Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 31
Tuan Rego datar menatap sosok wanita yang sedang menangis di pelukan istrinya. Di baru saja tiba di rumah setelah menemui Derren yang menculik calon menantunya.
"Hikss, Derren masih mengabaikan aku, Bibi. Apa yang harus ku lakukan?" tanya Zara sambil tersedu-sedu di pelukan ibunya Derren. Siang ini dia kembali datang guna mencari informasi tentang kemungkinan Derren berselingkuh di belakangnya.
"Sudah jangan menangis terus. Masalah Derren biar Paman dan Bibi yang mengurus. Kau cukup pastikan kesehatanmu baik-baik saja. Oke?" sahut Nyonya Zenaya iba. Semalam Derren berjanji akan menjelaskan perihal masalahnya dengan Zara pagi ini. Tetapi sebelum matahari terbit, anak itu malah sudah menghilang. Nyonya Zenaya tentu sangat kesal, tapi tak bisa berbuat banyak karena cukup paham dengan perangai anak tersebut.
"Tapi aku benar-benar takut dia punya wanita lain. Aku ... aku tidak tahu bagaimana cara melanjutkan hidup jika hal itu benar terjadi. Aku tidak siap."
(Cihh, menggelikan sekali. Siapa yang selingkuh siapa juga yang panik. Dasar wanita tak tahu diri. Kalau kepercayaan yang mulia ratu tidak ada padamu, ku pastikan kau tidak akan pernah bisa lagi menginjakkan kaki di rumah ini. Huh)
Diam-diam Tuan Rego membatin saat mendengar keluhan Zara yang terkesan mendesak istrinya mengorek informasi Derren. Wanita berkepala ular ini belum tahu saja kalau Derren dan dirinya telah mengetahui kebusukan dibalik sikap manisnya itu. Menjalin hubungan gelap dengan teman dekat dari kekasihnya sendiri, perbuatan apa yang jauh lebih hina daripada ini? Tentu saja Tuan Rego tidak akan diam membiarkan. Bahkan tak ragu untuk langsung meminta Derren menikahi dokter Ailen terlepas dari perbuatannya yang nekat melakukan penculikan.
"Sayang, kau jangan diam saja. Cepat pikirkan cara untuk membantu menyelesaikan permasalahan Derren dengan Zara. Aku tidak mau ya gagal punya mantu!" ucap Nyonya Zenaya kesal sendiri melihat sikap suaminya yang terkesan acuh.
"Mereka sudah sama-sama dewasa. Apa yang bisa ku lakukan?" sahut Tuan Rego santai. Malas sekali jika harus membuang tenaga demi membantu wanita ular tersebut.
"Walau pun sudah dewasa kita harus tetap menolong mereka. Bagaimana sih!"
"Maaf, sayangku. Tetapi untuk kali ini aku lebih memilih dimusuhi olehmu daripada harus ikut campur masalah mereka. Itu terlalu menggelikan. Waktu empat tahun harusnya cukup untuk mereka saling introspeksi diri. Tidak mau. Tidur jauh lebih baik daripada menolong orang yang tidak tahu diri."
Dalam dekapan ibunya Derren, satu alis Zara terangkat ke atas. Orang tidak tahu diri? Mengapa kalimat sindiran tersebut seperti tertuju padanya? Zara jadi penasaran apa yang sebenarnya telah diketahui oleh ayahnya Derren sehingga bisa berkata demikian.
(Apa mungkin Derren dan ayahnya sudah mengetahui hubunganku dengan Keenan? Ah, tapi itu tidak mungkin. Kami selalu hati-hati tiap bertemu. Mustahil ada yang bisa mengendus perselingkuhan kami. Pasti ada sebab lain yang membuat Paman Rego bicara seperti itu. Ya, aku yakin itu)
"Malam ini tidur di luar!"
"Oke. Siapa takut,"
"Kau!"
Segera Tuan Rego melenggang pergi sebelum mendapat sumpah serapah dari istrinya. Tak apalah tidur di luar rumah selama tidak mempunyai menantu seperti Zara. Begini lebih baik.
"Ya Tuhan, sebenarnya ada apa dengan ayah dan anak itu. Yang satu pagi-pagi buta sudah menghilang, lalu yang tua tiba-tiba berubah dan berani melawan. Aneh sekali," keluh Nyonya Zenaya seraya memijit kening. Kepalanya dibuat pusing oleh ulah suami dan putranya.
"Bibi, Bibi kenapa?" Zara pura-pura panik.
"Pusing, sayang. Derren dan ayahnya membuat Bibi jadi pusing. Entah apa yang salah dengan mereka. Tidak biasanya menghindar seperti ini."
"Mungkin mereka sedang banyak pikiran, makanya memilih menghindar saja. Tolong Bibi jangan terlalu jauh berpikir ya. Aku tidak mau kalian sampai ribut."
Ucapan Zara kembali meraih rasa simpatik dari ibunya Derren. Terbukti begitu dia selesai bicara, wanita tua ini langsung berjanji akan sesegera mungkin bicara dengan Derren mengenai kelanjutan hubungan mereka. Ini adalah kabar baik. Semakin banyak kepercayaan yang didapat dari wanita tua ini, semakin besar pula peluang untuk Zara bisa menjadikan Keenan lebih unggul dari Derren. Cihh, kekasihnya yang idiot itu sungguh merepotkan. Padahal tinggal sedikit lagi rencananya dan Keenan akan mencapai puncak.
(Lihat saja, Derren. Cepat atau lambat kau akan segera menerima pembalasan atas sikapmu terhadapku. Jangan kau kira aku benar-benar takut kau akan berselingkuh, tidak sama sekali, sayang. Aku hanya takut kehilangan kesempatan untuk membuat Keenan menjadi yang terbaik di segala posisi. Dia adalah priaku yang perkasa. Tidak sepertimu yang menyentuhku saja tidak berani. Cihh)
"Bibi sebenarnya sudah memerintahkan seseorang untuk menyelidiki apakah Derren berselingkuh darimu atau tidak. Tetapi karena ada Julian, rencana ini terpaksa Bibi urungkan. Sulit untuk bisa menembus keadaan yang diatur oleh Julian." Nyonya Zenaya mengurai pelukan. Raut wajahnya terlihat serius sekali. "Zara, apa kau punya saran untuk menghadapi Julian?"
"Julian ya?"
Zara merenung sejenak. Ternyata kendala yang dia hadapi serupa dengan yang dirasakan oleh ibunya Derren. Keberadaan Julian mempersulit semuanya. Kini dia harus berpikir keras agar bisa menembus keamanan yang telah diatur oleh asisten sialan itu.
"Bagaimana kalau kita berbagi tugas saja, Bibi. Aku mencari informasi tentang Derren, lalu Bibi mengecoh perhatian Julian. Dengan begitu kita bisa tahu apakah Derren mempunyai kekasih selain aku atau tidak. Bagaimana? Apa Bibi setuju dengan ideku?" ucap Zara penuh semangat saat membagi tugas. Dia yakin ide tersebut akan berhadapan.
"Mengecoh Julian? Tapi bagaimana caranya?"
"Itu dia yang harus kita pikirkan bersama. Yang paling penting Bibi setuju atau tidak dengan ideku. Kalau setuju, nanti aku bantu carikan cara untuk membuat Julian lengah."
"Terserah kau saja, Zara. Bibi ikut apa katamu saja,"
"Terima kasih banyak sudah bersedia membantu, Bi. Kau sangat baik."
"Itu sudah semestinya, sayang. Jangan sungkan."
Mungkin Zara mengira kalau rencananya bisa berjalan lancar. Namun, dia tidak tahu kalau sejak tadi ada sepasang telinga yang menguping pembicaraannya dengan ibunya Derren. Dan pemilik dari sepasang telinga itu adalah ...
"Kau pikir bisa semudah itu mengetahui siapa wanita yang saat ini sedang digilai oleh putraku?" gumam Tuan Rego seraya menyeringai lebar. "Tidak akan bisa, Zara. Karena bukan hanya Julian saja yang harus kau hadapi, tapi aku juga. Aku ayahnya Derren, bersumpah tidak akan membiarkanmu merusak kebahagiaan putraku. Meski dokter Ailen belum mencintainya, aku yakin perasaan itu akan tumbuh seiring kebersamaan mereka."
Karena dua wanita itu tak lagi membahas soal Derren, Tuan Rego bergegas pergi ke ruangan yang aman kemudian menghubungi Julian.
["Halo, Tuan. Ada apa? Apakah yang mulia ratu mengamuk?"]
"Jangan bahas masalah itu dulu. Zara baru saja menghasut yang mulia ratu agar mau bekerjasama dengannya. Hati-hati, Julian. Kau akan dijadikan target dalam rencana mereka. Pastikan jangan lengah dan rahasiakan kedekatan Derren dengan dokter Ailen. Wanita ular itu mulai bergerak!"
***