Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Lagi
Sudah pukul 12 malam. Mata Alsa belum juga bisa terpejam. Dia terus memikirkan acara besok pagi yang sebentar lagi akan merubah hidupnya. Pernikahannya dengan Gerald yang ternyata bukan mimpi, tetapi nyata dalam hidupnya dan harus dia jalani.
"Gimana bisa gue nikah sama tuh cowok, gue aja belum mutusin Digo," gumam Alsa seraya memainkan guling yang ada di dekapannya.
"Argghh!!" Alsa kesal sendiri memikirkan kisah percintaannya.
Alsa bingung untuk memutuskan hubungannya dengan Digo. Bukan hanya karena Digo yang sudah berubah sedikit romantis dengannya, tetapi Alsa yakin Digo tidak akan mau putus dengannya. Meskipun Digo juga memiliki wanita lain selain dirinya, tetapi Digo masih begitu mencintai Alsava. Terbukti tadi ketika Alsa pulang bersama dengan Gerald. Digo langsung terus menghubunginya, bahkan Digo berniat untuk menemuinya di rumah untuk memastikan Alsa selamat dan baik-baik saja. Beruntung Alsa bisa mencari alasan yang masuk akal agar Digo tidak begitu khawatir dengan dirinya.
Sampai akhirnya mata Alsa tertutup dengan sendirinya, Alsa tertidur dengan segudang pikiran yang menumpuk di otaknya. Tetapi begitu lelahnya sampai membuat gadis itu terpejam dan lelap dalam tidurnya.
Pukul setengah 5 pagi, pintu kamar Alsa dibuka oleh Mami Eva. Terlihat anak gadisnya yang masih meringkuk di dalam selimut. Mami Eva mendekat, lalu duduk di pinggir ranjang anaknya.
Tangannya mengusap lembut rambut anak gadisnya. Dia tersenyum, lalu mencium puncuk rambut kepala Alsava.
"Sayang bangun sudah hampir jam 5," bisik Mami Eva lembut.
Alsa tidak merespon dia baru saja memejamkan matanya. Jelas saja Alsa masih nyaman di alam mimpinya sekarang.
Melihat Alsa yang tidak bergeming membuat Mami Eva akhirnya memutuskan untuk menyibakan anak rambut yang sedikit berantakan di wajah anaknya. Lalu kembali membangunkan Alsava dengan lembut.
"Bangun dong anak Mami, kita harus siap-siap sekarang." Mami Eva mencoba untuk membangunkan Alsava lagi.
Alsa menggeliat, lalu membuka matanya secara perlahan. Dilihatnya Mami Eva yang sedang tersenyum manis ke arahnya.
"Kenapa Mi?" tanya Alsa melihat Maminya yang begitu pagi sudah berada di kamarnya. Dan itu sangatlah tumben sekali, biasanya kedua orang tuanya pergi juga tidak berpamitan terlebih dahulu dengannya.
"Kok kenapa sih? bangun siap-siap sayang, kita harus segera berangkat ke hotel sekarang," jelas Mami Eva membuat Alsa tersentak kaget.
Alsa baru ingat jika ini hari dimana dunia kebebasannya akan berakhir. Alsa menatap Maminya dengan tatapan memelas, seakan mengatakan jika dia tidak siap dengan semua ini, tetapi Mami Eva yang mengerti kekhawatiran dari Alsa segera memeluk Alsava dengan lembut.
"Tidak akan ada yang berubah dalam hidup kamu nak, kamu masih bisa bersekolah dan melakukan seperti hari biasanya-" kalimat Mami Eva terjeda.
Dia menatap Alsa dengan lekat, lalu menggenggam tangan Alsava. Dia sendiri merasa tidak tega, tetapi untuk saat ini hanya ini satu-satunya jalan terbaik untuk Alsa. Mami Eva tidak bisa melakukan hal yang lebih baik dari menikahkan Alsa dengan Gerald. Karena yang kedua orang tua Alsa tahu, Gerald anak yang begitu baik, dan mereka kenal dekat dengan kedua orang tua Gerald.
"Hanya saja, Mami minta tolong sama kamu, menurutlah dengan suamimu Al." Mami Eva menahan air mata yang siap jatuh di wajah cantiknya, matanya sudah berkaca-kaca sedari tadi. Ini berat untuk dia ucapkan kepada Alsava. Tetapi mau bagaimanapun dia juga tidak ingin Alsa seperti dirinya, yang tidak menurut dengan suami, lebih mementingkan dunianya dari pada keluarganya.
Alsa mengangguk tanpa menjawab, sekarang memang sudah telat jika Alsa ingin menolak atau kabur. Yang ada semua akan bertambah kacau, Alsa tidak ingin membuat kedua orang tuanya malu karena dirinya.
Di hotel Ivander.
Semua kerabat dekat dan keluarga sudah berkumpul di sana. Termasuk juga kedua orang tua Gerald. Hanya Gerald dan keluarga Alsava yang belum terlihat. Bunda Nimas bolak-balik menekan kontak anaknya yang tidak kunjung ada kabar. Tadi malam Gerald memang tidak pulang ke rumahnya. Dia pulang ke apartemennya yang tidak jauh dari sekolah.
"Yah coba suruh Pak Atok untuk jemput Gerald," pinta Bunda Nimas dengan nada yang sudah khawatir.
Ayah Hendy mengangguk, dia langsung menyuruh sopir pribadinya untuk menjemput anaknya. Bagaimana bisa di hari sepesialnya Gerald malah belum juga ada kabar, padahal keluarga Alsa juga sudah dalam perjalanan menuju ke hotelnya.
Ayah Hendy tahu jika Gerald lelaki yang tanggung jawab, dia tidak mungkin bertindak pengecut di hari pernikahannya ini.
Baru saja Ayah Hendy ingin menemui sopirnya. Gerald sudah datang lengkap dengan tuxedo creamnya sama seperti gaun yang akan Alsava gunakan nanti. Baik Gerald maupun Alsa memang tinggal memakai gaun pernikahan mereka. Semua sudah disiapkan oleh kedua orang tua mereka termasuk masalah mas kawin dan yang lainnya. Beruntung pilihan kedua orang tua mereka sangat cocok melekat di tubuh Gerald dan Alsa. Apa lagi Mami Eva yang merupakan model. Dia jelas pintar memilih gaun yang sesuai untuk Alsava.
Ayah Hendy menatap Gerald dengan senyum. "Ayah tahu anak ayah memang lelaki sejati."
Gerald tersenyum tipis mendengar pujian dari Ayahnya. Dia mendekat ke arah kedua orang tuanya.
"Kamu sudah siap nak?" tanya Bunda Nimas yang diangguki oleh Gerald.
"Seperti yang Bunda lihat," jawab Gerald datar.
Bunda Nimas tersenyum. Gerald memang tidak mungkin mengecewakan kedua orang tuanya. Meskipun usia Gerald terbilang masih sangat muda, tetapi Gerald lelaki yang sangay bisa dipegang ucapannya. Tidak pernah mengingkar apa yang sudah dijanjikannya.
"Kak Gerald! astaga aku patah hati untuk ini," cletuk salah satu gadis yang merupakan sepupu dari Gerald.
Gerald hanya membalas dengan senyum tipisnya, tanpa berniat untuk menjawab. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang tersenyum seraya menggeleng. "Ingat jangan sampai bocor rahasia ini ya," ucap Ayah Hendy membuat gadis cantik yang masih menatap Gerald dengan sendu dan mengangguk.
"Seperti apa sih Om calon istri Kak Gerald? apa dia secantik aku?" tanya sepupu Gerald dengan nada manja kepada Ayah Hendy.
Ayah Hendy tertawa, lalu menarik hidung keponakannya dengan gemas. "Kita lihat saja nanti seberapa cantik calon istri Kak Gerald," jawab Ayah Hendy seraya mengamati keponakan cantiknya itu.
"Tetapi kalau dia tidak cantik, Kakakmu tidak akan mungkin mau menerima perjodohan ini," lanjut Ayah Hendy sengaja menggoda Gerald, membuat gadis itu terdiam sebentar, sebelum akhirnya mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ayah Hendy.
Berbeda dengan Gerald yang memutar bola matanya malas. Ayahnya sengaja sekali berkata seperti itu, seakan-akan Gerald begitu beruntung dengan perjodohan ini karena mendapat Alsa, mau secantik apapun Alsa, jika gadis itu masih sering membuat masalah. Tetap saja Alsa bukanlah tipe Gerald.
"Yah pengantin wanitanya sudah datang," ucap Bunda Nimas yang langsung pergi menemui Alsa dan juga keluarganya. Diikuti oleh Ayah Hendy yang juga menemui calon besannya.
Gerald menoleh ke arah Alsa, Mata Gerald terpaku melihat gadis cantik yang masih berjarak lumayan jauh darinya. Ini bukanlah Alsava yang biasanya dia lihat, Alsa yang saat ini sangatlah berbeda, bahkan mampu membuat seorang Gerald yang biasanya akan biasa saja dengan kecantikan para gadis sekarang terperangah dengan kecantikan Alsava.
Tidak dipungkiri Alsa ternyata begitu memikat Gerald untuk saat ini, bahkan jantung Gerald yang tadi berdetak normal, kini terasa berdetak dengan kecepatan tinggi.
Gerald kalah untuk saat ini, dia sudah dibuat malu dengan dirinya sendiri yang begitu terpukau akan kecantikan Alasava.
Dengan senyun tipis di bibirnya, Gerald masih menatap Alsa tanpa beralih. "Ternyata boleh juga tuh cewek," gumam Gerald tanpa disadari dengan ucapannya sendiri yang memuji Alsava.
Hayoloh pada sabar nunggu mereka sah nggak nih? Wkwk
Tinggalkan jejak ya guys 😘😘