Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Restu
Suasana di ruang tamu mansion keluarga Omar mendadak tegang. Manna dan Malika duduk di sofa, wajah mereka dipenuhi kekecewaan. Mereka baru saja mendengar pengakuan yang mengejutkan dari Manaf bahwa pernikahannya dengan Farisa selama ini hanyalah pernikahan kontrak. Kekecewaan mereka tak bisa disembunyikan.
"Manaf... bagaimana bisa kamu tidak memberi tahu kami soal ini? Kami orang tuamu. Kamu membohongi kami selama ini!" ucap Malika dengan nada getir.
"Aku tak percaya. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, bukan sekadar kontrak. Bagaimana bisa kamu menganggapnya enteng?" tanya Manna menggelengkan kepala.
"Aku... aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya mengikuti apa yang saat itu menurutku benar. Tapi sekarang, aku sadar aku telah salah. Maafkan aku, Papa, Mama." jelas Manaf menunduk dalam penyesalan.
Malika terlihat berusaha menahan air mata, sementara Manna tetap duduk dengan ekspresi keras, kecewa dengan keputusan anaknya selama ini. Manaf, merasa terhimpit oleh rasa bersalah, mendekat kepada kedua orang tuanya dan berlutut di hadapan mereka.
"Aku mohon ampun, Papa, Mama. Aku tidak bermaksud menyakiti kalian. Aku tahu sekarang, aku telah membuat kalian kecewa. Aku sungguh menyesal." ucap Manaf dengan suara serak.
Kata-kata Manaf terputus oleh suara tangis halusnya. Malika tidak tahan lagi, air mata yang dia tahan akhirnya jatuh. Dia menatap anaknya dengan campuran marah dan iba.
"Kamu anakku, Manaf. Bagaimana mungkin kamu bisa berpikir kami akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian? Kenapa kamu tidak pernah datang kepada kami untuk meminta bantuan?" tanya Malika sambil terisak.
Sebelum Manaf bisa menjawab, Viktor datang, seperti yang sudah dijadwalkan oleh Manaf. Melihat ketegangan yang menyelimuti ruangan, Viktor segera mengerti situasinya. Dia memutuskan untuk angkat bicara, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Assalamualaikum," sapa Viktor.
"Uncle Manna, Aunty Malika, ada sesuatu yang perlu kalian ketahui. Kondisi Manaf ini... lebih dari sekadar masalah pernikahan. Dia punya fobia yang sangat jarang terjadi. Trauma masa lalu yang melibatkan sentuhan fisik dengan wanita telah menyebabkan gangguan yang cukup serius." jelas Viktor.
Manna dan Malika tampak terkejut mendengar pernyataan Viktor.
"Yang selama ini Manaf sembunyikan dari dunia, hanya aku dan Olaf yang tahu kondisinya itu." lanjut Viktor.
Keduanya beralih pandang dari Viktor ke Manaf, dengan tatapan yang berbanding terbalik sebelumnya, penuh simpati.
"Fobia? Bagaimana bisa? Apa yang terjadi pada Manaf?" tanya Manna kebingungan.
Malika, yang tadinya masih terisak, menatap Viktor dengan cemas.
"Apakah... apakah ini ada hubungannya dengan masa lalunya? Jangan katakan itu Queen? Bukankah dulu kalian sangat dekat?" tanya Malika.
Manaf yang masih duduk berlutut di hadapan orang tuanya hanya menganggukkan kepala, mengkonfirmasi bahwa Queen adalah bagian dari cerita ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Nak? Aku ingat kalian hampir menikah... tapi tiba-tiba semuanya berakhir begitu saja. Apa yang Queen lakukan padamu? Jujurlah sekarang pada kami, Manaf. Jika memang kamu masih menganggap kami orang tuamu," tanya Malika menatap Manaf dengan penuh pertanyaan.
Deg!
Manaf terdiam sejenak, berusaha mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan apa yang selama ini dia pendam. Dengan suara pelan, dia mulai bercerita.
Inilah saatnya mereka tahu, sudah lebih dari sepuluh tahun aku simpan ini. Jika memang ini yang terbaik untuk mendapatkan restu, menikahi Mahreeen. Walau tidak aku pungkiri aku tidak bisa sepenuhnya melupakan penghianatannya itu. Mungkin aku akan mengingat selama hidupku. Batin Manaf.
"Aku... aku melihat Queen di tempat tidur... melakukan sesuatu yang seharusnya hanya dilakukan oleh suami istri, didalam hotel. Aku kira Queen berselingkuh dengan lelaki, ternyata wanita. Aku masih ingat jelas bagaimana mereka bermain dan melakukannya. Aku tidak bisa menerimanya. Aku syok dan pingsan saat itu. Sejak kejadian itu... aku tidak bisa lagi menyentuh wanita lain tanpa merasa ruam merah, sakit atau mual." jelas Manaf dengan nada tertekan.
Kata-kata Manaf terhenti, ruangan terasa hening. Kedua orang tuanya tampak syok dan tidak tahu harus berkata apa. Malika menutup mulutnya, berusaha menahan tangis, sementara Manna hanya bisa menatap anaknya dengan pandangan penuh penyesalan.
Manaf, kamu sembunyikan ini dari kami? Ini sangat berat Manaf, sungguh aku sebagai Mamanya yang tidak peka. Kami berjuang sendiri, menahan malu dan pedihnya derita hidupmu. Maafkan Mama, telah memaksamu menikah. Ternyata kamu menikahi Farisa demi kami. Batin Malika.
"Manaf, Nak... maafkan kami. Kami tidak tahu kamu mengalami hal seperti ini. Seharusnya kami ada untukmu, seharusnya kami mendampingimu. Maafkan Mama," ucap Malika sambil terisak.
Malika kemudian beranjak dari tempat duduknya, berlutut di hadapan Manaf, dan memeluk anaknya dengan erat, tangisnya pecah di pundak Manaf. Manaf membalas pelukan Mamanya, merasakan kehangatan yang selama ini dia rindukan.
"Maafkan Mama, Nak. Mama salah paham... Mama meninggalkanmu sendirian menghadapi semua ini. Mama seharusnya ada di sampingmu." ucap Malika sambil terisak dengan suaranya yang sudah serak.
Manna, yang sedari tadi terdiam, akhirnya berbicara, suaranya terdengar berat.
Nak, kamu sungguh lelaki. Kamu simpan dan selesaikan masalahmu sendiri. Harusnya kamu bilang pada Papa, papa akan selalu ada dan membantumu. Maafkan Papa karena keegoisan. Batin Manna.
"Kami tidak tahu, Manaf. Kami benar-benar tidak tahu... Kalau kami tahu, kami tidak akan membiarkanmu sendirian." ucap Manna yang ikut memeluk istri dan anaknya.
Viktor memberi mereka waktu untuk meresapi situasi sebelum melanjutkan penjelasannya. Sudut bibirnya tersenyum melihat teman dan sahabatnya bisa jujur pada keluarganya.
Inilah yang aku tunggu dari dulu, Manaf. Keluargamu pasti akan menerimamu, tidak seperti yang kamu khawatirkan. Batin Viktor.
"Manaf telah berjuang dengan trauma ini selama bertahun-tahun. Tapi ada satu hal yang luar biasa. Mahreeen... wanita itu, satu-satunya yang tidak memicu reaksi fobia pada Manaf. Dia berbeda." ucap Viktor yang berani memulai menyentuh nama Mahreeen.
Manna dan Malika saling pandang, sebelum mengalihkan perhatian mereka kembali kepada Viktor.
"Apa maksudmu? Apakah ini alasan mengapa Manaf ingin menikahi Mahreeen?" tanya Manna penasaran.
Manaf menatap kedua orang tuanya dengan tekad di matanya.
"Iya, Papa. Mahreeen berbeda. Dia adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatku merasa tenang. Dan yang paling penting... aku mencintainya. Bukan hanya karena dia bisa menyembuhkan traumaku, tapi karena dia adalah wanita yang luar biasa." jelas Manaf yang tidak mau Viktor menjelaskan lagi bagaimana Mahreeen.
Mendengar kata-kata Manaf, Malika tersenyum kecil meski air mata masih mengalir di pipinya. Manna mengangguk pelan, akhirnya mulai menerima keputusan Manaf.
"Kalau begitu... kalau dia yang bisa membuatmu bahagia, kami akan mendukungmu, Nak. Kami akan memberikan restu kami." ucap Manna dan di angguki oleh Malika.
Manaf tersenyum, merasa lega mendengar restu dari kedua orang tuanya. Babak baru dalam hidupnya bersama Mahreeen kini benar-benar dimulai, dengan dukungan penuh dari keluarga Omar.
Alhamdulillah.
...****************...
Hi semuanya. Jangan lupa ya kasih like dan komentarnya.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.