Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 cemburu
"Ah Nyonya . Bibi sungguh lupa kalau seluruh persediaan makanan sudah habis . Karena sebelumnya tidak perlu menyiapkan makan malam jadi Bibi berpikir membelinya besok pagi ." seketika Bi Indah jadi panik dan gelisah . Dia menepuk pipinya lalu mulai menyalahkan kecerobohannya .
Anggita masih memandang lemari es yang kosong .hanya ada sawi putih dan beberapa telur ayam juga daun bawang .
"Bi Indah bukankah di lemari ada mie instan ?"
"Apa ?" Bi Indah mengerutkan keningnya . Dia melihat ke arah lemari yang ada di sebelahnya .
"Tapi Nyonya , bukannya Tuan tidak suka makanan instan? ."
Anggita diam sejenak kemudian menutup pintu lemari es dan menuju ke lemari sebelah . Benar saja di sana terdapat beberapa macam mie ramen instan di sana . Anggita segera mengambil dua bungkus dan dia letakkan di meja dekat sawi putih , telur dan daun bawang .
"Hanya ada ini yang kita punya Bi . Entah dia mau makan atau tidak yang terpenting harus ada makanan di atas meja makan .lagi pula biasanya dia sudah makan sebelum pulang ."
Bi Indah tidak bisa menyangkal setiap kalimat yang di ucapkan Anggita . Karena yang di ucapkan Nyonya nya benar adanya ini juga membuat kegelisahannya memudar .
Mereka pun memulai membuat mie dengan tambahan telur , sayur sawi putih dan daun bawang . Meski sederhana mereka melakukan nya dengan serius .
Sementara di luar Maxsim baru saja sampai dengan mobil pribadinya . Reymond keluar dan membukakan pintu untuknya dan mata hitamnya tak berhenti lepas dari mobil yang terparkir di depan mobilnya .
"Tuan , Apa perlu saya menunggu di sini .?" tanya Reymond .
"Tidak , kamu kembalilah dan datang kemari besok pagi ." setelah mengatakan itu Maxsim langsung melangkah pergi dengan wajahnya yang suram .
Reymond menggelengkan kepala samar ." Nona Anggita , aku berharap kamu baik baik saja ." Gumam Reymond dalam hati .
Tubuh Anggita tiba tiba merinding , juga tidak tahu entah kenapa . Dia merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya .
"Nyonya segeralah bersiap , Bibi akan menatanya di meja makan ."
Anggita masih bergeming di tempatnya , satu detik kemudian dia segera melepaskan apronnya sebelum meninggalkan dapur .
"Aku akan turun setelah menganti bajuku ." ucapnya pada Bi Indah .
Bi Indah mengerti , ia segera membawa dua mangkok mie sayur ke atas meja makan dan bersiap akan pergi . Akan tetapi langkah kakinya terhenti saat melihat dua pasang kaki panjang baru saja menginjak lantai ruang makan .
"Tuan ."
Maxsim menatap dua mangkok mie sayur di atas meja makan . Dua detik kemudian keningnya mulai mengerut yang membuat Bi Indah semakin cemas dan gelisah .
"Maaf Tuan , karena kehabisan persediaan bahan makanan . Sehingga menu makan malam hari ini hanya mie sayur ."
"?"
Maxsim yang tidak kunjung bicara benar benar membuat Bi Indah semakin panik . Dia berpikir gula darahnya turun karena situasi ini .
"Di mana Anggita ."
Bi Indah segera mendongakkan wajahnya ." Nyonya baru saja naik ke atas , setelah menyiapkan makan malam untuk berganti baju ."
Alis Maxsim terangkat , matanya yang tajam itu menatap Bi Indah dengan lekat .
"Menyiapkan makan malam?"
"Sebelumnya saya minta maaf Tuan .Nyonya yang menyiapkan makan malam ini . Saya hanya membantu sedikit ." saat mengatakan itu ada perasaan sedikit tertekan yang di rasakan oleh Bi Indah . Dirinya yang di gaji mahal mahal untuk melayani kebutuhan rumah tangga ini , tapi masih membiarkan Anggita kerepotan .
"Sekarang dia di kamar ."
"Iya Tuan ."
Maxsim langsung berjalan menuju tangga meninggalkan ruang makan . Bi Indah menghela nafas lega . Syukurlah karena Maxsim memarahinya , bahkan terlihat olehnya garis senyum yang samar di antara bibir Tuannya .
***
Di lantai dua Anggita baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai jubah mandi , dengan rambut yang di buntal dengan handuk kecil dia pergi mengambil baju yang akan di pakai .
Namun baru beberapa langkah meninggalkan pintu kamar mandi , tubuhnya mematung di tempat saat menemukan sosok Maxsim sudah berdiri di depannya .
"Kamu sudah.."belum selesai Anggita bicara Maxsim sudah membungkam dengan bibirnya .
Tentu saja Anggita sangat terkejut dan berusaha melepaskan diri . Dia menempatkan tangannya di wajah Maxsim lalu langsung menatap langsung matanya .
"Apa ada yang salah ."
Maxsim tidak menjawabnya , alih alih melepaskannya , dia malah mengangkat tubuh Anggita dan melemparnya ke atas tempat tidur .
"Maxsim kamu ..
Lagi lagi Maxsim tidak memberi Anggita kesempatan . Dia kembali membungkam bibirnya . Dan kali ini lebih ganas dari sebelumnya , bahkan tak sengaja mengigit bibirnya hingga darah menyatu dengan saliva mereka .
"Ada apa dengannya ? Kenapa begitu kasar ." batin Anggita . Meski bukan hal baru menghadapi sikap dingin Maxsim . Tapi kali ini terpancar kemarahan di matanya . Dia juga melakukannya tidak seperti biasa yang mereka berdua lakukan . Ini sunguh berbeda benar benar berbeda .
Maxsim yang berada di atas dapat melihat Anggita memejamkan mata sambil meringis menahan sakit karena gigitannya . Sebenarnya Maxsim juga tidak tega , tapi mengingat apa yang ditemuinya siang tadi di restoran membuatnya marah dan ingin menghukum Anggita .
"Berani sekali berkencan dengan pria lain saat dirinya tidak ada . Anggita Dewi Asmara , apa sikapku akhir akhir ini terlalu baik padamu .?" batin Maxsim yang ingin memberi hukuman lebih pada Anggita . Akan tetapi saat melihatnya yang begitu menyedihkan membuat Maxsim menarik diri darinya .
"Cepat turun , aku sudah lapar ." katanya acuh tak acuh sebelum meninggalkan ruangan .
Anggita masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia mengusap bibirnya yang berdarah kemudian menatap ke arah cermin .
"Keterlaluan , apa mungkin di jelmaan vampir ? Kenapa dia suka mengigit orang .?" dengus Anggita kesal .
Karena Maxsim sudah turun dia tidak perlu menyembunyikan kekesalannya dia juga tidak perlu khawatir hal ini akan di dengar olehnya .
"Tapi hari ini dia terlihat berbeda . Ada apa dengannya ? Apa dia dalam suasana hati yang buruk .?"
"Nyonya , bibir Anda berdarah ." ucap Bi Indah .
Anggita terjingkat kaget saat Bi Indah tiba tiba muncul di hadapannya . Tangannya kembali meraih bibirnya yang bengkak lalu secara tidak sadar menutupi dengan kedua tangannya .
"Hanya luka biasa ."
Bi Indah manggut manggut sambil tersenyum penuh arti mendengar jawa;an tersebut .
"Apa itu karena Tuan ?."
"Ya .. Eh bukan maksudku tidak . Bagaimana mungkin ini karena dia ? Ha ha ha ...." wajah Anggita bersemu merah karena malu . Dia hampir keceplosan di depan Bi Indah tentang apa yang terjadi . Beruntung dia masih sangat sadar sehingga dapat segera menarik kembali perkataannya .
Bi Indah kembali menganggukkan kepala . Senyumnya yang penuh makna membuat anggita merasa dicurigai . Untuk melepaskan dirinya dari situasi yang canggung ini , Anggita berdehem dua kali , dia segera mengalihkan topik pembicaraan .
"Apa Maxsim ada di ruang makan ?."
Bi Indah terdiam beberapa saat kemudian mengangguk kan kepala .
"Tuan sudah menunggu Nyonya di ruang makan . Sepertinya Tuan sudah tidak sabar ingin menikmati Mie ramen buatan Nyonya ".
"Benarkah ." tanya Anggita ragu . Tanpa banyak membuang waktu dia segera berlari turun ke satu , sungguh mengejutkan ternyata benar apa yang di sampaikan oleh Bi Indah .