Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya memunculkan sifat yang berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Berbekal bukti yang mereka miliki, Puteri meminta Selvi untuk menghubungi Wulan karena ada perubahan rencana. Mereka pun mengobrol lewat panggilan telepon.
Puteri, berencana menuntaskannya malam ini, dibantu dengan orang-orang Selvi dan Wulan. Orang-orang Wulan masih setia memantau Nino dan melaporkan setiap pergerakannya.
Puteri berpikir sejenak, jika ia melaporkan Nino, maka Rita pun akan ikut terseret, dan Puteri tidak ingin sampai melibatkan Rita lagi, sudah cukup ia mendapatkan hukuman atas perbuatannya.
Lalu Wulan bertanya padanya, apa yang akan Puteri lakukan jika tidak melaporkannya ke polisi??. Puteri hanya terdiam, ia merasa dilema. Ia juga turut andil dalam hal ini, pasalnya jika saja ia mampu menjaga kehormatannya, maka semua ini tidak akan terjadi.
"Aku tau apa yang akan aku lakukan selanjutnya teh!!!" Jawab Puteri dengan yakin.
"Apa itu??" Tanya Wulan penasaran.
Puteri pun menceritakan rencananya kepada Selvi dan Wulan. Awalnya Wulan tidak setuju karena itu akan membahayakan diri Puteri, tapi Puteri berusaha meyakinkan mereka bahwa ia akan baik-baik saja.
Tolong lakukan saja dulu rencananya malam ini, selanjutnya biar aku yang bertindak. Lalu Puteri menutup panggilan teleponnya dengan Wulan.
***********************
Selvi hanya diam, sebenarnya ia agak khawatir dengan sepupunya itu, karena kondisinya yang belum pulih, takut jika harus drop lagi karena turun tangan langsung. Namun Selvi tau benar Puteri seperti apa, ia pun mencoba untuk percaya pada sepupunya itu.
"Put, apa gak sebaiknya kita minta pengawasan Polisi saja, aku benar-benar khawatir padamu!! Bagaimana bila mereka nekad, apalagi mereka melakukan itu dengan keadaan mabuk!" Ucap Selvi sedikit memelas agar Puteri mau mendengarkannya.
"Vi, tolong percaya sama aku ya. Biar aku selesaikan dengan caraku, dan aku pastikan ini akan membuatnya jera!!! Lagi pula 4 orang pria tinggi besar bersama kita, menghadapi 4 orang dari mereka itu sudah cukup untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan!!!" Jelas Puteri lagi sambil memegang kedua tangan sepupunya itu meyakinkan.
Selvi tidak menjawabnya lagi, ia hanya menunduk sambil menahan tangis yang hendak keluar dari matanya. Puteri yang menyadari itu, lalu memeluknya, berusaha menenangkannya.
"Boleh aku minta tolong 1x lagi?? Tolong bantu aku meminta izin pada mamah, bahwa malam ini aku akan menginap dirumahmu, tolong bantu aku meyakinkannya, aku mohon!!!" Sambil menyatukan kedua tangan.
Selvi kembali diam, ia menundukan wajahnya. Lalu Puteri mengatakan jika ini berhasil, maka ia akan sangat bahagia karena sudah bisa membalas sakit hatinya. Selvi yang mendengar kata-kata Puteri yang terucap lirih, lantas langsung mengangkat kepalanya, dan menganggukan kepalanya seraya mengiyakan permintaan Puteri.
Mereka pun bersiap-siap sesuai dengan arahan orang-orang suruhan Wulan, Puteri sudah mendapat izin dari mamahnya dengan beralasan hendak menginap dirumah Selvi. Tidak berbohong memang, hanya saja tujuannya adalah agar ia bisa membalaskan perbuatannya Nino dulu sebelum pulang ke rumah Selvi.
******************
Akhirnya Nino dan ketiga temannya tiba dikostan Rita. Malam itu suasana kostan nampak hening, sehingga memudahkan aksi mereka.
Nino membuka pintu kamar Rita dengan kunci duplikat yang pernah Rita berikan kepadanya, kemudian ia mengendap-endap masuk kedalam ruangan itu, yang lampunya memang sengaja tidak dinyalakan.
Sebelum masuk ke kamar Rita, mereka melepas pakaian yang dikenakan dan hanya menyisakan boxer saja agar langsung bisa meng*kse*usi Rita seperti rencananya.
Ya!, Nino dan teman-temannya berniat untuk memp*rkos* Rita secara brutal agar wanita itu jera dan trauma, karena sudah berani menjadi penghianat.
Nino dan ketiga temannya sudah dalam keadaan mabuk, sebelumnya mereka sudah minum dulu agar nyali mereka bisa naik, dan agar lebih bar-bar ketika nanti mengg*uli Rita.
Kemudian mereka masuk ke kamar Rita, dan hendak menerkam wanita yang tengah tertidur itu. Mereka perlahan lahan naik ke atas kasur, yang memang hanya digelar dilantai dengan karpet sebagai alasnya.
Nino menerkam wanita itu terlebih dahulu. Teriakan terdengar dari mulut wanita itu, kala Nino memeluknya, membangunkan dari tidurnya, Nino kemudian membekap wanita itu agar tidak bersuara lagi.
Tapi kemudian lampu menyala, mengagetkan semua yang ada di ruangan itu, pasalnya tidak ada satupun dari mereka yang menyalakan lampu, sebab semua dalam posisi berada diatas kasur. Dan begitu kagetnya Nino saat ia berbalik menatap wanita yang sedang ia bekap mulutnya ternyata adalah Puteri.
Ternyata teriakan Puteri adalah pertanda bahwa Nino dan teman-temannya mulai beraksi. Maka Selvi dan keenam pria yang bersamanya langsung beraksi seperti rencana Puteri.
Nino semakin terkejut dibuatnya, melihat Selvi beserta 4 orang laki-laki langsung masuk ke kamar itu, masing-masing pria yang bersama Selvi langsung mengamankan ketiga teman Nino.
"Surprise!!! Apa kamu terkejut sayang??" Tanya Puteri sambil melepas tangan Nino.
Nino masih mematung, ia masih belum bisa mencerna kejadian ini, kemudian Puteri menarik tangan Nino, kemudian mendudukannya di sofa, sedangkan ketiga temannya, masing-masing dipegang oleh orang suruhan itu.
"Hei, bicara dong, jangan diam mematung begitu!! Apa kamu tidak suka dengan kejutanku??" Tanya Puteri, lantas mengambil rokok yang ada di meja lalu menyalakannya.
Selvi yang berada di pojok ruangan lalu menyalakan kamera yang sudah dipersiapkan untuk mulai merekam.
"Apa maksud semua ini yank??" Tanya Nino keheranan.
"Akhirnya kamu bicara juga, apa kamu tidak suka melihatku?? Atau justru kamu lebih suka melihat selingkuhanmu Rita??" Tanya Puteri sambil meliriknya tajam.
"Se-selingkuhan apa yank, aku gak ngerti??" Jawabnya masih mengelak.
Plaaaaak, Puteri menampar Nino dengan keras. Membuatnya tersentak kaget dengan kelakuan Puteri.
"Apa masih ingin mengelak lagi?? Hmm,!!!" Tanya Puteri sambil menarik rambutnya kebelakang.
"Aaa-aah sakit yank, a-aku gak ngerti apa maksud kamu!!!" jawabnya sambil kesakitan.
"Vi, dia masih belum ngaku, coba putar ulang videonya!!!"
Betapa terkejutnya Nino setelah melihat video itu. Video yang diambil secara diam-diam saat Nino bersama ketiga temannya merencanakan untuk memberi pelajaran kepada Rita dengan cara memperk*sanya secara brutal, karena ia telah berani bersekutu dengan Selvi dan menghianatinya.
Lalu Selvi pun memperlihatkan bukti-bukti yang lain, membuat Nino tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya diam mematung sambil menundukan kepala.
"Bagaimana jika semua bukti ini aku laporkan ke polisi??" Ancam Puteri yang mulai habis kesabarannya, lalu mengeluarkan cutter dari dalam saku celananya.
Nino lalu mengangkat kepalanya. "Maafin aku yank, aku bersalah, aku minta maaf!!!" Jawabnya gemetar saat melihat Puteri bermain dengan cutter ditangannya.
"Hanya itu??" Tanyanya sambil mengarahkan cutter itu kewajah Nino.
"Lalu apa yang harus aku lakukan, jangan sakiti aku, dan jangan laporkan aku ke polisi yank, aku mohon!!!" Pintanya sambil terus menatap cutter yang sedang dimainkan Puteri.
"Pertama, kamu hubungi Rita, minta maaf padanya atas semua perbuatan kam!!!, apa kamu tidak sadar sudah membuatnya trauma dengan perlakuanmu???"
"Ta-tapi yank," Sebelum Nino menyelesaikan ucapannya Puteri menodongkan cutter ke pipinya dan hendak menggoreskannya di wajah Nino.
"Aku tidak mau mendengar alasan apapun lagi, lakukan!!!" Perintahnya dengan suara meninggi dan tatapan dingin.
Nino pun kemudian menghubungi Rita. Ia meminta maaf sesuai dengan yang Puteri perintahkan dan tidak akan mengganggu hidupnya lagi.
"Bagus, kedua!!! Kamu baca ini dengan suara lantang lalu kamu tanda tangani diatas materai."
"Apa ini yank??" Tanya Nino lirih.
"Baca saja dulu, cepat lakukan!!!" Titahnya sambil menggoreskan cutter itu sehingga membuat pipi Nino berdarah.
Nino yang ketakutan sambil menahan sakit lalu melakukan seperti yang Puteri perintahkan, dalam kertas itu tertulis, ia mengakui semua perbuatannya dengan sadar, juga mengakui video dan bukti-bukti itu benar adanya. Ia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, apabila ia melanggar, maka ia siap jika perbuatannya dilaporkan ke polisi, dan lalu ia menandatanganinya diatas materai.
"Su-sudah!!!" Jawabnya terbata dan gemetar, melihat ekspresi wajah Puteri yang semakin menakutkan sambil memainkan cutter ditangannya.
"Oke, sekarang yang terakhir!!!. Mulai hari ini, antara kita sudah tidak ada hubungan apapun, jangan pernah kamu berani mengusikku, mengusik orang-orangku termasuk Rita. Dan apabila sampai terdengar atau terlihat olehku, kamu berbuat sesuatu kepada mereka, dengan tanganmu atau tangan yang lain atas suruhanmu, maka aku, Puteri Amanda Mikhaila bersumpah, akan membuat perhitungan denganmu, dan akan aku pastikan kamu membusuk di penjara seumur hidup kamu, atau bahkan melenyapkanmu dengan tanganku sendiri." Jawabnya sambil menggoreskan lagi cutter berkali- kali di pipi Nino.
Da*ah segar menetes dari pipi Nino yang dis*yat-s*yat oleh Puteri. Nino yang kesakitan hanya bisa menahannya dan tak berani berkutik.
Ia dan semua yang berada di ruangan itu begitu merinding mendengar ucapan Puteri barusan, bahkan Selvi pun juga terkejut, ia tidak pernah menyangka jika sepupunya bisa berkata dan melakukan itu.
"Kamu tidak tau siapa aku bukan?? Aku bukanlah gadis lugu lagi seperti yang kau kenal dulu, PANGGIL AKU PUTERI, jika kamu masih punya nyali untuk berurusan denganku, apa kau sudah PAHAM??" Lanjutnya lagi kali ini dengan tatapan yang sangat menyeramkan.
Nino hanya menggangguk, kemudian Puteri melirik kearah teman-temannya Nino yang juga mematung.
"Apa kalian paham??" Tanya Puteri kepada mereka sambil menghampiri.
Tidak ada jawaban, hanya anggukan saja dari ketiganya.
"Sekarang silahkan kalian pulang, tapi sebelum itu lepaskan bo*er yang masih kalian pakai!!!" Perintah Puteri sambil masih memainkan cutternya memandang mereka satu persatu.
Mereka hanya menatap Puteri, tidak ada yang berani menolak dan membantah perintahnya lagi, kemudian mereka mengangguk. Satu persatu dari mereka digiring keluar dengan tanpa sehelai benangpun ditu*uhnya.
Tersisalah Nino orang terakhir, Puteri kemudian menggiringnya ke depan, ia membisikan sesuatu sebelum melepaskannya. "Pergilah sejauh mungkin jangan sampai aku melihatmu lagi atau, kau tau!!! Cutter ini bisa menyayat habis jag*anmu, apa kamu mau mencobanya??"
Nino menggelengkan kepala, lalu Puteri hanya tertawa puas, namun tawanya sangat mengerikan. Seketika membuat malam itu semakin mencekam, membuat mereka semakin ketakutan. Kemudian Puteri memerintahkan untuk melepaskan mereka, dan merekapun lari terbirit-birit bukan karena takut jika ada orang-orang yang melihat, melainkan takut jika wanita yang bernama Puteri itu semakin menggila.