Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepuluh
Anin mulai merasakan sakit di sekitar pinggang dan perutnya. Dia merintih kesakitan dengan menggenggam erat tangan Kala. Kala mengusap peluh yang keluar di dahinya. Anin semakin meronta kesakitan, dia berkali-kali memanggil nama Kala.
"Kala, sakit sekali,” rintih Anin.
"Tahan ya, Nin, sebentar lagi sampai rumah sakit kok." Kala masih menggenggam erat tangan Anin.
Sesampainya di rumah sakit, perawat membawa Anin masuk ke ruang persalinan. Kala berjalan di belakangnya mengikuti perawat dan dokter.
"Bapak suaminya?” tanya perawat.
"Iya, saya suaminya, Sus,” jawab Kala dengan lugas dan tanpa ragu.
"Mau menemani istrinya melahirkan atau di luar?” tanya perawat tersebut.
"Saya akan menemaninya,” ucapnya dengan gugup. Entah mengapa, dia merasa ingin sekali menemani Anin melahirkan. Dia duduk di samping Anin. Anin masih saja meringis kesakitan, dia menggenggam erat tangan Kala.
"Bertahanlah, demi anakmu. Aku akan menemanimu.” ucap Kala lirih di telinga Anin.
Dokter memberi arahan pada Anin untuk mengejan, Anin mengikuti arahan dari dokter. Dia meringis kesakitan dan sesekali menjerit kesakitan.
"Kala ... Sakit sekali, aku tidak kuat, Kala. Sungguh ini sakit sekali.” Anin memekik kesakitan, dengan menggenggam tangan Kala.
"Ayo, kamu pasti bisa Nin! Kamu wanita yang kuat, kamu pasti bisa! Kuat Nin, demi anakmu," Kala memberi dia semangat, tanpa sadar dia mencium kening Anin yang membuat tenaga Anin semakin bertambah.
Suara rintihan Anin berubah menjadi tangis bayi. Perawat menaruh bayi Anin di atas dadanya dan menyelimutinya. Demi apa, Kala merasa gemetar dan bahagia sekali, akhirnya dua nyawa terselamatkan. Kala tanpa sadar mengecup kening Anin berulang kali yang membuat Anin tertegun melihat Kala melakukan hal seperti itu. Tidak hanya mencium kening Anin, dia masih saja menggenggam tangan Anin dan membelai rambutnya.
"Selamat, Nin, anak kamu laki-laki,” ucap Kala.
"Hai, baby boy yang lucu, selamat datang di dunia ini. Suatu saat nanti, kamu yang akan melindungi mamamu, jadilah laki-laki yang hebat dan bertanggung jawab, ya sayang?” ucap Kala pada bayi Anin.
Anin hanya tersenyum melihat Kala dengan raut wajah bahagia mengajak bicara bayinya.
"Terima kasih, Kala,” ucap Anin.
"Sama-sama, Nin." Kala tersenyum di depan wajah Anin, senyum bahagia terpancar dari wajah Kala. Dia kembali mencium kening Anin. Anin membulatkan matanya sempurna menghadap Kala.
"Terima kasih, Nin. Kamu sudah membuka hatiku, betapa sakitnya seorang wanita berjuang demi nyawa yang tak berdosa.” Ucap Kala dengan membelai kepala Anin. Anin menyunggingkan senyuman manisnya
Perawat membawa Bayi Anin untuk di bersihkan dan di pakaikan selimut. Kala mengikuti perawat tersebut ke ruang Bayi, dia menunggu bayi Anin yang sedang di bersihkan. Bayi mungil yang tampan, hidung dan matanya mirip sekali dengan Anin.
"Kasihan kamu nak, kamu tidak berdosa, tapi ayahmu tidak menginginkan kamu. Om janji, akan menjaga kamu dan mamahmu.” Ucap Kala lirih sambil melihat bayi Anin sedang di bersihkan.
Perawat menggendong bayi Anin dan berjalan menuju Kala. "Bapak mau menggendong bayinya?” tanya perawat tersebut.
"Iya sus, saya ingin menggendong anak saya,” ucap Kala.
Perawat tersebut memberikan bayi Anin pada Kala. Kala mencium lembut pipi bayinya. Dia memberikan bayi Anin pada perawat setelah puas menggendong nya. Perawat menaruh bayi Anin di box bayi, dan membawanya ke ruang pasien, karena Anin sudah bisa di pindahkan ke ruangan pasien. Kala berjalan mengekori perawat yang mendorong box bayi menuju ke ruangan Anin.
Anin masih tertidur dengan slang infus yang masih menempel di tangannya. Anin tersenyum melihat perawat datang membawa bayinya. Perawat meninggalkan ruangan Anin, Kala mengambil bayi Anin dari box bayi dan menggendongnya membawa ke Anin yang masih tertidur. Anin bangun dan duduk bersandar di bed.
"Lihat Nin, wajahnya mirip kamu sekali.” Ucap Kala sambil memperlihatkan bayi Anin.
"Iya dong, kan anakku, Kala? Sini sama mama." Anin meminta bayinya dari Kala, dia memangku bayinya.
"Nin, mau di beri nama siapa?” tanya Kala.
"Aku belum siap nama bayi untuknya,” jawab Anin.
"Bagaimana kalau Dava? Dava Abimana,” ucap Kala.
"Dava, bagus. Tapi, Abimana bukankah itu nama belakangmu?” tanya Anin
"Iya, itu nama belakangku. Dan aku ingin nama belakang Dava seperti nama belakangku.” ucap Kala. Anin hanya terdiam menatap bayinya yang masih tertidur.
"Nin, meskipun kita menolak untuk menikah, kita akan tetap menikah. Aku akan menuruti semua apa yang orang tuaku mau, Nin. Jadi, please, jangan kabur lagi, ya?” ucap Kala.
"Kala, menikah itu harus di dasari rasa cinta, sedangkan kita? Apa kita saling mencintai? Tidak kan? Kamu saja masih belum bisa melupakan Sandra dan masih mencintainya. Sedangkan aku? Aku sudah bisa melupakan Vino secepat ini, bahkan sejak Vino pergi dan lima bulan aku menunggunya tapi tidak ada kabar dari dia, aku sudah mengubur rasa cintaku untuk dia. Aku tidak membencinya, tapi aku berusaha melupakan, dia bukan untukku. Itu semau karena aku sadar, tidak selamanya aku hidup dengan menanggung rasa untuk Vino. Aku punya masa depan dengan anakku. Seandainya tak ada yang sudi menikahi aku sekalipun, aku tetap bertahan demi anakku, tanpa menoleh ke belakang lagi dan mengharap Vino kembali.” ucap Anin dengan tatapan sinis pada Kala.
Kala hanya terdiam menatap Anin yang masih saja menunduk menatap bayinya. Anin membelai pipi bayinya dan menciumnya.
"Nin, maafkan aku, iya aku belum bisa melupakan Sandra, walau itu sudah bertahun-tahun lamanya. Maafkan aku,” ucap Kala.
"Jangan meminta maaf padaku, minta maaflah pada dirimu sendiri, pada hatimu, yang masih bergantung dengan masa lalumu,” ucap Anin.
"Jangan menikahiku, sebelum kamu melupakan masa lalumu,” imbuh Anin.
Kala terdiam sejenak, hingga terdengar bayi Anin menangis karena ingin menyusu. Dengan segera Anin membelakangi Kala dan menyusui bayinya. Kala pergi meninggalkan Anin sendiri di ruangannya. Dia masih mengingat kata-kata Anin tadi. Tidak bisa ia pungkiri jika dia masih sangat mencintai Sandra yang pergi meninggalkan nya dahulu.
Anin membelai bayinya, dia berkali-kali meneteskan air matanya dan langsung menyekanya dengan tangannya.
"Dava, mama sayang sekali sama Dava, jangan rewel ya, Dava hanya punya mamah saja. Jangan menyusahkan orang lain ya, Nak.” ucap Anin pada bayinya.
"Dava Alfianto. Iya, itu nama kamu nak. Mama menggunakan nama kekekmu untuk nama belakangmu." Ucap Anin dengan membelai pipi Dava.
Anin sudah selesai menyusui Dava, ASI Anin sudah sedikit lancar, meski tadi sempat menangis karena sakit saat pertama kali memberika ASI pada Dava. Anin meletakan Dava di box bayinya.
"Kehidupanku baru di mulai, ini awal aku harus bisa mandiri mengurus Dava sendiri. Mungkin lebih baik aku pulang ke rumah, walau bagaimanapun orang tua tak akan menyia-nyiakan anaknya, seburuk apa pun anaknya, mereka akan kembali memaafkan. Itulah orang tua.” gumam Anin dalam hatinya.
Kala di depan duduk termenung, mencerna kata-kata Anin tadi, dia tidak menyangka Anin menolak untuk di nikahi. Kala memang belum bisa melepas Sandra di dalam hatinya, walau Sandra sudah sangat menyakitinya. Kala teringat kembali saat bersama Sandra. Tali asmara yang ia rajut begitu kuat sejak mereka SMA, telah hancur karena sebuah materi, saat Kala jatuh, perusahaannya bangkrut, dia lebih memilih di nikahi oleh pengusaha kaya raya. Meskipun berat, namun Sandra tetap menuruti kedua orang tuanya.
Kala kembali teringat akan masa lalunya dengan Sandra dulu.
Kala memeluk Sandra dari belakang yang sedang duduk di kursi rias di kamarnya. Sandra sangat bahagia sekali karena Kala menuruti apa yang ia mau, termasuk memiliki rumah yang mewah, Kala pun menurutinya. Untung saja Kala saat itu perusahaannya sedang berjalan lancar apalagi jabatan dia saat itu CEO. Membuat rumah hingga menghabiskan dana berapa milyar pun akan dia lakukan untuk kekasihnya.
Kala mencium tengkuk Sandra, yang membuat Sandra menikmati setiap kecupan dari Kala. Mereka melakukannya setiap waktu di rumah impian Sandra. Sandra sudah di anggap anak sendiri oleh orang tua Kala. Oleh karena itu, mereka tidak takut jika hubungannya melebihi batas layaknya suami-istri.
"Kamu bahagia?” tanya Kala.
"Sangat bahagia sayang.” Jawab Sandra, lalu mengecup bibir Kala.
"Maukah menjadi istriku?” tanya Kala.
"Iya, aku mau. Tapi aku mau menikah tahun depan saja, setelah kontrak kerjaku menjadi model berakhir,” ucap Sandra
"Baiklah sayang, tidak masalah, asal kamu benar-benar mau menikah denganku,” ucap Kala.
Sandra adalah seorang model. Meskipun tidak terlalu terkenal tapi dia sangat mencintai pekerjaannya. Dia memang mencintai dunia modeling dari dia SMP. Dan cita-citanya ingin menjadi model, itu saja, karena dia tidak ingin bermimpi tinggi untuk menjadi terkenal. Menurut Sandra, untuk apa menjadi model terkenal, harta kekasihnya saja banyak tidak akan habis untuk menyenangkan dirinya.
Dan pada suatu ketika perusahaan Kala bangkrut karena orang yang Surya dan Kala percaya bermain curang. Semua aset berharga Surya habis di jual termasuk rumah mewah milik Kala pun di jual. Di saat seperti itu Sandra lebih memilih pergi meninggalkan Kala untuk menikah dengan laki-laki kaya raya.
"Kala, please jangan paksa aku untuk selalu di sampingmu, rumah impianku saja kamu jual, bagaimana hidup kita nanti? Aku akan menuruti orang tuaku, Kala. Tolong lepaskan tanganku." Sandra pergi meninggalkan Kala. Kala sangat frustrasi dengan keadaannya hingga dia menjadi pendiam dan dingin kepada wanita.
Hingga suatu hari Seno, papanya Anin membantu menyelesaikan masalah perusahaan Kala dan Surya hingga berkembang lagi sampai detik ini. Dan, Kala berhasil membeli rumah impian Sandra lagi dengan tujuan mencari Sandra dan akan menikahinya. Tak peduli dia sudah disakiti Sandra, tapi dia masih mencintainya.
^^^
Sudah dua hari Anin di rumah sakit, dia belum memberitahukan orang tuanya kalau sudah melahirkan. Kala dengan setia menemani Anin. Mereka tidak seakrab kemarin, bahkan jarang sekali berbicara. Mereka berbicara jika ada perlu saja. Anin berubah menjadi wanita yang dingin semenjak itu. Dia hanya merasa berterima kasih saja pada Kala karena sudah menolongnya.