Seorang arsitek muda bersedia mengikuti rencana iseng temannya dalam sebuah perjodohan atas dasar peduli teman. Namun siapa sangka, rencana tersebut malah menyebabkan konflik serta membongkar kasus yang melibatkan beberapa oknum pengusaha dan aparat. Bahkan berujung pada terancamnya kerajaan bisnis dari sebuah keluarga keturunan bangsawan di Perancis.
Bagaimana akhir dari rencana mereka? Simak kisah seru mereka di novel ini. (un) Perfect Plan. Semoga terhibur...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 8
"Apa-apaan sih lo Nif? Kenapa Tiara sampai nangis begitu hah? Lo apain?!", tanya Zaki emosi.
Sementara Arya hanya diam menahan amarahnya.
Hanif tersenyum mengejek.
"Dasar gadis munafik. Buat apa hijab dan cadarnya kalau ternyata hanya untuk menyembunyikan sifat busuknya"
Tak ayal sebuah pukulan keras dari Arya mendarat di wajah Hanif. Sontak Hanif terhuyung hingga akhirnya terkapar dan meringis di lantai sambil memegang rahangnya.
"Brengsek! Aku laporin kamu ke polisi. Kamu bakal dipenjara dan gak akan bisa menikah sama Tiara. Kamu lihat saja nanti!"
"Terserah, tapi lo gak punya bukti kan?! Dan saksinya cuma Zaki. Lo mau bantuin Hanif sebagai saksi Zack?"
"Ogah...Secara gue lagi sibuk, banyak kerjaan. Mana sempat ngurusin yang beginian. Lagian bikin capek, mending gue ngurusin anak bini gue"
"Dengar Nif, gue gak keberatan berbuat yang lebih dari ini kalau lo masih gangguin calon isteri gue. Ingat!", ancam Arya ambil menunjuk wajah Hanif lalu meninggalkan ruangan itu diikuti Zaki.
Sampai di ruangannya, Arya tak menemukan Tiara maupun Intan.
"Tiara sudah diantar pulang sama Intan. Ada masalah apa sih, sampai Tiara nangis begitu?", Irwan jadi khawatir setelah tadi melihat Tiara menangis.
"Nanti aja ceritanya ya Bang. Kalau boleh, aku minta ijin mau nyusul Mbak Intan sama Tiara dulu. Ada yang mau diomongin, penting"
"Oke, silahkan. Kalau memang perlu, kamu hari ini boleh gak balik ke kantor lagi. Tapi tolong yang konsep desain restoran kalau bisa besok sudah siap ya Ar, jadwalnya agak mepet nih"
"Insya Allah Bang, akan aku usahain. Aku permisi dulu ya, assalamualaikum", ucapnya seraya meninggalkan ruangan.
"Wa'alaikumussalam", Irwan kemudian menoleh ke arah Zaki yang membalasnya dengan mengangkat kedua tangannya.
Irwan akhirnya hanya bisa menghela nafas.
*********
"Assalamualaikum..."
Intan membuka pintu itu kemudian mempersilahkan Arya masuk dan duduk di kursi tamu.
"Tiara gimana mbak?"
Intan menghela nafas.
"Dia masih gak mau ngomong Ar, cuma nangis terus. Sekarang lagi mengunci diri di kamar. Coba kamu yang bicara, siapa tahu dia mau keluar"
Arya kemudian mengambil ponselnya lalu mengetik pesan.
Arya: Permisi.. apa betul ini jasa servis kulkas?
Tak ada jawaban.
Arya: Kalau bukan service kulkas, service hati juga boleh. Lagi ada hati yang galau nih, mikirin calon isterinya yang lagi sedih.
Sesaat masih tak ada tanggapan.
Tiara: Aku gak papa kok mas, Mas Arya gak perlu galau. Maaf, aku cuma perlu waktu sendiri dulu supaya lebih tenang. Nanti kalau sudah siap, baru kita bicara.
Arya: Oke, makasih atas servicenya. Alhamdulillah galaunya udah hilang. Berapa ongkosnya?
Tiara: Peyek 10 bungkus.
Arya terkekeh membaca balasan Tiara. Intan pun kini bisa tersenyum, karena dia yakin kini perasaan adiknya sudah mulai membaik.
Arya: Siap bos. Nanti dikirim secepatnya. Assalamualaikum.
Tiara: Wa'alaikumussalam.
"Sudah beres mbak, insya Allah Tiara gak apa-apa. Cuma perlu sendiri aja untuk sementara waktu"
Kemudian dia pamit pulang pada Intan. Saat di atas motor, dia kembali mengambil ponselnya.
"Bro, tolong beliin peyek di warung depan kantor sepuluh bungkus. Terus lo kirimin pake ojek online ke rumah Tiara. Ntar ongkosnya gue transfer. Oke, thanks ya bro", ucapnya, kemudian mengakhiri panggilan lalu melajukan motornya menuju rumah.
**********
Di dalam kamarnya Tiara masih memandangi layar ponselnya. Senyum bahagia tapi malu-malu terlihat di wajahnya. Ini kali pertama dia bertukar pesan dengan Arya.
Kemudian dia teringat lagi kejadian di kantor dengan Hanif. Kejadian yang disebabkan oleh kebohongannya yang tak dia duga berakibat fatal. Kenapa dia musti berbohong tentang kriteria suami idamannya?
Tidak, dia tidak berbohong tentang itu. Dia hanya berbohong tentang orang yang dia sebut sesuai dengan kriteria itu. Dia berbohong dengan mengatakan bahwa orang itu adalah Hanif. Namun sebenarnya dalam hatinya dia menyebut Arya.
Itulah pula kenapa dia selalu menolak setiap calon yang diajukan Zaki dan Arya, karena memang dia tidak menginginkan pria lain menjadi suaminya. Ternyata harapannya terkabul. Arya bersedia walaupun sebagian karena desakan dari Zaki. Mereka tak tahu saja kalau dirinya pura-pura tidak mau menerima Arya. Padahal saat itu hatinya berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah menggerakkan hati Arya supaya mau menjadi calon suaminya.
Dan saat Zaki memberi kabar gembira itu, jantung Tiara seakan melompat keluar. Arya, cinta yang datang pada pandangan pertama, kini akan menjadi suaminya.
Tapi sayangnya, hal itu malah terganggu oleh masalah Hanif. Tiara tak tahu harus bagaimana. Dia benar-benar merasa bersalah. Seorang wanita dan juga keluarganya mungkin kini tengah dilanda duka dan malu yang teramat sangat sebab kebohongan yang datang dari mulutnya.
Tiara ingin meminta maaf pada mereka, tapi bagaimana? Dia sudah tak ingin lagi berurusan dengan Hanif.
Tiara teringat dengan undangan pernikahan Hanif yang telah dibagikan via pesan sehari yang lalu. Dia membukanya dan melihat nama calon isteri Hanif. Armita, puteri dari Ibrahim Hasan.
Tiara kemudian membuka aplikasi pencarian di internet dan mengetik nama itu. Ada beberapa nama Armita, tapi yang memiliki orang tua bernama Ibrahim Hasan cuma ada dua. Salah satunya seorang wanita paruh baya, sedang yang lainnya tak ada fotonya. Hanya tahun kelahirannya yang disebutkan yang dari situ bisa Tiara simpulkan kalau ia masih muda.
Tiara membuka profil Armita yang masih muda. Tiara sedikit terperangah melihat apa yang dia temukan di situ. Profilnya menyatakan bahwa Armita merupakan anak Ibrahim Hasan, seorang pengusaha besar asal Kalimantan. Ibrahim Hasan sendiri kalau dilihat dari profilnya nyatanya bukan orang sembarangan, sosoknya cukup dekat dengan para pejabat daerah bahkan pusat.
Tiara jadi bergidik, bagaimana mungkin dia bisa berurusan dengan orang yang memiliki pengaruh sebesar itu. Ada rasa takut di hatinya, tapi walau bagaimana pun dia tetap harus menghadapi resiko atas kesalahan yang telah ia perbuat.
Tapi dia juga tak habis pikir dengan Hanif, mengapa dia begitu mudah membatalkan pernikahan dengan puteri seorang pengusaha sekelas Ibrahim Hasan? Apa dia tak memikirkan akibat yang mungkin timbul dari keputusan gilanya itu?
Tiara menggulirkan layar ponselnya dan terhenti saat melihat berita tentang rencana pernikahan Armita. Berita itu tertanggal hari ini. Tiara mengerutkan keningnya kemudian membuka link berita tersebut. Disana diberitakan tentang pernikahan Armita yang akan digelar lusa dengan seorang lelaki yang jelas-jelas itu bukan Hanif. Apa yang telah terjadi? Apakah mereka telah menemukan lelaki lain untuk menggantikan Hanif?
Ada sedikit rasa lega di hati Tiara atas berita tersebut. Itu berarti, keluarga mantan calon isteri Hanif telah menyelesaikan permasalahan atas pembatalan pernikahan secara sepihak oleh Hanif. Apakah itu berarti dia tidak perlu lagi menemui mereka untuk meminta maaf?
Tiara menghembuskan nafasnya. Kemudian dia dikejutkan oleh suara ketukan pintu kamarnya.
"Ra.. kamu ada order peyek 10 bungkus? Ni ada tukang ojek online yang datang bawain pesanan kamu", terdengar suara Intan dari luar kamar.
Tiara terhenyak, peyek 10 bungkus? Masya Allah.. Ternyata Arya benar-benar serius tentang itu.
Senyum cerah terlihat di wajah Tiara dan dia segera membuka pintu.
"Mana mbak? Sini", Tiara mengambil bungkusan di tangan Intan.
"Banyak bener pesennya Ra.. Jangan kebanyakan ngemil. Ntar gendut sebelum hamil loh.."
"Mbak Intan ngomong apaan sih? Cuma peyek doang sampai bawa-bawa masalah hamil segala. Nih Tiara kasih, tapi sebungkus aja ya.. Soalnya ini tuh peyek super spesial", Tiara tersenyum senang lalu masuk kembali ke kamarnya dan menutup pintu.
Intan geleng-geleng kepala, tapi hatinya senang dengan perubahan sikap Tiara yang terlihat jauh lebih baik. Dia kemudian duduk di kursi makan dan memakan peyek yang katanya super spesial. Intan mengerutkan dahinya. Biasa saja, ucapnya dalam hati. Bahkan dia pernah memakan peyek yang jauh lebih enak dari ini. Intan tidak tahu saja kalau yang super spesial itu bukan peyeknya, tapi pengirimnya. Bukan.. bukan tukang ojek online maksudnya. Tapi yang membelikannya. Bukan Zaki juga, tapi yang membayar semua ongkos hingga peyek tersebut sampai ke rumah mereka.
*********
Arya sudah sampai di rumah dan disambut dengan tatapan heran oleh Ratih.
"Mas Arya sakit? Kok pulang cepat?", tanyanya seraya menutup panci sayur di atas kompor.
"Jamkos bik, gurunya ada rapat. Daripada gak ngapa-ngapain, mending bolos pulang"
Sontak Arya mendapat slepetan dari kain serbet makan yang sebelumnya nangkring di bahu Ratih.
"Alasan yang itu sudah lama expired mas.. ngapain dipake lagi"
Arya hanya terkikik melihat Ratih yang kini manyun.
"Bik, dulu waktu mau nikah sama Mang Sapta perasaannya gimana sih?"
"Wah.. bibik sudah lupa. Sudah hampir lima belas tahun jadinya udah gak ingat rasanya gimana?"
"Kalo Mas Arya sekarang gimana perasaannya?", tanyanya balik.
"Gak tahu deh bik. Gugup, khawatir, malu juga", Arya kemudian terkekeh.
"Tumben Mas Arya tahu malu.."
"Tapi seneng kan.. apalagi kata ibu calonnya Mas Arya cuaaantiiik...banget"
"Ah, paling bisa-bisa bunda aja. Biasa lah.. bunda kan kadang-kadang suka lebay. Tapi kalo gak cantik juga gak papa, yang penting sholehah. Tinggal ajakin ngejar surga, pasti nanti di akhirat jadi lebih cantik dari bidadari. Ya gak bik..."
"Tul", sahut Ratih pendek sambil mengacungkan jempolnya.
"Arya mau ganti baju dulu ya bik. Habis ini mau minta makan, udah laper.."
"Siip, nanti bibik siapin"
Bagus...