sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 28
Keesokan harinya, Keira tiba di kantornya dengan langkah pelan. Hatinya masih terasa berat dengan segala masalah yang terjadi dengan Reno. Meski begitu, ia berusaha terlihat profesional dan menyembunyikan semua kegelisahannya di balik senyum yang dipaksakan.
Saat baru saja memasuki ruangannya, Rani, sekretarisnya, segera menghampiri. "Bu Keira, udah sembuh, ya?" Rani bertanya dengan perhatian.
Keira mengangguk sambil tersenyum kecil. "Udah, Rani. Terima kasih."
"Syukur deh. Kayaknya ibu kemarin kecapekan banget. Kalau ada apa-apa, panggil saya aja, Bu. Saya siap bantu," kata Rani dengan tulus.
Keira hanya tersenyum lagi, kali ini dengan sedikit rasa terima kasih yang tulus. "Terima kasih, Rani. Kamu baik sekali."
Rani tersenyum sebelum berpamitan dan kembali ke mejanya di luar ruangan. Begitu Rani keluar, Keira menghembuskan napas panjang. Ia berharap hari ini bisa melepas pikirannya dari masalah-masalah pribadi yang begitu menghantuinya. Ia duduk di kursi kerjanya, menatap layar laptop di depannya, berusaha fokus untuk mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk.
"Ditinggal sebentar aja, kerjaan udah banyak banget," gumam Keira sambil mulai mengetik.
Pikirannya sempat teralihkan dengan pekerjaan, namun sesekali ingatan tentang Reno kembali muncul dan mengganggu konsentrasinya. Keira menggeleng pelan, berusaha mengusir pikiran itu. Ia tidak ingin terus terjebak dalam drama yang sedang menjerat hidupnya. Hari ini, ia hanya ingin fokus bekerja.
Namun, saat ia sedang mengetik laporan di laptop, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Keira langsung menoleh dan terkejut melihat siapa yang masuk.
"Pak Axel?" tanya Keira, agak bingung dengan kedatangannya. "Ada apa, Pak?"
Axel, atasannya yang biasanya terlihat tenang, hari ini terlihat berbeda. Wajahnya serius, bahkan sedikit tegang. Ia berjalan mendekat ke meja Keira, tatapannya lurus pada Keira yang masih duduk di kursinya.
"Saya harus bicara sama kamu, Keira," kata Axel, nada suaranya terdengar mendesak.
Keira mencoba untuk tetap tenang. "Ya, silakan, Pak," katanya sambil melanjutkan mengetik di laptop, berharap pembicaraan ini tidak memakan waktu lama.
Axel menghela napas pendek. "Ini tentang Reno," katanya langsung ke pokok masalah.
Keira terdiam seketika. Jari-jarinya berhenti mengetik, dan ia perlahan mengangkat wajahnya, menatap Axel dengan tatapan waspada. "Reno?"
Axel mengangguk. "Iya, Keira. Kamu harus tahu bahwa dia sudah mengkhianati kamu."
Keira terpaku mendengar kata-kata itu. Ia mencoba menahan diri untuk tidak bereaksi terlalu berlebihan. "Pak, gak mungkin Reno mengkhianati saya. Kami sudah lama pacaran," katanya dengan suara yang mencoba terdengar tegas, meskipun hatinya mulai merasa ragu.
Axel menggeleng pelan, wajahnya penuh kekhawatiran. "Keira, kamu harus percaya. Saya gak akan bicara ini kalau tidak penting. Reno itu gak baik buat kamu. Dia bukan orang yang kamu kira."
Keira menarik napas panjang, merasa kesal dengan perkataan Axel. "Pak Axel, hubungan kami ini urusan pribadi saya. Saya rasa, lebih baik Bapak tidak ikut campur dalam masalah ini," ucap Keira sambil berdiri, menatap Axel dengan mata tajam.
Axel tampak tak menyerah. "Saya cuma peduli sama kamu, Keira! Kamu gak pantas diperlakukan seperti ini!"
Keira tertawa sinis, seakan-akan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Peduli? Untuk apa? Hubungan kita ini hanya sebatas rekan kerja, Pak Axel. Dan saya ingin tetap seperti itu," katanya dengan tegas.
Axel terlihat kecewa, tapi ia masih mencoba berbicara. "Keira, kamu harus dengarin saya. Kamu bisa mendapatkan yang jauh lebih baik daripada Reno. Kamu..."
Keira memotong ucapannya. "Pak Axel, saya menghargai perhatian Bapak, tapi saya harus kembali bekerja sekarang. Dan saya harap Bapak juga melakukan hal yang sama," ucapnya sambil duduk kembali di kursinya, memberi isyarat bahwa ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini.
Axel hanya bisa menghela napas, tampak kecewa dan terluka. Setelah beberapa detik terdiam, ia berkata pelan, "Baiklah, Keira. Tapi saya harap kamu akan berpikir ulang tentang ini."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Axel berbalik dan meninggalkan ruangan. Keira memperhatikan Axel keluar, lalu ia menghela napas panjang. Hatinya terasa berat dan bimbang. Kata-kata Axel tadi terus terngiang di kepalanya. Apa benar Reno sudah mengkhianatinya?