Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5. Tanda Tanya
Seperti biasanya, saat jam istirahat banyak para siswa yang menghabiskan waktunya di kantin. Termasuk Kinara, ia memesan makanan ringan dan jus buah tak lupa ia juga memesan coklat.
Meskipun coklat yang ada di kantin sekolah bukan coklat favoritnya, tapi setidaknya ia bisa menikmati makan manis itu.
Saat Kinara sedang menikmati coklatnya, tiba-tiba datang rombongan Queen dan gengnya. Tanpa basa-basi lagi, Queen meraih jus dihadapan Kinara dan langsung menyiramkannya ke kepala Kinara.
Kinara hanya menundukkan kepalanya tanpa bereaksi terhadap tindakan Queen. Sementara Queen dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihat kondisi Kinara.
"Ini peringatan untuk si cupu ini, ingatlah untuk menjauh dari Boy jika kau tidak ingin bernasib lebih buruk dari ini." Ucap Queen sambil menunjuk wajah Kinara yang masih menunduk.
Plak ! Plak !
Dua tamparan mendarat di pipi Queen. Ada dua bekas telapak tangan di pipi mulusnya.
"Ini peringatan untuk wanita yang menjijikkan seperti mu !. Jika kau berani menyentuh atau menyakiti dia lagi, maka lawanmu adalah aku !." ucap Boy sambil mendorong tubuh Queen agar menjauh dari Kinara.
Boy mengambil tisu yang tak jauh dari meja Kinara. Dengan lembut Boy membersihkan jus yang membasahi rambut Kinara.
Namun saat ia ingin membersihkan wajah Kinara. Tangan Kinara sudah menghentikan tangan Boy.
Keduanya saling menatap satu sama lain. Dan entah apa yang terjadi keduanya seakan membeku bahkan dunia seolah-olah berhenti berputar.
Ada sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan dengan sebuah kata-kata. Terukir senyum manis disudut mulut keduanya.
Hal itu membuat Queen semakin teriris. Sakit dan panas di pipinya tidak sebanding dengan perih dan sakit dihatinya.
Saat ia melihat pangeran pujaan hatinya dengan mesra membersihkan rambut si cupu, bahkan keduanya saling tatap dengan mesra tanpa perduli dengan luka di hatinya.
"Brengsek !." umpat Queen sambil membanting gelas dari salah satu siswa yang ada di dekatnya.
Boy menaikkan sedikit alis matanya, sambil melirik ke arah Queen yang terbakar cemburu. Boy dengan lembut memakaikan jaket yang selalu ia kenakan untuk menutupi tubuh Kinara.
Setelah memastikan Kinara baik-baik saja, Boy menggandeng tangan Kinara dan meninggalkan kantin.
"Ah !! " teriak Queen dengan frustasi.
"Yang sabar Queen, kita masih punya banyak waktu untuk memberi pelajaran pada si cupu itu."
"Benar sekali kita masih punya banyak waktu dan juga banyak cara untuk memberi pelajaran kepada si cupu itu."
Ungkap geng Queen, mereka benar-benar percaya diri bahwa mereka bisa memberi pelajaran yang layak untuk Kinara.
Sementara Queen semakin membenci Kinara, gadis cupu dan polos itu, telah merebut Boy secara terang-terangan dihadapannya.
Bahkan Boy berani menampar wajahnya di depan semua teman-temannya dan juga di depan seluruh pengunjung kantin.
"Kau akan merasakan akibatnya karena telah berani melawanku !. Ah !." teriak Queen sambil mengobrak-abrik apa saja yang ada dihadapannya.
Siswa dan siswi yang tidak ingin terkena imbasnya memilih untuk segera menjauh dari tempat itu.
Meskipun mereka enggan tapi mereka tidak punya pilihan lain. Dari pada mendapat masalah dari Queen, mereka memilih menahan lapar.
"Terimakasih Boy, tapi lain kali jangan membersihkan wajahku dihadapan orang lain apapun yang terjadi."
"Aku tidak ingin niat baik mu justru mengungkapkan siapa aku sebenarnya." ucap Kinara yang kini sedang duduk berdua dibawah pohon.
Keduanya kini tengah duduk di taman sekolah. Boy tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Maaf aku tidak tega melihat nona muda diperlakukan seperti itu. Aku tidak ingin menyesal untuk yang kedua kalinya." ucap Boy dengan lirih.
"Maksud mu ?." tanya Kinara sambil menatap wajah Boy yang kini sedang menunduk.
"Dulu nona Kinan juga sering mendapatkan perlakuan seperti ini. Sayangnya nona Kinan tidak mau ada yang melindunginya."
"Arin yang selalu membela nona Kinan, akhirnya juga menjadi korban wanita brengsek itu."
"Dan aku tidak ingin menyesal karena lebih memilih untuk menuruti perintah nona muda, apapun yang terjadi aku ingin melindungi nona muda." jelas Boy.
"Jadi Queen dan gengnya sering melakukan bullying terhadap kak Kinan ?." tanya Kinara.
Boy mengangguk-anggukkan kepalanya. Kinara hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ia tidak habis pikir bagaimana bisa keluarga Abimanya terutama sang papa membiarkan putri kandungnya menerima tindakan seperti itu.
"Bagaimana reaksi papa dan keluarga Abimanya yang lainnya ?." tanya Kinara lagi.
"Mereka memilih abai seolah tidak terjadi apapun terhadap nona Kinan. Bahkan tuan besar memperlakukan Queen sangat baik layaknya memperlakukan putri kandungnya sendiri." jawab Boy yang sukses membuat Kinara tercengang.
Bagaimana mungkin sang papa yang terlihat begitu menyayangi mereka berdua, bisa melakukan hal seperti itu.
"Siapa Queen ? Mengapa papa melakukan hal itu ?." tanya Kinara lagi.
Boy hanya menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak mengetahui siapa Queen yang sebenarnya.
Mereka hanya tau bahwa Queen adalah saudara jauh dari tuan besar. Tanpa pernah mengetahui siapa Queen yang sebenarnya.
"Apakah nona muda juga tidak tau siapa Queen ? Bukankah ia adalah saudara jauh dari tuan besar ?." tanya Boy.
"Saudara jauh ?" tanya Kinara.
Sejauh yang ia ingat, ia tidak mempunyai saudara baik itu saudara dekat ataupun saudara jauh yang bernama Queen.
Bahkan dulu sang kakek selalu mengenalkan mereka berdua kepada seluruh orang dan juga keluarga besar dan kecil yang terlibat dalam keluarga Abimanya.
Hanya uncle Bram yang ia kenal saat ia kan dikirim ke luar negeri oleh sang kakek. Tapi uncle Bram memperlakukan Kinara layaknya seorang putri, bahkan kasih sayangnya layaknya seorang ayah kepada putri kandungnya sendiri.
"Boy apakah kau tau dimana nenekku berada ? Yang aku ingat uncle Bram hanya mengatakan bahwa kakek telah meninggal dunia, dan pesan terakhirnya beliau tidak ingin aku kembali ke kota J sebelum aku umur delapan belas tahun."
"Sejak saat itu aku tidak tau bagaimana kondisi nenek, hingga saat ini uncle Bram hanya menggelengkan kepalanya saat aku bertanya tentang nenek."
"Sejauh ini tidak ada yang tau dimana dan bagaimana kondisi nenek anda. Hanya tuan besar dan keluarga inti yang mengetahui hal itu." jelas Boy.
Kinara mengernyitkan keningnya, begitu banyak tanda tanya, begitu banyak hal yang ia tidak tau tentang keluarga Abimanya selama ia ada diluar negeri.
Selamat ini ia berfikir semuanya baik-baik saja seperti yang selalu sang kakak sampaikan. Namun ternyata semuanya berbanding terbalik dengan kenyataan yang ia rasakan saat ini.
"Boy cepat lari !" teriak salah satu temannya.
Tanpa banyak basa-basi, Boy langsung menarik Kinara. Ia dengan cepat membawa Kinara berlari sejauh mungkin dari sekolah Nusa Bangsa. Bahkan ia membawa Kinara bersembunyi tanpa memberikan penjelasan apapun kepada Kinara.