“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”
Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fragmen 28
Dua hari, Gun meminta cuti Kim Suho sejumlah waktu itu. Mengatakan ada urusan mendadak di luar kota.
Suho mengizinkan tanpa syarat mengingat Gun cukup bertanggung jawab dengan pekerjaan dan tugas-tugasnya selama menjaga Suzi.
Dan saat ini Kim Suzi sibuk memikirkan lelaki itu. Waktu serasa berjalan lambat padahal Gun baru pergi dua jam yang lalu. Kesepian tiba-tiba menyelinap lalu menyergap tak tahu malu.
Sekarang gadis itu sadar perasaannya pada Gun sudah menjadi lain. Namun belum dipastikannya bahwa itu adalah cinta. Mungkin hanya mulai terbiasa dengan arti keberadaan. Gun akan menghilang dari pandangan dua hari lamanya, ada bagian yang hilang dari detik per detik waktu yang berjalan.
Sederhana saja, Suzi tak ingin mengarahkan hati dan pikirannya terlalu jauh, mengingat Gun baru saja kehilangan kekasih yang dicintai, akan terkesan tolol jika menonjolkan diri sebagai wanita yang bahkan tidak bisa disebut teman.
Akan tetapi jika bukan teman, lalu bagaimana dengan istri?
Selama ketidakberadaan Gun, Jae Won yang diminta Kim suho secara khusus mengawal kemana pun putrinya pergi. Bahkan ketika di rumah, Suho tak mengizinkan Suzi sendiri, terlalu berbahaya. Setelah kemunculan Klan Bulan Sabit di berbagai cerita, posesif Kim Suho bertambah kadar.
Seperti sekarang, Jae Won duduk diam di sebuah kursi, menemani Suzi yang asyik membaca buku bergambar bunga di hadapannya. Kediaman itu tak mengurangi kewaspadaan Jae Won, matanya sesekali bergerak mengedar sekeliling tempat untuk memastikan tidak ada yang ganjil dan mencurigakan.
Protektif level dewa, faktanya penjaga di sana tak hanya dua, ada beberapa yang lain mengisi beberapa sudut.
Saat ini mereka di taman belakang, tempat favorit Suzi menghabiskan waktu di saat jenuh. Awan di ketinggian merata biru seperti cerminan laut, tak mempengaruhi Suzi yang tetap saja merasa mendung.
“Won, apa kau tahu kemana Gun pergi?” Gadis itu bertanya tiba-tiba, menutup buku lalu meletakannya ke atas meja. Mengempaskan punggung ke sandaran kursi, dia mulai merasa bosan dengan kegiatannya.
Won menaikkan pandang pada gadis itu dan langsung menelisik ekspresi yang menurut matanya seperti peliharaan tak diberi makan.
“Persisnya aku tidak tahu,” jawab pria itu dengan suara tenang. “Dia hanya berkata ada urusan di luar kota. Apa kau ingin aku mencari tahu lebih jauh?”
Dibalas pertanyaan balik, Kim Suzi menggeleng. “Tidak perlu. Dia mungkin memang butuh waktu untuk berlibur.”
“Urusan penting! Lee Gun mengatakan itu!” sanggah Jae Won, tersenyum syarat makna. Dalam hitungan menit dia sudah bisa menilai jika Suzi menaruh ketertarikan pada pengawalnya sendiri. Buku yang tadi Suzi baca dia ambil dari atas meja dan membukanya langsung ke halaman lima, mengalihkan satu paragraf lucu yang baru dia simpan di kepalanya.
“Orang seperti dia aku yakin tidak akan butuh waktu bersantai. Mungkin memang sedikit ada masalah,” lanjut Won berasumsi sesuai penilaian hati.
Lee Gun memang bukan pria biasa, Won tahu itu. Diam-diam dia memerhatikan bahkan mencari tahu siapa sebenarnya anggota kesatuan barunya tersebut. Walau belum banyak fakta yang ditemukan selain Gun adalah seorang pelukis yang pandai bermain tinju, Jae Won akan terus mencaritahu.
“Aku tiba-tiba mengantuk.” Suzi berdiri dari tempatnya. “Kuharap kau tidak akan mengikutiku sampai ke dalam kamar,” katanya pada Won.
Jae Won mencuatkan pandangan pada wajah Suzi dengan alis terangkat satu. “Sayangnya aku harus. Setidaknya sampai kau terlelap, baru aku akan keluar.”
Tak habis pikir, Suzi mendengus seraya memutar bola matanya. “Lakukan saja semaumu!” Kemudian mencelat pergi membawa serta perasaan kesal di dalam dada.
Won mengulum senyum, lucu dengan tingkah nona mudanya. “Sayangnya aku tidak pandai menguntit wanita.”
********
Malam yang dingin.
Sebuah area lengang terjaga, hanya dihuni oleh pepohonan yang berjejer rapi, rumput dan semut-semut yang beruntai di badan pohon, selebihnya tidak ada kehidupan lain yang terendus bumantara sekitar.
Suasana tenang dibuai angin yang melintas lalu berputar-putar menggoda ranting-ranting hingga terseok. Keadaan persis negeri tanpa penghuni.
Di atas sana bulan mengintip malu, cahayanya berpendar separuh saja.
Namun keheningan tak berlangsung lama hari ini, sebuah sepeda motor berjenis ninja H2R tiba-tiba datang jadi pengacau, menghamburkan dedaunan kering ke semua arah, tersebar-sebar dengan amarah.
Pria dengan sepatu lars dan hoodie hitam membalut badan, menurunkan standart motor itu lalu membuka helm dari kepalanya.
Gun, wajahnya meliuk dengan mata awas mengedar sekitar. Mengamati keadaan dalam pandangan terbatas di keremangan.
Tas punggung kecil santai dalam gendongan, dia membawanya melangkah menembus kegelapan menuju sebuah arah tanpa peduli keberadaan.
Semakin jauh meninggalkan motornya. Di kejauhan sana, kerlap-kerlip lampu kuning mulai terlihat. Bibirnya menarik senyuman, tipis saja.
“Yuisan Gaepyoung ... aku kembali,” katanya, senyum tipis di bibir berubah jadi seringai. Langkah diteruskan menuju cahaya-cahaya tadi, cahaya yang berasal dari perkampungan yang beberapa waktu lalu menjadikan dirinya dan Kim Suzi persis pesakitan yang menjijikkan.
HAP!
Satu loncatan mendaratkan kakinya di dasar tanah. Sebelumnya dia berada di sebuah pohon, mengamati keadaan sekeliling dari atas sana.
“Aman.”
Entah kapan dikenakan, wajahnya sudah tertutup ketat sehelai masker dan kepala dibalut hoodie. Selanjutnya bergerak dan melangkah dengan sangat hati-hati, mode penyusup.
Dalam beberapa menit dia gunakan untuk mencari. Bergerak dari satu rumah ke rumah lain mirip-mirip pencuri.
Kita akan lihat apa sebenarnya yang dia cari.
Tepat melewati sebuah gubuk kecil, semilir suara mengusik telinga yang sudah dipasang Gun dengan sangat tajam.
Melalui celah bilik gubuk, lelaki tampan sejuta karat berusia 29 tahun itu menggunakan matanya untuk mengintip.
“Sekarang rasanya sulit mendapatkan waktu berdua denganmu,” kata wanita di dalam gubuk, suaranya sangat pelan dan manja bercampu desah. Lawan bicaranya jelas seorang lelaki berambut sebahu, sesuai penglihatan Gun yang dicapainya dari sebuah celah sebesar kuku kelingking.
Di atas dipan kayu beralas kain tipis merah jambu, keduanya baru selesai bercumbu dalam posisi duduk, berpeluk dan saling membelai satu sama lain.
Bayangan mereka tergambar oleh cahaya lilin kecil yang sengaja dinyalakan di sebuah sudut.
“Ck!” Lee Gun berdecak di posisi elegan--menguntit seperti bodoh. “Alam begitu baik. Aku tak perlu bergerak banyak untuk menemukan mereka,” ujarnya dengan senyuman kecut, merasa konyol.
“Manusia-manusia berotak kusut!”
Dari posisi yang sangat pas, dia menonton adegan panas yang akan segera dimulai. Pria dan wanita itu baru saja melepas baju dan melempar ke sembarang arah. Cumbuan mereka dimulai lagi penuh semangat.
Bukan berperan sebagai mesum gila yang dengan tolol menonton adegan absurd, Gun hanya ingin memberi senang sebelum hukum dia jatuhkan.
Saat kemudian dia membalik badan, meninggalkan kegiatan mengintip lalu bersedekap tangan.
“Ya ... sebelum kubuat kalian menjadi cumi-cumi kering, akan kubiarkan kalian bersenang-senang dulu.” Ditutup senyuman jahat.
Bulan di ketinggian langit lepas meghilang. Awan mendung melintas menutupinya. Gerimis mulai turun dan udara beranjak dingin.
“Sial!" Lelaki itu mengumpat lalu mendesah kasar. “Mereka cukup pandai memilih waktu bercinta di cuaca seperti ini. Andai Suzi ada di sini ....”
WEW!
Nama itu!
Seketika dia tersentak menyikapi dirinya sendiri. “Kenapa tiba-tiba ingat dia?” Lalu menggeleng-geleng dengan senyuman masam.
bilamana memang pembaca suka dan sllu menantikan update anda thor...pasti walaupun boom update juga pasti like...itu pasti...
Oiya kabar Archie gimana? Masih koma kah? Kangen sama aksi² Archie yang heroik, Archie dimana kau ❤️
ini pada nunggu gebrakan mu.
semangatg thorr.. d tunggu up nya😁😁🌹🌹