Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Awal kutukan III
"VIO!!"
Teriak Vino dari kejauhan,
Dia melihat sendiri adiknya yang terpental jauh karena sengaja menabrakkan tubuhnya sendiri pada mobil yang melaju dengan cepat.
Beca dan Endah langsung berlari mendekati Viola yang sudah terkapar di pinggir jalan.
Tangisan mereka berdua pecah melihat Viola tak sadarkan diri dengan darah di sekujur tubuhnya.
"Vio bangun!!" Endah berada di sisi kiri Viola sedangkan Beca di sisi kanannya bersebelahan dengan Vino.
"Vio bangun, ini Abang. Abang mohon bertahanlah!!"
Dari tengah jalan itu Vino bisa mendengar suara histeris dari kejauhan yang ternyata adalah Papi dan Maminya.
"Vio, Vio anak Mami, kenapa jadi begini Nak?? Vino, adikmu Vin" Via sidah histeris melihat putrinya tak sadarkan diri seperti itu.
"Vin, Vio kenapa Vin??" Erland si pengantin pria juga ada ditengah jalan itu menghampiri Vio.
Vino masih diam dengan tangisannya, adik kesayangannya terkapar tak sadarkan diri membuatnya begitu terpukul.
*
*
*
*
*
*
Semua masih panik walau Vio suah masuk ke dalam ruang operasi. Termasuk Vino yang terus melamun dengan bajunya yang penuh dengan darah Vio.
"Endah, sebenarnya apa yang terjadi pada anak Om?? Kenapa Vio bisa sampai tertabrak begini??" Tanya Dito pada Endah, sahabat putrinya yang sekaligus anak dari orang kepercayaannya.
"Maaf Om, tapi Endah tidak lihat dengan jelas. Karena saat Endah keluar, Vio sudah berada di tengah jalan bersama Bang Vino" Jelas Endah masih belum menghentikan air matanya.
Dito melihat ke arah putra sulungnya yang terus terdiam. Dito tak sampai hati ingin menanyakan langsung pada putranya itu.
Sementara Via terus menangis di pelukan Beca. Walau hanya beberapa kali bertemu dengan Via, Beca sudah begitu dekat dengan Via.
Tak lupa sepasang pengantin yang juga ikut berada di sana. Meninggalkan pestanya demi mengikuti Vio ke rumah sakit. Tentu saja mereka melakukan itu karena merasa kecelakaan Vio ada hubungannya dengan mereka.
"Sabar Jeng, Nak Vio pasti bisa bertahan" Ucap Ibu Erland mengusap lembut punggung Via.
Suasana kembali hening walau operasi sudah berlangsung sekitar dua jam, tapi tidak juga ada yang keluar dari ruangan yang mencekam itu.
"Vio tidak tertabrak Pi" Suara Vino yang tiba-tiba akhirnya memecah keheningan itu.
"Maksud kamu Vin??" Heran Dito.
"Vio sengaja menabrakkan dirinya pada mobil itu Pi. Vino lihat dengan mata kepala Vino sendiri" Vini kembali terisak mengingat bagaimana mobil itu membuat adiknya terpental dengan keras.
"Apa Vin?? Jadi maksud kamu, Adikmu ingin bunuh diri begitu??" Via sudah memegang jantungnya yang mulai nyeri.
"Akkhhh" Via merintih kesakitan.
"Tante" Beca panik melihat Via terus memegang dadanya.
"Jeng, apa yang kamu rasakan?? Kita cari Dokter sekarang ya??" Ibu Erland begitu khawatir dengan keadaa Via.
Via menggeleng dan terus menangis. Putrinya yang selama 10 tahun tinggal jauh darinya, kini saat pulang justru mengalami keadaan seperti ini.
Tanpa mereka sadari, Erland juga teramat syok mendengar penuturan Vino. Erland juga menyalahkan dirinya, karena jika mencari orang yang paling patut di salahkan adalah dirinya.
"Bagaimana ini Sarah?? Aku tidak menyangka jika dia akan seperti ini. Ini semua salahku" Ucap Erland pada istrinya.
"Tidak Mas, kamu jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini sudah takdirnya, bukankah ini menunjukkan jika kamu memang bukan jodohnya?? Semua sudah di atur oleh Allah. Jadi jangan seperti ini ya" Sarah mencoba menenangkan suaminya. Meski dia juga kecewa hari penikahannya harus kacau balau seperti itu.
Erland duduk di samping Vino, meninggalkan Sarah yang duduk di seberangnya.
"Vin, gue sungguh minta maaf. Gue nggak tau kalau kejadiannya bakalan kaya gini" Sebenarnya Erland takut menghadapi kemarahan sabatnya itu, tapi mau bagaimana lagi, karena memang dia yang salah.
Vino masih diam, sama sekali belum memberikan tanggapan.
"Gue nggak nyangka kalau Vio bakalan nagih janji yang pernah gue ucapkan 10 tahun yang lalu. Sekali lagi gue minta maaf" Sesal Erland dari lubuk hatinya yang paling dalam.
"Sekarang gue tanya sama lo. Apa kata maaf lo itu bisa menjamin adik gue keluar dari sana dengan keadaan segar bugar lagi?? Enggak kan??"
Kini Erland yang gantian terdiam karena pertanyaan dari Vino.
Sebenarnya kemarahan Vino sudah berada di ujung kukunya. Tapi mengingat ini rumah sakit, dan adiknya yang sedang berjuang di dalam sana, Vino berusaha keras menahan tangannya yang ingin melayang menyapa rahang Erland.
"Jadi selama ini adik gue 10 tahun nggak kau pulang itu cuma gara-gara lo?? Gue sempat seneng banget karena adik gue mulai berubah, dia dewasa, dia bisa hidup mandiri tanpa bantuan dari kita. Tapi sekarang gue nyesel karena semua itu hanya demi laki-laki kaya lo. Lo emang sahabat gue, tapi Vio adik gue. Jujur gue kecewa sama lo Er"
"Gue tau kalau marah sama gue Vin, gue paham perasaan lo kali ini" Erland siap menerima kemarahan Vino kapan saja. Dia tidak akan menghindar karena dia sadar jika sumber masalahnya adalah dirinya.
"Tapi selama ini, kenapa lo nggak pernah cerita sama gue sih Er??
Ceklek...
Perhatian Vino teralihkan pada suara pintu yang terbuka. Vini yang palin cepat menghampiri Dokter.
Sebegitu sayangnya Vino pada adiknya hingga Vini pernah berucap, jika kelak dia punya kekasih, maka dia akan mencari wanita yang mampu menyayangi Vio seperti dirinya menyayangi Vio. Terkesan berlebihan memang tapi itulah dirinya, jika ada pasti Vino sudah menikah sekarang.
"Dokter bagaimana hasilnya??" Semua laki-laki di sana mendekati Dokter itu.
Dengan wajah muram dari Dokter itu Vino sudah bisa menebak pasti ada yang tidak beres dengan Vio.
"Operasinya berhasil Pak. Tapi maaf putri anda dalam keadaan kritis, dan kami belum tau kapan pasien akan sadarkan diri"
Kabar itu tentu saja membuat ke semua orang yang menunggu Vio tampak begitu terpukul. Papi Maminya yang langsung lemas, sementara Erland semakin menyalahkan dirinya sendiri.
"Bagaiman bisa seperti itu Dokter??" Vino yang seakan tak terima adiknya menjadi seperti itu.
"Maaf, itu di luar kendali kami kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Saat ini kita hanya menunggu keajaiban dari Tuhan, semoga Tuhan masih memberikan kesempatan pasien untuk kembali membuka matanya"
Rasanya Vino sudah sangat ingin mengeluarkan amarahnya mendengar pernyataan Dokter barusan. Tapi apa gaunnya, adiknya sudah terbaring lemah di dalam sana. Adik yang selama ini pergi dari rumah dengan alasan mencari jalan hidupnya sendiri, tapi saat dia kembali harus memghadapi keadaan seperti ini.
Vino menatap Erland tajam. Begitu bengis dan kejam, dari tatapan itu pun Erland sudah tau kalau Vino menyalahkan Erland atas hal ini.
"Jika hal yang tidak kita inginkan terjadi pada Vio, maka kau adalah orang yang paling bertanggung jawab atas hal ini!!" Tunjuk Vino pada Erland.
To be continued..
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....