Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Batas Utara selatan
Wajah Dewi kaku karena harus menahan diri agar tidak memandang Arman yang berdiri di belakang Dita memeluk adiknya begitu posesif. Satu atap dengan pengkhianat cinta, aneh rasanya dalam sekejap harus jadi orang asing. Aku sudah terlempar dari Perusahaan apakah harus pindah rumah juga, pikir Dewi dengan perasaan sedih.
Sementara tatapan Arman tak lepas dari Dewi, kerinduannya semakin membuncah. Malam ini Dewi semakin cantik dari biasanya, pipinya merah jambu menggemaskan. Leher jenjangnya yang terbuka adalah favorit Arman saat bercumbu. Kehalusan kulit serta keharuman tubuh Dewi belum mungkin bisa dia lupakan dalam waktu dekat.
Arman antara sedih dan senang dengan keadaan Dita yang lemah, sehingga dia tidak perlu melakukan ritual malam pertama. Enggan rasanya memberi yang seharusnya hak Dewi pada perempuan lain, dalam hati dia berharap masih ada jalan pulang ke pelukan kekasih hatinya. Dewi Amalina Thamrin dengan mas kawin logam mulai seberat 100gram dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai, dia telah menghapal ucapan ijab kabul sebagai calon suami Dewi tapi ternyata,.. tidak terucap pada akhirnya.
Dita masih berdiri ditopang oleh Arman, karena tidak cukup tempat baginya untuk duduk. Meskipun ada ruang kosong tidak mungkin dia mau empit-empitan dengan orang yang tidak akrab. "Kakak mengangkat asisten rumah tangga baru?" Dia bertanya pada Dewi menatap kilas Eva dingin.
Eva tidak membalas tatapan Dita yang kelihatan kosong sangat menyeramkan. Lebih baik memandang wajah Dewi yang cerah dan bercahaya. Lana bahkan beringsut ke pelukan Eva saking seramnya melihat Dita, wajahnya pucat seperti mayat hidup. Mana pakai gaun putih, lagi. Apakah dia mengidap suatu penyakit mematikan, pikir Eva tapi dia tidak merasa kasihan. Dia tau seberapa dahsyat kekuatan Dita saat dia sedang sehat walafiat.
Eva adalah siswi miskin terpintar di sekolah dasarnya. Dia mendapat nilai tertinggi se ibu kota pada ujian akhir kelulusan sampai mendapat perhatian dari Sekolah Swasta favorit yang kebetulan dekat dengan kediamannya. Meski begitu Eva lebih suka masuk sekolah negeri meskipun agak jauh karena ada bus langsung.
Seorang teman ibunya bersedia jadi sponsor agar dia bisa bersekolah di sekolah swasta favorit sehingga tidak perlu buang waktu dan kelelahan di jalan karena jarak tempuh yang jauh. Ternyata semua biaya hidupnya itu adalah utang. Saat lulus sekolah menengah atas, pria itu menagih dengan cara menikahinya. Siapa yang sudi dibodohi,..
Di sekolah Swasta favorit menengah pertama, Eva dan Dita sebenarnya tidak satu kelas. Hubungan buruk mereka terjalin, setelah Eva memergoki Dita bertengkar dengan seorang siswi hingga siswi itu perlu dirawat di rumah sakit. Ketika siswi tersebut tidak bisa diselamatkan nyawanya, Eva menjadi target Dita selanjutnya. Mengganggu Eva dengan berbagai macam bulian yang pernah dilakukannya pada siswi yang telah meninggal.
Selama 2 bulan berikutnya, di Sekolah swasta bagaikan neraka bagi Eva. Dia masih hidup sampai sekarang bisa dikatakan atas belas kasihan Dita yang masih ingin bermain-main dengan hidup dan matinya. Hampir-hampir Eva menyerah dan berhenti sekolah, syukurnya Dita tiba-tiba tidak kelihatan di sekolah sampai Eva lulus Menengah pertama. Penganiayaan Dita bagi Eva adalah sebuah pengalaman berharga, maka waktu Sekolah menengah atas ada ekstrakurikuler bela diri dia langsung mendaftarkan diri.
"Lebih tepatnya asisten pribadiku. Dia hanya menerima perintah dariku!" Dewi menjawab tegas.
Satu-satunya asisten yang ditegur Dita dan diperlakukan dengan baik olehnya hanyalah Yuni, mbak asuhnya dari bayi. Dewi lebih netral tidak memihak, semua dipercayakan pada Sudarti. Jadi meskipun Sudarti kepala rumah tangga, asisten lain lebih takut pada Yuni karena ada Dita di belakangnya.
Mendengar jawaban Dewi, ekspresi Dita semakin dingin sedingin tatapan Suketi sundel bolong yang ingin membalas dendam pada pemerkosanya. Dia mengalihkan perasaan amarah dengan memandang Alan yang duduk di samping Dewi dengan bersilang kaki penuh percaya diri. Ketampanannya mampu mendinginkan panas hati Dita yang mendidih. "Om Alan! Selamat masuk ke keluarga Thamrin official," ucapnya dengan memaksakan senyuman.
Kalau tidak dipotong si Dita, bagaimana dia bisa menikahi Dewi. Ini adalah berkah yang harus disyukuri, pikir Alan. "Terimakasih atas ucapan selamatnya, Dita. Dita juga selamat telah menjadi seorang istri," ucapnya tulus berterima kasih.
Kasihan melihat Dita yang pucat bagai orang yang tak punya keinginan hidup, Alan penuh tanda tanya. Selama ini perhatiannya lebih banyak ke Dewi meskipun Dita juga manja padanya. Tapi tidak terlalu diambil hati karena menurut Alan manja adalah sifat asli Dita ke semua orang, apanya yang heran? "Bagaimana kesehatan kamu? Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk mengembalikan semangatmu," lanjut Alan bertanya basa basi.
Semangat? Baiklah, pikir Dita. "Seperti yang Om lihat," jawabnya dibuat tambah lemah. "Oh ya, apa aku tidak dapat hadiah pernikahan?" lanjut Dita kesempatan mengetes Alan, apakah dia mau memberi atau tidak. Kalau mau apakah akan memberi yang mahal ataukah yang biasa saja.
Hadiah? Aku tidak tau akan begini hasilnya, pikir Alan jadi gak enak hati. Dia hanya menyiapkan hadiah buat Dewi yang akhirnya menjadi mas kawin. Tidak kepikiran Dita akan cemburu. Alan berpikir tidak mungkin memberi Dita hadiah asal-asalan, bagaimanapun atas jasanya aku mendapatkan Dewi, hm. Alan tersenyum tulus, membuat jantung setiap wanita yang memandangnya berdebar.
"Nanti saat liburan aku dan Dewi akan mencari oleh-oleh sekalian hadiah pernikahan. Semoga Dita tidak keberatan menunggu," katanya dengan mulut manis seperti dioles madu.
Oleh-oleh paling berapa, Dita mencebikkan bibirnya. "Tidak keberatan sama sekali," jawabnya malas-malasan.
"Karena spesial makanya tidak boleh asal pilih hadiah, kan!" sambung Alan melihat cemberut serta cemburu yang jelas di wajah Dita.
Ekspresi Dita sedikit cerah, "Kalau begitu ditunggu kejutannya, Om. Baiklah, Dita dan Kak Arman pamit mau istirahat ke kamar." Dia sudah merasa cukup basa-basinya, menarik lengan Arman yang hanya diam bagai patung.
Sementara Arman tambah malas basa-basi pada Alan dan semakin benci melihat kesombongan di wajahnya yang seolah berkata, "Lihat aku berhasil mencuri Dewi darimu."
Membayangkan itu wajah Arman membalas sinis memandang Alan dengan provokatif seolah mengatakan, "Apa hebatnya anak yang tidak terdaftar di kartu keluarga!"
.
.
Setelah meminta Eva dan Lana kembali ke kamar mereka, Dewi dan Alan juga masuk ke kamar Dewi. Keduanya kembali merasa canggung.
Alan yang merasa dirinya terakhir dari luar sehingga perlu membersihkan diri sebelum berbaring di peraduan berkata. "Aku ke kamar mandi duluan."
"......" Hm, angguk Dewi berusaha bersikap santai.
Biasanya Alan masuk kamar Dewi dengan posisi pintu yang terbuka lebar tapi sekarang pintu terkunci rapat. Pria itu bertanya-tanya apakah Dewi akan berubah pikiran untuk memberi jatahnya sebagai suami setelah membuat perjanjian, let's cekidot...
Dewi telah membawa perlengkapan Alan dari hotel kemarin sehingga dia ada baju ganti. Maka setelah selesai urusannya, Alan segera keluar. Mulutnya terngaga otomatis melihat kasur dengan pembatas yang jelas antara Utara dan Selatan. Di dalam hatinya, Alan tersenyum getir.
Dewi telah membongkar perlengkapan tidur baru dari lemari untuk digunakan Alan, "Aku beri kamu bantal guling gemuk dan montok untuk dipeluk jadi jangan sungkan. Perlakukan dia seperti milikmu sendiri," katanya.
"......." Alan melihat kasur Dewi yang tidak terlalu luas menarik ujung bibirnya senyum terpaksa. Apa gunanya kaki panjangku ini jika tidak bisa menendang semua sampah ini, Alan segera berbaring pura-pura tidak masalah dengan pengaturan Dewi.