DALAM TAHAP REVISI TANDA BACA
Jangan lupa follow IG Author : tiwie_sizo08
Karena insiden yang tak diinginkan, Zaya terpaksa harus mengandung benih dari seorang Aaron Brylee, pewaris tunggal Brylee Group.
Tak ingin darah dagingnya lahir sebagai anak haram, Aaron pun memutuskan untuk menikahi Zaya yang notabenenya hanyalah seorang gadis yatim piatu biasa.
Setelah hampir tujuh tahun menikah, rupanya Aaron dan Zaya tak kunjung mejadi dekat satu sama lain. perasaan yang Zaya pendam terhadap Aaron sejak Aaron menikahinya, tetap menjadi perasaan sepihak yang tak pernah terbalaskan, hingga akhirnya Aaron pun memilih untuk menceraikan Zaya.
Tapi siapa sangka setelah berpisah dari Zaya, Aaron justru merasakan perasaan asing yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Jatuh cintakah ia pada Zaya?
Akankah akhirnya Aaron menyadari perasaannya dan kembali bersama Zaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Menata Hati
Setelah pesta malam itu, Zaya berusaha untuk menerima kenyataan. Ia menguatkan dirinya sendiri dan bertekad menjadi sosok yang lebih tegar dan tidak membuat khawatir orang-orang di sekitarnya.
Zaya juga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangisi keadaan lagi. Ia berusaha menerima jika ia hanyalah istri sementara bagi Aaron. Cepat atau lambat, Aaron pasti akan menemukan perempuan yang sepadan dengannya dan akan meninggalkan Zaya. Persis seperti yang dikatakan Ginna selepas Zaya melahirkan dulu.
Meski berat dan menyakitkan, Zaya berusaha menerimanya dan memikirkan agar bagaimana dia tidak terlalu terpuruk saat semua itu terjadi nanti. Ya. Dunianya kini harus diisi dengan yang lain juga, tidak harus berputar di sekitar Aaron saja seperti sebelumnya.
Zaya harus bangkit. Begitulah tekadnya.
Hal yang pertama dilakukannya adalah dengan menyibukkan diri di rumah. Mulai dari menanam dan merawat bunga-bunga cantik di taman rumahnya, hingga memasak banyak makanan untuk dibagikannya pada anak-anak jalanan. Pengalamannya dulu membuatnya tahu bagaimana berartinya sebungkus nasi saat sedang kelaparan. Zaya berusaha untuk mengisi hari-harinya dengan semua hal positif yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Dan sejauh ini, Aaron tidak keberatan dengan apa yang dilakukan Zaya.
Mengenai Aaron, sejak malam pesta itu sikapnya kembali seperti biasa. Berbicara dan menyapa Zaya seperlunya, bahkan terkadang menjadi sangat dingin dan terkesan tak terlalu menghiraukan Zaya. Sepertinya perubahan sikapnya tempo hari memang karena dorongan rasa bersalahnya semata. Mungkin Aaron tidak tahu mesti mengungkapkan permintaan maaf dengan cara apa setelah melecehkan Zaya, hingga membuatnya secara impulsif mendekat dan seolah-olah peduli pada Zaya.
Untuk hal itu pun Zaya berusaha tidak memusingkannya lagi. Fokusnya sekarang adalah bagaimana menata hatinya untuk menghadapi semua kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan.
Zaya tidak tahu berapa lama lagi ia akan berada disisi Aaron dan Albern. Jadi selama waktu yang masih tersisa, Zaya berusaha untuk menikmatinya sebisa mungkin, walaupun hanya dengan cara melihat kedua orang tercintanya itu, tanpa bisa melakukan yang lain. Zaya tetap berusaha menikmatinya, memandang sepuasnya. Sampai tiba saatnya nanti ia harus pergi, ia berharap tidak ada lagi hal yang akan dia sesali.
***
Salah seorang pelayan di rumah Aaron menceritakan jika Taman Kanak-Kanak khusus anak kurang mampu yang didonasikan oleh Brylee Group sedang mencari beberapa orang yang mau menjadi tenaga pengajar sukarela. Semakin banyak anak-anak kurang mampu yang bersekolah disana, membuat tenaga pengajar yang lama kewalahan karena kekurangan jumlah.
Zaya sangat berminat. Pasti akan sangat menyenangkan bisa mengajar anak-anak di sana. Entah mungkin karena ia yang berasal dari panti, atau hanya karena rasa kemanusiaan saja, Zaya punya kepedulian lebih terhadap anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Zaya sangat ingin bergabung di sana, tapi tentu saja itu jika Aaron memberikannya izin. Mengingat Aaron membuatnya jadi merindukan lelaki itu. Sudah dua minggu lebih Aaron ke luar negeri untuk urusan bisnis. Dan selama itu juga Zaya tidak melihat wajahnya ataupun berkomunikasi dengannya.
Jika saja mereka pasangan suami istri pada umumnya, mungkin saat ini mereka tengah melakukan video call untuk melepas rindu. Tapi mereka tak punya hubungan semacam itu. Jangankan video call, bahkan kapan Aaron kembali pun Zaya tidak tahu.
Zaya mendesah. Ia tidak bagaimana harus meminta izin kepada Aaron. Dan jika harus menunggu Aaron kembali, mungkin peluang mengajar itu sudah diisi orang lain.
Haruskah Zaya menghubungi Aaron? Tapi bagaimana jika Aaron marah karena Zaya menganggunya untuk urusan yang tidak penting. Zaya tidak mau jika sampai Aaron semakin tidak senang padanya. Ia kemudian berpikir dan menimbang-nimbang.
Asisten Dean.
Sebuah nama tiba-tiba saja muncul di benak Zaya, membuat mata Zaya berbinar seperti orang yang menemukan solusi untuk sebuah permasalahan besar. Kemudian, diraihnya ponsel miliknya, dan setelah terdiam agak lama untuk meyakinkan diri, Zaya pun men-dial nomor kontak Asisten Dean.
Panggilan tersambung, tapi tidak langsung dijawab. Zaya menjadi ragu. Mungkinkah ia menelpon di saat yang tidak tepat?
"Ya, Nyonya?" Akhirnya Asisten Dean menjawab.
"Asisten Dean?" panggil Zaya meyakinkan.
"Ya, Nyonya, saya Asisten Dean. Ada yang bisa saya bantu?"
Zaya terdiam sesaat.
"Apa Aaron ada bersamamu?" tanyanya kemudian, tapi segera ia merutuki pertanyaan itu karena dirasa kurang tepat.
"Iya, Tuan ada bersama saya. Kami baru saja selesai meeting. Apa Nyonya ingin bicara pada Tuan?" tanya Asisten Dean.
Zaya nampak terkejut.
"Eh, tidak-tidak!" jawabnya cepat. Sungguh ia tidak berani jika harus meminta izin pada Aaron langsung.
"Saya hanya ingin meminta izin untuk menjadi pengajar sukarela di sekolah yang didonasikan Aaron. Tolong sampaikan itu saja padanya. Tanyakan apa saya boleh melakukannya."
Asisten Dean tidak langsung menjawab.
"Kenapa tidak Anda tanyakan sendiri, Nyonya?" tanyanya kemudian.
Eh?
"Ti-tidak, Asisten Dean. Saya ... ada yang harus saya lakukan sekarang. Tolong sampaikan saja kata-kata saya tadi pada Aaron. Nanti Asisten Dean bisa mengirimkan pesan pada saya apa jawabannya. Terima kasih."
Tuutt ... tuutt ... tuutt ....
Zaya langsung memutus sambungan telpon sebelum Asisten Dean sempat menjawab. Ia tidak ingin jika Asisten Dean sampai menyerahkan telponnya pada Aaron. Zaya yakin Asisten Dean akan menyampaikan kata-kata Zaya pada Aaron, meskipun sikapnya tadi terkesan sedikit tidak sopan. Asisten Dean bukanlah tipe orang yang suka mempersulit orang lain. Zaya tahu itu.
Dan benar saja, sekitar lima belas menit kemudian, ponsel Zaya berdenting menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
Pengirim : Aaron
Lakukan apa saja yang membuatmu senang, selama itu bukan hal yang buruk. Dan yang terpenting, jangan sampai orang lain tahu jika kau adalah istriku.
Zaya agak tercenung membaca isi pesan itu. Ia tidak menyangka jika Aaron sendiri yang akan mengirimkan pesan padanya, walaupun di akhir kalimatnya terasa agak kejam.
Yah, tidak apa-apa. Zaya sudah mulai merasa terbiasa. Diakui atau tidak, toh kenyataannya saat ini dia tetaplah istri sah Aaron. Yang penting sekarang, apa yang menjadi keinginannya sudah mendapatkan izin dari Aaron.
Zaya jadi merasa tidak sabar dan ingin cepat-cepat pergi mendaftarkan diri. Senyum ceria pun terbit di wajahnya setelah sekian lama tak pernah muncul. Zaya yang penuh semangat, sedikit demi sedikit telah kembali.
***
Suasana sekolah tempat Zaya mengajar lebih ramai dari biasanya. Hari ini tepat tiga minggu Zaya menjadi tenaga sukarela di sana, dan saat ini tengah diadakan acara amal tahunan yang akan dihadiri perwakilan dari perusahaan Brylee Group selaku donatur.
Hari ini para anak kurang mampu itu akan mendapatkan makanan, pakaian dan makanan gratis. Mereka juga akan mendapatkan bantuan biaya untuk melanjutkan ke pendidikan tingkat dasar. Benar-benar hari yang ditunggu-tunggu oleh mereka semua sepanjang tahun ini.
Acara akan segera dimulai. Tinggal menunggu perwakilan dari Brylee Group datang untuk membuka acara dan memberikan kata sambutan. Sepertinya mereka akan sedikit terlambat. Dan tak lama iringan mobil dari perusahaan Brylee Group pun datang. Semua orang melihat ke arah mobil-mobil itu termasuk Zaya.
Ada yang menarik perhatian Zaya. Sebuah mobil hitam mewah yang berada tepat di tengah iringan mobil lainnya, Zaya mengenali mobil itu. Itu adalah mobil milik Aaron yang biasa mengantarnya kemana pun lelaki itu pergi.
Aaron datang ke sini? Bukankah ini hanya acara kecil yang biasanya hanya dihadiri karyawan dengan jabatan menengah saja? Lagipula, bukankah saat ini dia sedang berada di luar negeri?
Zaya menatap tak percaya pada mobil itu. Dia pun lalu berpikir mungkin saja mobil itu sedang digunakan oleh orang lain. Tapi kemudian, salah satu panitia acara mengarahkan kerumunan untuk memberi jalan tepat saat mobil itu berhenti.
"Tolong jalan ini diberi ruang lebih agar bisa dilewati dengan nyaman. Kali ini Direktur utama sendiri yang datang kemari. Kita benar-benar beruntung bisa bertemu dengan beliau. Jadi, berikanlah penyambutan yang sesuai." Begitulah kira-kira ketua panitia acara memberikan arahan, yang disambut sorakan gembira dari semua orang.
Direktur Utama? Aaron? Dia disini?
Deg! Deg! Deg!
Jantung Zaya tiba-tiba berpacu sangat hebat. Lelaki yang sudah sebulan lebih tak dilihatnya itu ada di sini. Dia baru saja kembali dan langsung menghadiri acara amal ini, acara kecil yang selama ini tak pernah masuk dalam agendanya. Salahkah Zaya jika saat ini ia berpikir Aaron sengaja datang untuk menemuinya?
Dada Zaya semakin bergemuruh saat Asisten Dean keluar dari mobil dan membuka pintu penumpang mobil itu. Lalu keluarlah sosok mengagumkan itu. Seorang lelaki rupawan yang sangat Zaya rindukan beberapa hari terakhir ini. Aaron Brylee, suaminya.
Aaron melangkah dengan mantap dan gagah, disambut beberapa orang yang membungkuk hormat. Dia kemudian berjalan ke arah podium yang letaknya tepat di sebelah Zaya.
Zaya membeku dengan mata lekat menatap kearah Aaron.
Selangkah. Dua langkah. Tiga langkah. Aaron semakin dekat ke arahnya. Hingga akhirnya Aaron menghentikan langkahnya tepat di hadapan Zaya. Dia melihat ke arah Zaya dengan tatapan yang tidak bisa Zaya artikan. Tatapan mereka bertemu, dan mereka memandang satu sama lain seolah tak ada orang di sana selain mereka berdua.
Rasa rindu itu semakin membuncah, melumpuhkan akal sehat Zaya yang yang memang sejak tadi sudah mulai melemah. Anggap saja Zaya sudah gila, karena tak lagi menghiraukan norma kesopanan yang ada. Dan satu hal yang sangat ingin Zaya lakukan saat ini adalah menghambur ke dalam pelukan lelaki di hadapannya itu.
"Aaron ... aku merindukanmu."
Bersambung ....
jangan sedikit-sedikit marah, menangis 😭 dan Mengabaikan suami.
bisa-bisanya mamanya dikasi. zombie
baru merasa kehilangan ya Aaron
waktu zaya kau menghina dan menyeretnya seperti sampah di rumah mu menyakiti nya di tempat tidur dia tetap memaafkan dan bertahan padamu.
dia tidak meminta hartamu Aaron hanya kasih sayang perhatian atau lebih tepatnya CINTA.
tapi setelah berpisah baru kau merasa kehilangan
masih waras kah Aaron?
karena zaya patut di perjuangkan
seganti g apapun laki-laki kalau tak bisa menghargai ya percuma