Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Kabar Kedatangannya
Freya membeku di tempat, kala mengetahui Aaron adalah kaisar negara lain yang datang bersama permaisuri.
“Ibu kenapa kau tak mengatakannya padaku?” bisik Freya.
“Kau sendiri tidak bertanya pada ibu, sekarang berikan keranjang itu, kau urus sendiri masalahmu,” balas sang ibu yang merebut keranjang buah dari lengan Freya.
Wanita setengah baya itu tersenyum sembari membungkuk pada Aaron. “Maaf atas perlakuan putri saya yang tidak sopan pada Anda.”
“Tidak masalah, Bibi. Lagi pula Freya tak tahu.”
Freya yang tadinya membelakangi Aaron, akhirnya kembali berbalik. Ia menutup rasa malunya dengan senyum.
“He, he, maafkan saya yang Mulia.”
Aaron tak dapat menahan tawa melihat perubahan sikap Freya. “Tidak perlu, aku lebih suka kau yang apa adanya.”
“Benarkah?”
“Baru kali ini aku mendengar pujian dari seseorang, biasanya orang-orang mencemooh sikapku.”
Di saat bersamaan Calista datang ke pengungsian, ia menatap Freya dan Aaron dengan senyum.
“Salam untuk Yang Mulia Permaisuri,” ucap Freya sembari menunduk memberi hormat.
Calista mengangguk, ia mengangkat lengannya sebagai tanda cukup atas rasa hormat yang ditunjukkan Freya dan penduduk lainnya.
“Kaisar Aaron maaf tak menyadari kepergian Anda. Saya terlalu sibuk dengan masalah bendungan.”
“Tidak papa, Permaisuri.”
Kala keduanya berbincang, Freya masih berada di dekat Aaron dengan mata yang menatap lekat pria itu. Aaron yang tahu isyarat mata Freya hanya tersenyum.
“Tu, maksudku Kaisar Aaron tolong rahasiakan apa yang kukatakan di jalan tadi, ya.”
“Hmm, aku tidak tahu bisa merahasiakannya atau tidak,” balas Aaron dengan nada bercanda.
“Ha, ha, seorang kaisar pasti bisa kan?” jawab Freya dengan mengepalkan salah satu lengannya lalu meninjukannya ke telapak tangan yang lain.
“Wah, sepertinya Anda dan wanita itu sudah sangat dekat, ya.”
“Oh, tidak juga, aku mengenalnya tanpa di sengaja,” balas Aaron lagi sembari melirik ke arah Freya.
...****************...
Di sisi lain, sang kaisar perlahan sembuh, kini ia sudah mulai bekerja seperti biasa dengan Theodore yang terus menemaninya di ruang kerja. Sembari menunggu sang Ayah, ia mengerjakan tugas-tugas yang diberikan padanya oleh guru pengajar.
“Ayah ingat, hari ini Ayah hanya boleh bekerja sampai jam makan siang.”
Leonardo yang masih sibuk dengan pekerjaannya, hanya membalas dengan anggukan.
“Theodore mau sampai kapan kau menemani ayah di sini?”
“Tentu saja sampai ayah sembuh. Ibu menyuruhku untuk menjaga Ayah, jika ayah terus bekerja yang ada malah semakin sakit.”
“Wiliam, apa ada kabar dari permaisuri Calista.”
“Sayangnya tidak Ada Yang Mulia, tidak ada kabar tentang permaisuri.”
“Tapi saya punya pesan untuk Anda yang mulia.”
“Katakan,” balas Leonardo singkat.
“tuan Duke akan kembali, setelah mendapat surat dari Anda. Duke langsung memberantas semuanya dengan cepat, dan dalam waktu dekat ini akan kembali ke Lezarde.”
“Baiklah. Kita akan menyambut kedatangannya.”
“Ayah, apa tuan Duke yang dimaksud itu paman? Dia benar-benar akan kembali?”
Leonardo mengangguk.
Di saat bersamaan, Selene yang juga mendengar berita tersebut dari istana selir tanpa sadar melompat kegirangan.
“Yah, semuanya akan berlalu sekarang.”
“Jika dia sudah kembali maka semua masalah akan beres.”
“Aku tak sabar menantikan hari itu tiba.”
...****************...
Setelah memakan pai yang dibuat oleh Freya dan para penduduk, Calista melanjutkan lagi pekerjaannya mengawasi para pekerja yang memperbaiki bendungan.
Sedangkan Aaron ia ikut bersama Freya, pergi ke tempat para penduduk yang terkena penyakit di rawat. Di sebuah rumah besar yang tak lagi terawat.
Aaron dan Freya pun masuk ke rumah tersebut bersama beberapa orang. Tak seperti di luar, di dalam rumah itu tampak sangat bersih dan terjaga, bahkan orang-orang yang sakit pun masing-masing mendapatkan tempat tidur sendiri.
Mulailah Freya dan orang-orang yang ikut tadinya mengurus para penduduk yang sakit, memberikan obat juga pai apel yang dibuat bersama.
Aaron menghampiri Freya yang duduk di samping ranjang seorang pria tua. Wajahnya sendu menatap pria yang tertidur pulas itu, Freya memegang lengan sang ayah dan melekatkannya di pipi.
“Ayah, aku bersyukur kau telah melewati masa kritismu, kau tahu semua ini berkat seorang peri yang tiba-tiba datang ke Tibelia.”
“Setelah mendengar semuanya, ia langsung mengerahkan apa yang dia bisa untuk membantu.”
“Ayah, kau harus sembuh, masih ada ibu dan aku yang menunggumu. Tolong jangan pergi seperti kakak, aku tahu ayah sangat sedih akan kepergiannya, tapi aku dan ibu juga akan sedih jika ayah begini.”
Setelah Freya mengucapkan kata-kata tersebut, sang ayah terbangun. “Freya, apa kau Freya?”
“Ya, ayah aku Freya putrimu.”
“Sejak kapan kau datang, Nak? Ayah tak menyadarinya, dan di mana kakakmu dia tidak kemari?”
“Ayah kakak masih bekerja bersama ibu, sekarang fokus saja pada kesehatan ayah, ya. Karna ayah sudah bangun tolong makan dan minum obat ini, ya.” Balas Freya dengan ekspresi wajah yang berubah cerah.