NovelToon NovelToon
Young & Free

Young & Free

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa
Popularitas:682
Nilai: 5
Nama Author: Rucaramia

Sahabat itu cinta yang tertunda, kata Levin satu waktu berkata pada Dizza seolah konsep itu memang sudah dialami nyata oleh si pemuda. “Kau hanya perlu melihat dengan persepsi yang berbeda untuk menemukan cintamu.”
Sampai kemudian Dizza yang berpikir itu omong kosong mengalami sendiri kebenaran yang Levin katakan padanya. Dizza jatuh cinta pada Edzhar yang adalah sahabatnya.
"Memangnya boleh mencintai sahabat sendiri?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rucaramia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Simpan Dulu Deh

“Kau ini kenapa sih? Idemu yang barusan brilliant tahu,” ujar Dizza bersungut ria karena Levin menghentikan niatannya. Padahal dia sudah punya ide benda yang bisa dia bungkus untuk dia berikan kepada Edzhar.

“Ck, dasar otak udang! Kenapa tidak kau belikan sesuatu yang dia sukai, atau sesuatu yang dia inginkan?” Levin berujar sambil menyeret Dizza yang sempat berontak dibawah kendalinya.

Perkataan Levin membikin Dizza sebal sekaligus sebal. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri untuk mengatakan apa yang ada di kepalanya secara serampangan, “Sejak tadi kau hanya bilang itu dan tidak sedikitpun membantuku. Aku tidak tahu apa yang cocok untuknya. Menurutmu apa coba?” Dizza nampak kebingungan sekarang.

Setelah seluruh saran yang Levin berikan, Dizza masih mengklaim bahwa Levin tidak memberikan bantuan apa-apa? Kalau mau jujur-jujuran soal pengorbanan saja Levin sudah kalah jauh. Dia bahkan merelakan jam tidurnya demi menemani perempuan ini, tidak memikirkan kepentingannya lain pula. Wah, benar-benar perempuan maha kejam!

Levin pada akhirnya berhenti menyeret Dizza, lalu kemudian memutarkan tubuhnya hingga pemuda itu bisa memposisikan dirinya didepan Dizza dengan benar. Terkadang bicara saling bertatap-tatapan dibutuhkan supaya perempuan bisa paham.

“Aku tanya, apa yang paling Edzhar sukai menurutmu?” Ini adalah tanya yang serius. Sekaligus ajang bagi Levin untuk setidaknya mengkonfirmasi perasaan gadis itu. Dia sudah gemas sendiri sejak awal, tetapi kalau Levin terlalu terang-terangan rasanya dia tidak boleh juga sejauh itu.

Sesaat Dizza terdiam dan nampak berpikir sesaat sebelum memberikan jawaban. “Baiklah, coba aku ingat dulu. Yang aku tahu dia suka melukis, buah pear, horoskop—”

“Bukan itu, Dizza!” Kali ini dengan gemas Levin malah memotong perkataan gadis itu. “Dan lagi, siapa yang bilang padamu kalau Edzhar suka horoskop? Jelas-jelas dia itu paling anti dengan hal semacam ramal-ramalan,” sambung Levin.

“Hoh benarkah? Lantas apa dong?” Bukannya tercerahkan, gadis itu malah terlihat semakin kebingungan.

“Kau.”

Mungkin setelahnya Levin akan sangat menyesal telah mengatakan hal ini kepada sahabat karib favoritnya. Padahal semestinya dia bersyukur bahwa Dizza tidak peka pada perasaannya sendiri dan begitu pula dengan Edzhar yang berada dalam kondisi serupa. Hubungan mereka itu memang terkadang membuat Levin selalu gemas sendiri. Meskipun dia tidak menampik akan adanya sisi egoisme dari dirinya yang lebih suka situasi itu bila dibandingkan Dizza dan Edzhar betulan bersama.

Levin lebih suka bila mereka tetap seperti ini.

“Eh?” sorot mata si gadis melebar sekarang. Entah kaget atau sumringah karena Levin membuka kedok sang gebetan secara terang-terangan.

“Dia menyukaimu.” Satu afirmasi lagi malah Levin berikan secara cuma-cuma. Hal yang sama yang membuat pria itu mengalah adalah karena perasaan Edzhar yang teramat tulus untuk Dizza.

Wajah sahabatnya kontan memerah, dia merona parah. Sungguh, Levin bersumpah bila gadis itu jadi terlihat dua kali lipat lebih cantik dari biasanya. Tetapi tenggorokan Levin malah terasa lebih kering daripada sebelumnya.

“J-jadi menurutmu aku harus memberikan diriku seutuhnya pada Edzhar?”

Tapi yang Levin pikir akan ada kata serupa kiasan manis luntur sudah tatkala Dizza berkata setengah malu-malu didepan si pemuda. Kontan saja mata Levin melebar. Membelalak ngeri atas sebuah kesimpulan yang gadis itu tarik diakhir.

“Woy! Bukan itu bodoh!” Teriakan Levin mengundang pandangan beberapa eksistensi yang ada disekitar mereka. Terkadang memang cukup sulit bagi Levin agar dapat beradaptasi dengan perempuan yang minus ahlak dan kepintaran macam Dizza.

“Kau juga tidak perlu berteriak begitu! kau membuatku malu!” Dizza menghadiahi Levin sebuah bogem mentah di kepalanya. Sebuah salam yang biasa dilakukan si gadis bila dia sedang kesal terhadap Levin.

“Kau yang mulai! Kalau saja kepalamu itu tidak bodoh atau paling tidak aku harap otakmu terisi seperempatnya.”  Levin protes.

“Kenapa kau menyalahkan aku? itu kan saranmu? Kau lupa?!” Dizza tentu saja tidak mau kalah.

Levin menggaruk rambutnya, mengacak-acaknya sebagai bentuk dari pelampiasan emosi menghadapi gadis mungil dihadapannya. “Iya memang, tapi aku tidak bermaksud begitu.”

“Lalu seperti apa? Makanya kalau mau memberi saran yang jelas!” sahut Dizza tidak mau kalah. Sebenarnya perempuan ini bodoh atau bagaimana? Masa dia tidak mengerti petunjuk yang sudah Levin berikan di awal?

Levin mendecak. “Harus ya aku yang jelaskan?” Dizza mengangguk. Kali ini Levin memandang kearah Dizza dengan sorot mata super serius. Sangat lama sebelum mulutnya bergerak untuk bersuara. “Saat kau menyayangi seseorang, yang paling kau inginkan diatas semuanya adalah membuat orang itu bahagia.” Pemuda itu menarik napas sebelum melanjutkan kata-katanya yang dirasa agak berat untuknya. “Kau mengerti kan sekarang? apa yang diinginkan oleh Edzhar?”

Mulut Dizza terbuka, isi kepalanya memproses apa yang dikatakan oleh Levin terhadapnya. Kemudian setelah beberapa lama dia mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda dia mengerti maksud perkataan Levin.

“Kurasa aku paham maksudnya.”

Senyum simpul muncul di wajah Levin kemudian dia kembali menarik tangan gadis itu. “Kalau begitu sekarang kau bisa tutup mulutmu kan? Kau ini cerewet sekali, bikin aku malu.”

“Memangnya kenapa sih kalau aku bicara? Semua orang berhak untuk itu kan?” ujar Dizza sekali lagi tidak suka dengan perkataan Levin. Kadang-kadang celetukan pria itu membuatnya tersinggung dan tak senang. Memangnya kenapa kalau dia tidak bisa tutup mulut? Memangnya kenapa kalau dia cerewet?

“Memang berhak tapi kau ini berisik super maksimal.” Merasa suasana sudah kembali, Levin malah semakin menggebu menggoda Dizza. Untungnya situasi yang agak canggung tadi cepat hilang, jadi Levin bisa sedikit lebih rileks lagi.

Sementara Dizza langsung mengerucutkan bibir sambil memukul lengan pria itu keras-keras. “Kau ini menyebalkan sekali sih, pantas sejak berteman denganmu aku tidak pernah melihat kau mengencani siapapun. Para gadis pun akan malas berkencan dengan orang sepertimu,” cerocosnya. Dizza berpikir itu akan cukup untuk membuat pria itu tersinggung supaya situasi mereka satu sama. Tapi yang terjadi Levin malah menghela napas dan tidak terganggu dengan ledekannya sama sekali.

“Aku sih, tidak mau peduli ya. Asal ada kau sudah cukup,” bisik pria itu dengan suara rendah. Levin memang ingin mengatakannya tetapi sial baginya karena dia tidak punya cukup keberanian untuk melakukan pengakuan. Makanya alih-alih mengatakannya keras-keras dia berbisik seperti seorang pengecut yang mengundang rasa penasaran dari si gadis yang menatapnya dengan sorot mata heran dan mendekatkan telinga supaya bisa bisa mendengar lebih jelas.

“Hah apa? Coba ulang!” kata Dizza yang seketika membuat Levin tersenyum lima jari lalu menjewer kuping gadis itu.

“Apanya yang Hah? Mau lanjut cari hadiah untuk Edzhar tidak?” sambung Levin yang berhasil mengubah topik pembicaraan. Dia mungkin akan melakukannya dengan cara yang lebih baik. Ya, dia akan mengakui perasaannya bila waktunya sudah tepat dan tentu saja ketika dia sudah bisa menerima hasilnya.

“Mau!”

1
Tara
there is no sich thing friends between man n woman..in the end they Will falling love eventually. or break up n never see each other again😱🤔
Love ..word that can cause happiness or sadness Depend situation. i hate that word n try to avoid happened to me 🫣🤔😱
Rucaramia: omg, sorry to hear that 🥹
that's right, there is no 'friendship' between woman and man.
don't hate to much about love, and i hope u find your love my dear ✨️
total 1 replies
Rubby
Kayaknya ini bakal jadi cerita yang ringan + gemesin deh, tumben kak Ruca pake POV cowo. Semangat terus ya kaaaaaa
Rucaramia: makasih banyak review-nya kak Rubby 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!