"Kamu tahu arti namaku?" Ucap Acel saat mereka duduk di pinggir pantai menikmati matahari tenggelam sore itu sembilan tahun yang lalu.
"Langit senja. Akash berarti langit yang menggambarkan keindahan langit senja." jawab Zea yang membuat Acel terkejut tak menyangka kekasihnya itu tahu arti namanya.
"Secinta itukah kamu padaku, sampai sampai kamu mencari arti namaku?"
"Hmm."
Acel tersenyum senang, menyentuh wajah lembut itu dan membelai rambut panjangnya. "Terimakasih karena sudah mencintaiku, sayang. Perjuanganku untuk membuat kamu mencintaiku tidak sia sia."
Air mata menetes dari pelupuk mata Zea kala mengingat kembali masa masa indah itu. Masa yang tidak akan pernah terulang lagi. Masa yang kini hanya menjadi kenangan yang mungkin hanya dirinya sendiri yang mengingatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hai, aku Queen
Sejak tadi siang, begitu Mike memberitahu bahwa dia akan kembali dengan Tuan muda, Alia setia menunggu di depan rumah hingga matahari tenggelam. Tidak jauh berbeda dengan Alia, Zea yang diberitahu bahwa Acel akan pulang pun ikut menunggu, duduk di balkon kamar Acel sambil menatap langit senja seperti biasanya.
"Apakah dia tahu tentang Mamanya dan pak Handi?" pikirnya kembali teringat apa yang dia temukan tadi siang.
"Nona, Tuan muda sudah dibawah." Panggil bik Maya dari luar kamar.
Sementara dua orang pembantu lainnya sibuk memindahkan barang barang Zea untuk dibawa kembali ke kamar Acel sesuai perintah Alia.
Zea yang mendengar panggilan itu segera membuka pintu kamar dan melangkah terburu buru menuruni tangga disusul oleh bik Maya. Namun, saat hampir tiba di ruang bawah, langkah kakinya berhenti saat menatap Acel tengah memeluk seorang wanita cantik bak seorang model.
"Terimakasih, Queen." bisik Acel saat memeluk Queen yang akan segera pulang usai mengantarnya.
"Nak Queen, nanti saja pulangnya makan malam disini dulu." ajak Alia ramah.
"Waduh, maaf Tante. Aku ada jadwal operasi setengah jam lagi."
"Ya sudah, kalau gitu sering seringlah kemari."
"Tentu kalau aku segang Tante."
Acel sudah duduk di sofa, wajahnya tampak pucat, tapi dia terus tersenyum manis pada Queen.
"Tante sangat bersyukur karena kamu yang membantu Acel."
"Aku juga merasa beruntung karena Acel menemuiku saat mengalami musibah seperti ini."
"Kak Queen belum menikah?" Tanya Amel tiba tiba yang membuat Queen merona.
"Harusnya kak Acel menikahi kak Queen saja dari pada perempuan kampungan itu."
"Amel, jaga bicaramu, nak. Bagaimana perasaan kak Zea kalau dia dengar kamu ngomong seperti itu." ucap Alia pura pura menegur putrinya.
"Eh iya, mana istrinya Acel, Tante?" tanya Queen kemudian.
"Kak Acel sudah pulang!" seru Zea meneruskan langkahnya menuruni anak tangga.
Keberadaannya menjadi pusat perhatian, hanya satu wajah yang tidak menatap padanya. Siapa lagi jika bukan Akash Ceilo Sandrio. Ya, Acel tampak acuh dan tak peduli padanya sama sekali.
"Hai, aku Queen." sambut Queen saat Zea mendekat kearahnya.
"Zea." Balasnya singkat tanpa senyuman.
"Oh iya, aku senang bisa mengenal istri Akash. Ngomong ngomong, aku sahabat baik Akash. Kami sudah saling mengenal sejak masih SMP." tutur Queen yang ditanggapi dengan anggukan dan senyuman saja oleh Zea.
"Oh iya, aku harus segera pergi. Cepat sembuh Cel. Tante aku pamit ya. Mel kakak pamit ya..."
"Hati hati nak Queen."
"Sering mampir ya Kak."
Queen menanggapi dengan senyuman saja.
"Hati hati, Queen." ucap Acel menatap penuh perhatian pada sahabatnya itu yang membalas dengan senyuman manis.
Begitu Queen meninggalkan rumah, fokus mereka kembali pada Acel.
"Kenapa gak ngasih tau Mama kalau kamu kecelakaan, nak?"
"Hanya kecelakaan kecil, Ma."
"Kak Lui juga, kenapa gak ngasih kabar?" celoteh Amel kesal.
"Maafkan saya, Nyonya, Nona, saya terlalu panik saat itu sampai lupa memberi kabar." ucapnya menyesal.
"Aku baik baik saja sekarang, Ma. Boleh aku istirahat?"
"Boleh sayang. Silahkan, kamu harus istirahat, supaya besok bisa lebih segar dihari pelantikan kamu menjadi pemilik Sky grup. Zea, bantu suamimu nak." ucap Alia yang diangguki setuju olehnya.
Acel sudah berdiri lebih dulu, Zea pun mencoba merangkul tangannya tapi diabaikan oleh Acel hingga membuat Zea mendapat tatapan sinis dari Amel, sedangkan Alia berusaha keras menyembunyikan kebenciannya pada Zea dihadapan Lui yang masih berdiri di sana.