NovelToon NovelToon
QUENN OFF ASSASINS

QUENN OFF ASSASINS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Ariella, seorang wanita muda yang dipilih untuk menjadi pemimpin organisasi pembunuh terkemuka setelah kematian sang mentor. Kejadian tersebut memaksanya untuk mengambil alih tahta yang penuh darah dan kekuasaan.

Sebagai seorang wanita di dunia yang dipenuhi pria-pria berbahaya, Ariella harus berjuang mempertahankan kekuasaannya sambil menghadapi persaingan internal, pengkhianatan, dan ancaman dari musuh luar yang berusaha merebut takhta darinya. Dikenal sebagai "Queen of Assassins," ia memiliki reputasi sebagai sosok yang tak terkalahkan, namun dalam dirinya tersembunyi keraguan tentang apakah ia masih bisa mempertahankan kemanusiaannya di tengah dunia yang penuh manipulasi dan kekerasan.

Dalam perjalanannya, Ariella dipaksa untuk membuat pilihan sulit—antara kekuasaan yang sudah dipegangnya dan kesempatan untuk mencari kehidupan yang lebih baik, jauh dari bayang-bayang dunia pembunuh bayaran. Di saat yang sama, sebuah konspirasi besar mulai terungkap, yang mengancam tidak hanya ker

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Bayang-Bayang Pengkhianatan

Malam terasa semakin kelam di apartemen kecil tempat Ariella dan timnya bersembunyi. Suasana tegang menyelimuti ruangan sempit itu. Setiap detik berlalu dengan lambat, seolah-olah waktu sengaja mempermainkan mereka. Pesan ancaman yang diterima tadi benar-benar mengguncang kepercayaan di antara mereka.

Ariella memandangi rekan-rekannya satu per satu. Liana, Alex, dan Rael adalah orang-orang yang telah dia percayai selama ini. Mereka adalah timnya, keluarganya, di tengah dunia yang penuh intrik dan kekerasan. Namun, pesan itu telah menanamkan benih keraguan yang sulit diabaikan.

“Kita harus menyelesaikan ini sekarang,” kata Ariella dengan nada dingin. “Aku tidak akan membiarkan The Obsidian Circle menghancurkan kita dari dalam.”

Alex bersandar di dinding dengan wajah penuh kemarahan. “Apa maksudmu? Kau pikir salah satu dari kita bekerja untuk mereka?”

“Aku tidak ingin berpikir begitu,” jawab Ariella tegas. “Tapi fakta berbicara. Hanya kita yang tahu lokasi markas darurat itu, dan mereka menemukannya dengan tepat. Jika ada orang lain yang tahu, maka salah satu dari kita membocorkannya.”

Rael, yang masih duduk di sofa dengan tangan memegangi lukanya, menatap Ariella tajam. “Aku terluka selama misi terakhir. Kau pikir aku punya waktu atau kekuatan untuk mengkhianati kita?”

“Jangan bawa emosimu ke sini, Rael,” balas Ariella. “Ini bukan tentang siapa yang terlihat tidak bersalah. Ini tentang fakta.”

“Fakta?” Liana berdiri dari kursinya, menatap Ariella dengan mata penuh kemarahan. “Fakta apa, Ariella? Kita telah melawan bersama selama bertahun-tahun. Kau pikir aku, atau Alex, atau Rael, akan menjual tim ini untuk keuntungan pribadi?”

Ariella menghela napas, mencoba menenangkan dirinya. “Aku tidak ingin menuduh siapa pun. Tapi kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan ini. Kita harus mencari tahu kebenarannya.”

Alex melangkah maju, mendekati Ariella. “Bagaimana kalau kau sendiri? Kau juga tahu lokasi markas itu. Bagaimana kami tahu kalau kau tidak sengaja membocorkannya?”

Suasana semakin panas. Ariella mencoba menahan amarahnya. “Aku yang memimpin tim ini. Kalau aku ingin menghancurkan kita, aku tidak perlu melakukan ini. Aku bisa langsung mengakhiri semuanya di lapangan.”

“Cukup!” Rael memotong, suaranya keras dan tajam. “Kita tidak akan menyelesaikan apa-apa dengan saling menuduh. Jika benar ada pengkhianat, maka kita cari buktinya. Kita tidak akan saling membunuh hanya karena permainan psikologis mereka.”

---

Setelah ketegangan sedikit mereda, mereka sepakat untuk memulai penyelidikan. Liana memimpin pemeriksaan sistem komunikasi mereka, mencari jejak digital yang bisa menunjukkan siapa yang membocorkan lokasi mereka.

“Aku butuh waktu,” kata Liana sambil mengetik cepat di laptopnya. “Tapi jika ada seseorang yang mengirim data keluar, aku akan menemukannya.”

Sementara itu, Ariella dan Alex memeriksa dokumen-dokumen yang mereka dapatkan dari Viktor Dragomir. Di dalamnya terdapat sejumlah lokasi rahasia yang diduga digunakan oleh The Obsidian Circle di seluruh Bucharest.

“Kita harus fokus pada ini,” kata Alex, menunjuk salah satu lokasi yang disebut Black Sun Warehouse. “Jika tempat ini benar-benar pusat logistik mereka, mungkin kita bisa menemukan lebih banyak informasi tentang siapa yang mengatur serangan ke markas kita.”

Ariella mengangguk. “Kita akan memeriksa tempat itu. Tapi sebelum kita bergerak, kita harus memastikan tidak ada yang bocor lagi.”

---

Operasi Black Sun Warehouse

Dua malam kemudian, mereka bersiap untuk menyusup ke Black Sun Warehouse. Lokasi itu terletak di kawasan industri yang terbengkalai, dikelilingi oleh gedung-gedung tua dan lorong-lorong gelap.

Ariella memimpin timnya dengan hati-hati, menggunakan bayang-bayang untuk menyembunyikan gerakan mereka. Alex berada di belakangnya, sementara Liana menjaga jarak untuk memantau situasi melalui perangkatnya. Rael, yang masih dalam pemulihan, tetap tinggal di apartemen untuk memberikan dukungan jarak jauh.

“Area ini penuh kamera,” bisik Liana melalui earpiece. “Aku akan mencoba mematikan sistem keamanan mereka. Beri aku lima menit.”

Sementara Liana bekerja, Ariella dan Alex mengamati area itu. Mereka melihat sejumlah penjaga bersenjata berpatroli di sekitar gudang.

“Ada lebih banyak penjaga daripada yang kupikirkan,” bisik Alex. “Mereka jelas melindungi sesuatu yang penting.”

Ariella mengangguk. “Kita harus masuk tanpa terdeteksi. Tidak ada tembakan, kecuali benar-benar diperlukan.”

Ketika Liana akhirnya mematikan sistem keamanan, mereka bergerak masuk. Ariella memimpin jalan melalui lorong-lorong gelap gudang itu, mencari tanda-tanda aktivitas yang mencurigakan.

Di dalam, mereka menemukan kotak-kotak besar berisi senjata dan alat-alat elektronik canggih. Namun, yang paling mencolok adalah sebuah ruangan besar di tengah gudang, dijaga oleh beberapa pria bersenjata.

“Ada sesuatu di sana,” bisik Ariella.

Mereka menunggu saat yang tepat untuk bergerak. Ketika salah satu penjaga meninggalkan posnya, Ariella dan Alex menyelinap masuk ke ruangan itu.

---

Di dalam ruangan itu, mereka menemukan layar besar yang menampilkan peta digital dan data operasional The Obsidian Circle. Namun, yang paling mengejutkan adalah video yang sedang diputar di salah satu layar.

Video itu menunjukkan seorang pria bertopeng berbicara kepada sejumlah anggota The Obsidian Circle.

“Kita telah berhasil menghancurkan kepercayaan mereka,” kata pria itu dengan suara dingin. “Sekarang, kita hanya perlu menunggu mereka saling menghancurkan.”

Ariella memperhatikan dengan saksama, mencoba mengenali siapa pria itu. Namun, yang mengejutkannya adalah wajah yang muncul di layar berikutnya—wajah Liana.

“Liana?” bisik Alex dengan nada tidak percaya.

Ariella menggertakkan giginya. “Kita harus keluar dari sini sekarang. Kita tidak bisa membicarakan ini di sini.”

Namun, sebelum mereka bisa bergerak, alarm berbunyi. Penjaga di luar telah menyadari keberadaan mereka.

“Cepat!” perintah Ariella, menarik Alex keluar dari ruangan itu.

Mereka melarikan diri melalui lorong-lorong gudang, dikejar oleh tembakan musuh. Dengan kecepatan dan ketangkasan mereka, Ariella dan Alex berhasil mencapai jalan keluar dan kembali ke tempat persembunyian mereka.

---

Ketika mereka tiba di apartemen, Liana menunggu mereka dengan senyuman. Namun, senyuman itu segera memudar ketika dia melihat ekspresi Ariella dan Alex.

“Ada apa?” tanya Liana dengan nada khawatir.

Ariella tidak menjawab. Dia hanya melemparkan tablet yang mereka bawa dari gudang ke meja. Liana menatap layar itu dengan ekspresi terkejut.

“Ini tidak seperti yang kalian pikirkan,” kata Liana, suaranya gemetar.

Alex maju, marah. “Jelaskan sekarang, Liana! Apa maksud semua ini? Kau bekerja untuk mereka?”

Liana mencoba berbicara, tetapi suaranya tersendat. “Aku... aku tidak punya pilihan. Mereka mengancam keluargaku. Jika aku tidak membantu mereka, mereka akan membunuh orang-orang yang kucintai.”

Ariella menatapnya dengan tatapan dingin. “Jadi kau mengorbankan kita? Kau membahayakan semua orang demi menyelamatkan dirimu sendiri?”

Liana mulai menangis. “Aku tidak pernah ingin mengkhianati kalian. Aku mencoba memberikan mereka informasi yang tidak penting, tetapi mereka terus menekan. Aku pikir aku bisa mengendalikan situasi ini. Aku salah.”

Ruangan itu hening. Ariella akhirnya berdiri, menatap Liana dengan penuh kekecewaan.

“Kau telah menghancurkan kepercayaan kami,” katanya dengan suara rendah. “Aku tidak tahu apakah kita bisa memperbaiki ini.”

Alex menatap Liana dengan marah, tetapi dia tidak berkata apa-apa. Rael, yang baru saja mengetahui semuanya, hanya menunduk, terlalu kecewa untuk memberikan komentar.

Ariella akhirnya berbicara lagi. “Kita akan tetap melanjutkan misi ini. Tapi kau, Liana, akan diawasi setiap saat. Jika kau mencoba melakukan sesuatu lagi, aku tidak akan ragu untuk menghabisimu.”

Liana mengangguk, air mata mengalir di pipinya. Dia tahu dia telah kehilangan kepercayaan teman-temannya, dan mungkin dia tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!