Cinta atau benci?!
Rehan Alevando Pratama. Rehan itu hanya ada satu, tapi sifat nya bisa menjadi dua. Kadang baik, kadang kejam. Bukan kah Rehan sama seperti bunglon, beda tempat beda sifat!!!
Ini adalah perjodohan yang dipaksa olh 3 keadaan, keadaan lah yang memaksa agar Rehan terus mau untuk menjaga Naumi, bahkan tamat SMA pun Rehan sudah berniat untuk menikahi nya.
Awalnya Rehan berjanji, kalau ia akan mencoba untuk menyayangi dan mencintai Naumi. Namun, mengapa disaat Rehan mulai jatuh cinta. Naumi malah merusak kepercayaan, dan berkhianat dibelakangnya.
Apakah Rehan dan Naumi akan terus bersama hingga menikah? Atau akan berakhir sampai disini saja?
Ayo yang penasaran sama kisah nya Rehan dan Naumi, buruan baca! Capcusss!!!
~
Didalam cerita ini mungkin akan ada mengandung sedikit bahasa kasar. Jadi dimohonkan untuk para readers, harus bijaklah dalam membaca!
Jangan jadikan bahasa bahasa kasar di cerita ini sebagai contoh untuk kalian mengucapkan nya.
Cuzzz bacaaaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sahidainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
There. Janji Part 2
...Hiii Bestieeee 🤞 ...
...Lanjut Baca yukkk!!!...
.............
Saat ini Rehan dan Naumi sudah berada dirumah sakit, mereka segera menemui seseorang dokter.
"Makasih." ucap Rehan saat menerima amplop putih dari pihak rumah sakit yang menelpon nya tadi.
Kini Rehan dan Naumi akan kembali ke mobil Rehan. Mereka akan membaca surat itu saat di dalam mobil saja. Biar bisa merasa puas tanpa ada yang menganggu gugat mereka.
"Gue yang buka atau lo Nau?" tanya Rehan.
"Kamu aja Han."
Rehan membuka amplop putih yang ia pegang, di dalam nya terdapat selembar kertas yang sudah berisi kata kata dari sebuah pulpen bertinta hitam.
Rehan mencoba untuk menguatkan dirinya, ia harus tetap membaca nya. Tak tahu apa keinginan terakhir kakak nya.
Rehan hanya membaca nya sendiri, sedangkan Naumi ia akan menunggu Rehan selesai.
Mata Naumi tak sengaja melihat air yang jatuh dari lupuk mata Rehan, lalu tangan Rehan juga langsung mengepal kuat kertas itu.
Naumi bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Rehan, ia mengambil tisu yang ada didepannya lalu mengelapkan nya di pipi basah Rehan.
"Aku boleh lihat suratnya?" tanya Naumi.
Rehan memberhentikan kegiatan Naumi, ia mengambil tangan Naumi yang berada di pipi nya lalu menggenggam nya.
"Lo mau nikah sama gue?" tanya Rehan to the point.
Yang ditanya tentu saja kaget dan jantungan. Apa maksud Rehan? Kakak nya baru meninggal, ia sudah mengajak Naumi menikah.
"Maksud kamu apa Han?" tanya Naumi lembut.
"Gue emang belum kenal lo siapa, tapi Kak Aska udah sering cerita tentang lo. Dan kata kak Aska selesai dia kuliah dan selesai lo tamat SMA kalian bakalan nikah kan?"
"Itu cuma mimpi aku sama Aska Han, dan akan terus menjadi mimpi."
"Gue bisa kok buat mimpi lo itu jadi nyata. Lo harus nikah sama gue!"
Naumi hanya terdiam, ia tidak akan langsung menerima atau menolak nya. Ia hanya ingin membaca surat yang ditulis oleh Aska, apa isi surat itu?
"Aku boleh ya baca surat itu." pinta Naumi sambil menunjuk kertas yang ada di genggaman Rehan.
Akhirnya dengan lesu, Rehan memberikan surat itu kepada Naumi.
Naumi membuka nya, kertas nya sudah hampir robek akibat genggaman kuat dari Rehan.
...To: Rehan Alevando Pratama....
...Ada tiga tanggung jawab yang kakak kasih ke kamu Han....
...1. Saat kamu tamat SMA nanti, kamu harus langsung nikahi Naumi, jaga dia jangan sampai ada air yang keluar dari sudut mata nya....
...2. Gantiin posisi kakak sebagai ketua di Agramatha. Dan jangan pernah sekali-kali kamu cari tahu tentang kematian kakak!...
...3. Terusin baik baik usaha usaha orang tua kita....
...To: Naumi Arzhika Angelica....
...Gue cuma minta satu hal lo kamu Nau, lo harus terus ada disamping Rehan ya Nau, belajar cintai dia sama seperti lo mencintai gue....
From: Aska Alevando Pratama
Naumi kembali meneteskan air matanya, padahal ia sudah mencoba untuk menahan nya. Tetapi entah mengapa rasanya air mata nya itu sangat hendak ingin terjatuh. Naumi sangat merindukan Aska, lelaki yang tak sengaja ia temui. Walaupun pertemuan mereka hanya singkat tapi Naumi benar-benar merasa kehilangan.
"Udah lo baca kan? Lo udah tau kan apa kemauan kak Aska. Kita harus nikah. Dan mau atau enggak nya itu urusan lo. Gue juga gak bakalan maksa. Gue juga gak suka sama lo, tapi gue akan belajar untuk terus berusaha mencintai lo." Tegas Rehan, hingga membuat Naumi tambah bersedih.
Rehan mengatur kembali nafas nya, lalu ia hembuskan secara perlahan. "Gue yakin rasa cinta itu pasti akan datang dengan sendirinya." lirih Rehan.
Degh.
Perkataan singkat yang di lontarkan oleh Rehan itu, mampu membuat jantung Naumi menjadi dag dig dug serrrr. Ia langsung menatap Rehan tanpa berkedip sekalipun, Naumi kira Rehan hanya lah bocah TK yang tak memiliki sifat dewasa, tetapi ternyata ia salah. Rehan mirip sekali dengan Aska, mereka akan dewasa hanya saat di waktu yang tertentu.
"Emangnya kamu siap nerima aku buat jadi istri kamu nanti Han?" tanya Naumi.
"Kak Aska aja siap, kenapa gue enggak."
"Ta-tapi aku, aku punya keluarga yang latar belakang nya gak jelas Han," lirih Naumi, lalu ia kembali menetes kan air matanya.
"Maksud lo apa?"
"Aku anak haram."
Bola mata Rehan sudah hampir saja keluar karena mendengar kata yang terucap dari mulut Naumi, anak haram maksud nya apa?
"Aku sering di-bully di sekolah aku, kata mereka aku anak haram. Dan aku juga gak punya teman, aku cuma punya Aska, dan sekarang Aska udah pergi ninggalin aku." lanjut Naumi berkata.
Rehan terdiam begitupun juga Naumi. Naumi kini menunduk kan kepala nya, tangan nya sudah meremas kuat baju nya.
"Kenapa aku bisa cerita masalah ku dengan Rehan." batin Naumi.
Rehan mengembuskan nafas nya, "Coba cerita sama gue." ujar Rehan.
"Ce-cerita. Cerita tentang apa?"
"Keluarga lo?"
"Tapi,"
"Gue bukan nya kepo atau penasaran Nau, tapi gue cuma mau lo berbagi kisah sama gue. Sekarang masalah lo bakalan jadi masalah gue juga." ujar Rehan.
Naumi menunduk, memainkan kuku-kuku nya, "Aku, aku gak pernah tau dimana ayah aku." ucap Naumi sendu.
Rehan diam, mendengarkan setiap kata-kata dari Naumi.
"Dari aku SD ibu aku udah meninggal, dan semenjak itu aku tinggal sendiri, cari makan sendiri, dan sebelum ibu aku pergi, ibu aku pernah bilang kalau ayah aku sudah bahagia bersama keluarga baru nya." titah Naumi.
Naumi menetes kan air mata nya, menggigit bibir bawah nya, tak kuasa menahan kesedihan dan pahit nya hidup nya seorang.
Tanpa meminta izin, tiba-tiba saja Rehan langsung memeluk tubuh Naumi. Lalu ia mengusap helaian rambut Naumi yang begitu lembut.
Sungguh ini pertama kalinya Naumi merasakan pelukan dari seorang Rehan Alevando Pratama.
Sebelum nya yang Naumi tau kalau Rehan sama sekali tidak pernah memeluk seorang wanita manapun.
"Han," lirih Naumi yang sepertinya minta dilepas.
"Lo gausah takut, mulai sekarang gue bakalan jagain lo. Kita bakalan sama sama belajar untuk saling mencintai." bisik Rehan ditelinga Naumi.
"Han."
"Gue janji Nau, gue janji bakalan terus jagain lo dan selalu ada di samping lo. Ini janji gue untuk lo dan kak Aska, kalau gue ingkari janji gue, lo bisa ngehukum gue Nau." lanjut Rehan.
Naumi terdiam sejenak, ia mangkin menangis menjadi-jadi, tetapi setelah itu ia merasa risih akan pelukan yang di berikan Rehan.
"Han, lepasin!" pinta Naumi.
Rehan tersadar atas apa yang ia lakukan, Rehan langsung melepaskan pelukannya. Ia jadi merasa sedikit canggung, begitupun Naumi.
Rehan mencoba untuk membuang rasa canggung dan malu nya, ia akan mengantar Naumi pulang.
"Gue anter lo pulang ya." tawar Rehan. Namun ia tak butuh jawaban dari Naumi, Rehan langsung saja menyalakan mobilnya.
Dan Naumi pun juga tak mau menolak, biarkan Rehan melakukan apa kemauannya.
Saat di perjalanan kerumah Naumi, Rehan sama sekali tak ada membuka suara, begitu pun juga dengan Naumi. Hanya ada keheningan diantara mereka.
Mata indah Naumi terus menatap ke arah samping jalanan. Sementara Rehan, ia hanya menatap lurus ke depan dan sesekali ia sempat kan menatap wanita yang ada disampingnya.
Setelah 15 menit diperjalanan, akhirnya mereka sampai juga didepan rumah mungil yang dilapisi dengan cat berwarna merah muda.
Naumi membuka seatbeltnya dan merapikan sedikit rambut nya yang agak berantakan.
"Mau masuk dulu? Tapi rumah aku kecil." tawar Naumi.
Rehan tersenyum simpul, "Gausah, gue langsung pulang aja." balasnya.
Naumi pun mengangguk, setelah itu ia membuka pintu mobil hendak keluar. Namun sebelum Naumi menginjakkan kaki nya ke tanah, Rehan sudah lebih dahulu menahan pergelangan tangan nya. Sontak membuat Naumi memberhentikan langkah nya dan menatap kearah Rehan.
"Lo tinggal sama siapa?" tanya Rehan.
"Sendiri."
"Gue masih belum ngerti," keluh Rehan.
"Nanti kamu bakalan ngerti, udah ya aku ngantuk banget pengen istirahat." balas Naumi.
Rehan melepaskan genggaman nya. "Kalau ada apa-apa telepon gue! Ini kartu nama gue, disitu ada nomor hp gue." ujar Rehan sambil menyodorkan kertas berukuran kecil.
Naumi menerima nya, "makasih Rehan." setelah mengucapkan itu Naumi langsung menutup pintu mobil dan masuk kedalam rumah nya.
Setelah Naumi sudah hilang tak terlihat, Rehan pun mulai menyalakan kembali mobilnya.
Sebelum ia benar-benar pergi Rehan menghela kan nafas nya perlahan, "lo lugu dan lucu. Dan gue yakin pasti dua hal itu yang membuat kak Aska benar-benar cinta sama lo. Gue yakin gue pasti juga bisa jatuh cinta sama lo." titah Rehan, setelah itu ia langsung melajukan mobilnya.
Saat berada di tengah jalanan, Rehan menghentikan kegiatan nya yang sedang menyetir. Entah lah tiba-tiba saja ia teringat akan kakak nya. Rindu, Rehan sangat rindu. Rehan memukul kuat setiran mobil nya mengusap-ngusap kasar wajah nya. Ia benar-benar masih terasa kehilangan kakak nya, orang yang selalu menemani nya.
"Kenapa tuhan, kenapa? Kenapa orang yang gue sayang selalu pergi ninggalin gue. Kenapa enggak gue aja yang pergi, kenapa?" lirih Rehan dengan sedikit tetesan air mata.
Rehan membuka handphone, menatap foto ia dengan Aska. Foto yang terakhir kali mereka ambil.
"Kalau gue tau lo bakalan pergi secepat ini, gue pasti selalu nyempatin waktu gue buat selalu ada di samping lo kak." Rehan kembali menangis.
Rehan teringat akan sesuatu, mengapa Aska menyuruh nya untuk melupakan penyebab kematian nya, dan mengapa Rehan tidak boleh mengetahui siapa pelaku nya?
"Anjing!" maki Rehan.
"Kenapa aku gak boleh tau penyebab kematian kamu kak? Kenapa?" teriak nya.
"Lo udah ninggalin gue dan sekarang lo gak mau jujur sama gue. Gue kecewa sama lo kak gue kecewa." lirih Rehan.
Skip.
Malam yang dingin ini, Naumi duduk di kamar nya sendiri. Sebenarnya Naumi bosan, biasanya kalau seperti ini Aska akan datang membawa nya pergi jalan. Tapi itu semua hanya lah tinggal kenangan. Tidak akan ada lagi Aska yang menemani Naumi, menghapus air mata Naumi, dan mencium kening Naumi.
Naumi mengambil kotak yang terletak di atas meja belajar nya, lalu ia membuka nya. Didalam kotak itu terdapat beberapa lembar foto-foto Naumi dan Aska, Naumi sangat merindukan nya.
"Maaf." lirih Naumi sambil meneteskan air matanya.
Naumi mengusap kasar air di pipi nya itu. "Kata Aska lo gak boleh nangis, Naumi!" bentak Naumi pada dirinya sendiri.
"Aska. Aku sekarang mau curhat ke siapa? Aku udah gak punya siapa-siapa lagi Ka."
Saat itu juga tangis Naumi pecah, ia sudah tak kuat menahan air mata nya. Malam ini ia membebaskan air-air itu jatuh. Dada Naumi juga terasa sesak, untuk yang pertama kali nya, ia benar-benar merasa kehilangan.
Naumi melirik jam yang ada di dinding, tanpa disadari nya ternyata sudah tengah malam, sudah pukul 23.25 ah bukan kah tiga puluh lima menit lagi sudah pukul dua belas malam.
Karena sudah lelah menangis, Naumi membaringkan tubuhnya di lantai yang tak berlapis apapun. Walaupun dingin Naumi tak peduli, seluruh badannya terasa kaku dan Kehilangan darah. Naumi juga sudah tidak kuat untuk bangkit, Naumi benar-benar lemah untuk sekarang.
Naumi memejamkan mata nya, selang beberapa menit ia sudah tertidur diatas lantai keramiknya yang dingin nya sudah seperti salju.
.....🌺.....
.....🌺.....
Mau nanya, kalian pernah bilang cantik ke siapa aja?
Ke aku gak mau?
Xixixixi
Lanjut baca eps selanjutnya yaa gaisss
Ok bye.