas.”

Harrison tidak menjawab, hanya mengangguk kecil.

---

Hari-hari berikutnya terasa seperti neraka bagi Hawa. Setiap kali Papa Dylan Harper atau Mama Tamara Harper bertanya siapa tamu di rumah mereka, Hawa harus berbohong dengan hati berdebar.

“Siapa mereka, Hawa?” tanya Tamara suatu malam saat mereka sedang duduk di ruang makan. “Pria itu tampak... berbahaya. Kau yakin dia temanmu?”

Hawa menelan ludah. “Dia saudara dari teman kerja, Ma. Mereka kecelakaan, dan aku tidak tega meninggalkan mereka begitu saja.”

Tamara mengerutkan kening, tapi akhirnya mengangguk. “Kamu ini terlalu baik, Hawa. Tapi hati-hati, ya. Jangan sampai kebaikanmu dimanfaatkan. Mama hanya pesan itu, karena kau sangat baik, Hawa.”

Hawa hanya tersenyum tipis. Ia tahu ibunya tidak akan pernah membayangkan betapa rumitnya situasi ini.

Di sisi lain, hubungan Hawa dan Harrison tetap penuh ketegangan. Setiap kali mereka bertukar kata, selalu diwarnai dengan argumen tajam.

“Tuan Noah, Anda harus makan. Tubuh Anda butuh energi untuk pulih,” kata Hawa suatu malam sambil membawa nampan makanan ke ruang tamu.

“Aku tidak lapar,” jawab Harrison tanpa menoleh.

Hawa mendengus kesal. “Dengar, Tuan. Kalau Anda mati kelaparan di rumahku, itu hanya akan membawa masalah besar bagiku. Jadi, makanlah!”

Harrison berbalik, menatapnya dengan tatapan yang begitu menusuk hingga Hawa hampir mundur. “Kau pikir aku tidak tahu bagaimana caranya bertahan hidup? Aku tidak butuh ceramah darimu.”

Hawa menahan napas, tapi ia tidak mau kalah. “Tuan, aku bukan ceramah. Aku hanya memastikan Anda dan anak Anda tetap hidup. Jadi, tolong, jangan buat segalanya lebih sulit dari yang sudah ada. Setidaknya menurut lah padaku.”

Untuk pertama kalinya, Harrison tidak menjawab. Ia mengambil nampan itu dengan satu tangan dan mulai makan dalam diam.

Emma, di sisi lain, mulai terbiasa dengan kehadiran Hawa. Gadis kecil itu sering meminta Hawa untuk duduk bersamanya, bahkan memeluknya saat tidur. Hal itu membuat hati Hawa hangat, meski ia tahu ini hanya sementara.

---

Seminggu berlalu, dan kondisi Harrison serta Emma semakin membaik. Luka-luka mereka sudah mengering, dan Hawa mulai merasa lega. Namun, ada sesuatu yang membuatnya gelisah. Harrison tidak pernah menyentuh ponsel atau meminta bantuan dari siapa pun. Bahkan, ia tidak pernah keluar rumah.

Suatu pagi, saat mereka sedang sarapan, Hawa akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. “Tuan Noah, sudah seminggu Anda di sini. Bukankah seharusnya Anda menghubungi keluarga atau teman Anda?”

Harrison menatapnya dengan dingin. “Aku akan pergi hari ini. Tapi kau harus mengantarku.”

Hawa mengernyit. “Mengantar ke mana?”

“Ke rumahku,” jawab Harrison singkat.

Hawa terdiam. Ia tidak tahu harus merasa lega atau khawatir. Namun, ia tidak punya pilihan selain mengikuti permintaannya.

---

Saat Hawa mengantar Harrison dan Emma ke alamat yang ia berikan, ia terkejut melihat sebuah rumah besar dengan gerbang tinggi dan penjagaan ketat. Mobilnya terasa begitu kecil saat melewati jalan masuk yang panjang.

“Kau tinggal di sini?” tanya Hawa, suaranya dipenuhi ketidakpercayaan.

Harrison hanya mengangguk. Saat mobil berhenti, beberapa pria berjas hitam segera menghampiri. Mereka tampak terkejut melihat Harrison dan Emma, tapi tidak mengatakan apa-apa.

“Terima kasih atas bantuanmu,” kata Harrison dingin sebelum keluar dari mobil, membawa Emma di pelukannya.

Namun, sebelum Hawa sempat pergi, salah satu pria berjas hitam menghampiri. “Maaf, Nona. Tuan Harrison ingin Anda masuk sebentar.”

Hawa menatap pria itu dengan bingung. “Apa maksud Anda? Aku hanya membantu mereka. Tidak ada urusan lain.”

Pria itu tidak menjawab, hanya membuka pintu mobilnya. Dengan enggan, Hawa mengikuti. Ia tidak tahu apa yang menantinya di dalam rumah mewah itu, tapi firasatnya mengatakan, ini adalah awal dari masalah yang jauh lebih besar.

Bersambung.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terima kasih atas dukungan kalian ya.

1
Astuti Setiorini
konflik mulai muncul..semoga smua berjaln lancar
ziear: amin.
total 1 replies
Astuti Setiorini
kluarga horison udah merestui
beybi T.Halim
baru mampir.,sepertinya menarik.,perempuan yg kuat💪💪
ziear: terims kasih kak.
happy reading
total 1 replies
Astuti Setiorini
wah malu2 kucing emma dan papanya emma
ziear: ho oh kak, gimana kalau...
ah tunggu ya kelanjutannya.😁😍
total 1 replies
HARTINMARLIN
semoga impian mu terwujud Emma
ziear: amin ya allah.🤲
total 1 replies
Astuti Setiorini
luar biasa
ziear: Terima kasih kak dukungannya.🤗😁🙏
total 1 replies
Astuti Setiorini
semgat emma smoga rencanamu terwujud
ziear: amin ya allah.
total 1 replies
HARTINMARLIN
lanjut lagi
ziear: siap kak, tunggu ya.
🙏
total 1 replies
Astuti Setiorini
sama sama canggung
ziear: setuju, malu malu tapi...
total 1 replies
HARTINMARLIN
luar biasa
ziear: Terima kasih kak🙏
total 1 replies
HARTINMARLIN
akankah Horison akan jatuh cinta sama Hawa
ziear: Hem, kita lihat perjuangan keduanya ya kak. Bagaimana keduanya akan bersama atau tidak?

Terus baca kelanjutan kisah mereka ya kak🙏🤗
total 1 replies
ziear
terima kasih sarannya kak
Astuti Setiorini
coba hawa bisa bela diri pasti bisa melindungi diri sendr dan emma dr musuh papanya emma
HARTINMARLIN
lanjut lagi
ziear: besok ya kak kelanjutannya.
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!