Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Membeku
Waktu seolah-olah akan terhenti. Sedikit lagi bibir Juwita dan Calvin bersentuhan. Dalam jarak yang sangat dekat, Juwita dapat mencium aroma parfum maskulin Calvin. Aroma yang akhir-akhir ini selalu membuat dadanya bergejolak, setiap kali bertatap muka dengan Calvin.
Wanita mana yang tidak jatuh hati pada Calvin. Juwita pun sampai saat ini tidak bisa menghilangkan perasaannya. Juwita merasa seperti mimpi, bahwa suaminya adalah Calvin. Calvin memiliki daya tarik tersendiri, yang tidak bisa dimiliki oleh semua pria. Dia pintar dan berkharisma, berwajah tampan serta berbadan kekar.
Saat ini, Juwita membeku di tempat, sampai-sampai menahan napas kala dapat merasakan deru napas Calvin menerpa wajahnya. Tidak hanya itu, jantung Juwita seperti akan meledak sekarang. Membayangkan akan berciuman dengan Calvin. Namun, semua itu hanyalah sebuah khayalan semata. Sebab Calvin memalingkan mukanya ke samping tiba-tiba, lalu menegakkan tubuhnya dengan cepat.
"Lain kali kalau tidak bisa membuka sabuk pengaman, beritahu aku," ucap Calvin setelahnya tanpa menatap lawan bicara. Lelaki itu berdiri sedikit jauh dari pintu mobil yang masih terbuka lebar dan tengah membelakangi Juwita saat ini.
Juwita menggeleng cepat, karena khalayannya tersebut hampir saja membuat jantungnya berhenti berdetak. Juwita kemudian menarik napas dalam-dalam, mengatasi rasa gugup yang melandanya barusan. Namun, setelah menghirup udara di sekitar. Bukannya teratur degup jantungnya, malah semakin berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Dia pun keluar dengan cepat dari mobil.
"Iya, maaf Calvin. Terima kasih karena sudah mengantarku, kalau begitu aku permisi dulu." Sangking gugupnya, Juwita tidak mendengar tanggapan Calvin, memilih berlari cepat menuju gang kecil.
Meninggalkan Calvin tengah membalikkan badan. Matanya sedikit membola kala melihat Juwita tak lagi berada di sekitar, justru berlari di depan sana.
"Mengapa dia yang minta maaf? Bukannya aku yang harus minta maaf,"gumam Calvin, memandang punggung Juwita dari kejauhan.
Calvin membuang napas kemudian memegang dadanya yang masih berdetak kencang dari tadi.
"Ada apa denganku? Apa aku sakit jantung?" Ternyata bukan hanya Juwita yang merasa jantungnya akan meledak. Calvin pun juga.
Lelaki itu tampak heran dengan reaksi organ dalamnya tersebut tadi.
"Mungkin saja, sudahlah sebaiknya aku pulang," ucap Calvin lalu melirik lagi ke arah Juwita yang saat ini sudah menghilang di gang kecil.
"Ternyata di situ rumahnya, apa rumah Tina dan Chester di situ juga?"
Calvin menggeleng cepat, sempat berpikir ingin bertandang ke rumah Juwita, menanyakan bocah kecil yang ditemuinya kemarin. Akhir-akhir ini benak Calvin dipenuhi dengan Chester. Calvin pun heran sendiri. Mengapa anak itu mencuri perhatiannya?
Akan tetapi, bunyi pesan masuk ponsel di saku celananya, mengurungkan niatnya. Yang ternyata, setelah diperiksa, pesan dari Marisa, menyuruhnya untuk segera pulang.
Calvin pun memutuskan kembali ke rumah.
...
Di tempat lain, di kediaman Lara. Pesta masih berlangsung. Lara masih melayani para tamu undangan, sementara Marisa dan Putri terpaksa duduk di salah satu ruangan. Sebab beberapa menit yang lalu, Lara memberi Putri ultimatum untuk tidak mengikuti pesta.
"Ma, bagaimana ini? Nenek tidak menyukaiku, bagaimana aku bisa menjadi istri Calvin nanti,"ujar Putri, mulai panik. Kala teringat ucapan Lara tadi.
"Jangan ikut campur Nona. Jaga batasanmu! Calvin itu sudah berkeluarga. Aku tidak tahu apa yang dijanjikan Marisa padamu, tapi selama aku hidup, Juwita akan selalu menjadi menantu keluarga Cloud!" kata Lara tadi.
"Tenanglah Putri, yang terpenting kamu sudah tahu kan, kalau Calvin itu tidak mencintai Juwita. Lihatlah sampai sekarang Calvin masih menyuruhmu berdiri di sampingnya, walaupun aku sedikit kecewa ternyata kamu hanya pacar bohongan anakku."
Putri baru saja memberitahu mengenai hubungannya dan Calvin. Ketika Calvin pulang dari luar negeri, Marisa sangat senang mendapat informasi dari orang kepercayaannya di sana, jika Calvin berpacaran dengan Putri. Putri dan Calvin satu kampus.
"Ya tapi Ma, Juwita malam ini terlihat cantik, aku takut Calvin akan jatuh hati padanya, lalu apa benar Calvin dan Juwita tidak memiliki anak Ma? Maksudku apa Mama percaya seratus persen jika kejadian di kampung itu hanyalah sebuah kesalahpahaman? Atau memang benar mereka berbuat—"
"Ck!" Marisa langsung memotong dengan mata melotot keluar. "Cukup Putri, apa kamu tidak melihat tadi Calvin tidak memuji Juwita sama sekali. Tenanglah, kamu lebih cantik dari Juwita. Bukan hanya cantik, kamu juga kaya, dan juga seorang model! Percayalah sama Mama, Calvin dan Juwita tidak mungkin memiliki anak, jadi sekarang aturlah strategi untuk mendapatkan hati anakku."
Putri lantas terdiam. Memikirkan perkataan Marisa. Masih dengan raut wajah panik, dia tengah berusaha untuk memercayai wanita di hadapannya ini.
Dahulu, ketika pulang dari luar negeri. Dia sangat senang, saat Marisa mengatakan, menerimanya sebagai calon menantu. Meskipun masih menjadi kekasih bohongan Calvin. Namun, Putri berharap akan benar-benar menjadi menantu di keluarga Cloud, dan sejak hari itu dia sering bertandang ke rumah orang tua Calvin, bermaksud mencari muka agar hati Calvin dapat meluluh juga, tapi sampai saat ini hubungannya dan Calvin tidak ada kemajuan.
"Baiklah Ma, tapi Mama bisa kan membantuku menyingkirkan Juwita, aku sangat takut Ma, apa lagi Juwita karyawan di perusahaan Lara Crop," balas Putri kemudian.
Marisa menyeringai dengan sangat tajam. "Kamu tenang saja, serahkan sama Mamamu ini. Tapi, kamu juga harus berusaha mendekati Calvin, oke?"
Putri tersenyum lebar lalu reflek memeluk Marisa. "Oke, terima kasih Ma."
Marisa mengangguk sambil membalas pelukan. Dalam hitungan detik, bunyi ketukan di luar membuat interaksi Marisa dan Putri terjeda.
Marisa dan Putri mengurai pelukan lalu saling lempar pandangan sejenak.
"Siapa?" tanya Marisa.
"Ini aku!" Dari luar Calvin tiba-tiba berseru.
Begitu mendengar suara Calvin, mata Putri langsung berbinar-binar. Dia pun merapikan sedikit rambutnya kemudian mencondongkan tubuh ke arah pintu.
Marisa mengulum senyum. "Masuklah!"
Perlahan, pintu mulai terbuka. Masih berdiri di ambang pintu, Calvin pun membuka suara.
"Ada apa menyuruhku pulang?" tanya Calvin tanpa menunjukkan ekspresi sama sekali, wajahnya sangat datar.
"Nak, tolong antar Putri pulang ya ini sudah malam, kasihan dia pulang sendirian," ujar Marisa.
"Aku capek, suruh saja dia naik taksi." Belum juga mendapat balasan, Calvin tiba-tiba melengoskan muka dan melenggang pergi dari situ.
Marisa dan Putri terperangah dengan tanggapan Calvin.
"Calvin, tunggu!" pekik Marisa kemudian, dengan tampang sangat kesal.
"Tuh kan Ma, Calvin sudah berubah tidak seperti dulu," timpal Putri.
Marisa membuang napas berat. "Tidak Putri, Calvin mungkin sedang lelah, makanya suasana hatinya buruk, sudah sekarang kamu pulang diantar sama supir pribadi Mama saja ya."
"Ya deh Ma." Wajah Putri tampak muram.
"Jangan sedih dong, mulai dari besok luluhkan lah hati Calvin dan sering-seringlah datang ke tempat kerjanya." Bujuk Marisa, berusaha menyemangati Putri.
Wajah Putri mendadak berubah menjadi berseri-seri. "Oke deh. Bantu aku juga ya Ma."
"Pasti itu, ayo kita keluar, agar kamu cepat beristirahat."
Putri pun mengangguk lalu keluar bersama Marisa dari ruangan.
***
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Juwita sudah sampai di kantor. Suasana hatinya sangat baik karena Chester dan Tina memuji penampilannya tadi pagi. Semalam, Tina mengatakan dia sangat cantik tanpa kacamata. Tina hampir saja curiga karena Juwita pulang dengan penampilan yang berbeda. Untung saja Juwita memiliki alibi untuk berbohong pada Tina dan Chester.
Dan pagi ini, Tina memaksanya untuk memakai softlens minus. Juwita pun menuruti kemauan sahabatnya itu, hingga sekarang para karyawan di ruangan tampak pangling dengan penampilan Juwita. Terutama kaum pria yang tak berkedip-kedip menatap ke arah Juwita dari tadi.
Juwita menggunakan sedikit riasan natural, softlens berwarna cokelat gelap serta memakai kemeja cokelat, celana kain berwarna putih dan heels hitam sepanjang 5 cm. Juwita terlihat menawan. Membuat Dewi, rekan kerjanya menegurnya kali ini.
"Ada apa dengan penampilanmu? Apa kamu berusaha mencari perhatian dengan karyawan laki-laki di sini," cibir Dewi.
Juwita tersenyum. "Nggak kok, aku cuma pengen aja ganti penampilan, biar nggak monoton."
"Eh." Juwita dan Dewi terkejut kala Salma tiba-tiba masuk ke ruangan sambil menatap rekan-rekan kerjanya yang lain.
"Teman-teman, ayo cepat berdiri! Presdir baru kita datang!" seru Salma lalu berdiri di dekat meja kerjanya.
Semua karyawan di ruangan lantas berdiri dan sesekali membenarkan pakaian. Termasuk Juwita dan Dewi.
Detik selanjutnya, Calvin masuk bersama Ardi dan sekretaris wanitanya bernama Lina.
Baru juga melangkahkan kaki di ruangan, pandangan Calvin langsung tertuju pada Juwita hingga pandangan keduanya langsung terhubung.
Juwita merasa aneh, kala mendapat tatapan dingin dari Calvin sekarang.
"Apa-apaan kamu, Juwita? Di mana kacamatamu?" kata Calvin seketika, membuat mata Juwita hampir saja keluar dari tempatnya sekarang.
HADEH ini Gustav maksud nya apa bikin panas Calvin???
tapi bagus Juwita udah berani berkata-kata utk melawan Calvin, ayoooo Menyala lah Juwita ku 🔥🔥🔥
harus berani balas kata-katanya Calvin sekarang