Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Aku ingin kamu memecat sekretarismu!" seru Bianca ketika mereka berdua sedang sarapan pagi.
Liam menoleh pada Bianca yang terlihat sangat serius. "Perlukah memecat seseorang hanya karena kesalahan kecil?" balas Liam yang berniat memindahkan Serena ke divisi lain.
Tampaknya, dia memang harus memikirkan rumah tangganya. Sudah sebulan, tidak ada kemajuan dalam hubungannya dengan Bianca. Justru, pria itu hampir saja menyakiti lagi hati Bianca.
"Mungkin kamu menganggapnya masalah kecil. Tidak denganku, Liam. Bisa saja aku meninggalkanmu ketika mendengar ucapan tentang dia yang merupakan kekasihmu," ujar Bianca.
Mata Liam menggelap, dalam benaknya tidak pernah terpikir Bianca meninggalkannya. Dia selalu percaya diri sang istri sangat mencintainya. Keyakinan yang mungkin suatu saat nanti akan menghancurkannya.
Bianca sempat berpikir untuk mengadukan kelakuan Liam pada sang kakak. Namun, dia memikirkan kembali semua hal yang terjadi dengan jernih. Sebagai wanita yang sudah terlalu sabar menanti cinta dari Liam, Bianca merasa tidak bisa melepaskan hubungannya begitu saja.
Bila dia mengadukan pada James tentang kelakuan Liam yang mulai bersikap dingin. Ditambah lagi, pengakuan seorang wanita yang mengatakan bila dia mencintai Liam bisa dipastikan James akan memisahkan mereka. Tanpa kesempatan untuk memperbaiki pernikahan mereka yang memang sudah hambar.
Liam tampak berpikir, dia akan memikirkan cara lain untuk membuat Serena menjauh. "Aku akan melakukan hal lain, Bi. Percayalah padaku, aku tidak akan mengkhianatimu," ujar Liam.
"Kalau begitu katakan Liam. Katakan kau mencintaiku agar aku yakin dengan ucapanmu," balas Bianca kembali membahas tentang pernyataan cinta.
"Kita bahas ini nanti," ucap Liam kemudian mencium kening Bianca.
"Hari ini aku akan memeriksa kandungan, kuharap kamu dapat menemaniku. Tidak seperti sebelumnya aku datang sendiri ke dokter kandungan," tukas Bianca dengan penuh harap memandangi Liam.
"Aku akan usahakan pulang lebih awal. Beberapa hari ini, aku sibuk hingga harus pulang larut. Jangan berpikir yang tidak-tidak, Bi. Aku memang bekerja dan itu semua untuk dirimu juga," balas Liam kemudian berdiri ingin berangkat.
"Kalau kamu memang peduli pada kami. Kamu harus menyempatkan waktu. Aku rasa jadwalmu bisa diatur kembali dengan baik. Mungkin saja, memang sekretarismu yang tidak kompeten," sindir Bianca yang merasa bahwa sekretaris Liam adalah ancaman bagi dirinya.
"Hentikan kecurigaanmu, aku harus pergi, Bi," balas Liam sambil mengecup bibir Bianca.
Bianca memandangi kepergian Liam dengan sendu. Dari semua ucapan pria itu dapat disimpulkan ada yang disembunyikan darinya. Tampaknya dia harus mencari tahu sendiri tentang sekretaris itu. Beruntung, Zidane selalu memberikan info yang akurat bila dia bertanya pada sahabat suaminya itu.
Wanita itu memutuskan untuk meminta bantuan Zidane sekali lagi. Ada hal yang harus dia ketahui. Bianca mencari nama kontak Zidane lalu menekan tombol hijau di ponselnya.
"Halo, aku butuh bantuanmu, Zidane. Beritahu aku..."
***
Liam datang dengan amarah yang tertahan semenjak semalam. Dia tidak menunjukkan apa pun di depan Bianca dan terus berpura-pura tidak terjadi apa pun dengan sekretarisnya saat ini. Liam bertekad untuk menghentikan semua kekonyolan ini. Dia harus melepaskan diri dari bayangan masa lalu mereka.
"Panggilkan Serena ke dalam ruanganku," ujar Liam pada Zidane yang sudah lebih dahulu ada salam ruangan Liam.
"Apa yang ingin kau lakukan pada wanita itu?" tanya Zidane penasaran.
Pasalnya, Bianca sudah mulai mencurigai keberadaaan Serena. Dia tidak mungkin menutupinya dari Bianca karena tidak ingin membuat ibu hamil itu berpikir yang negatif. Hanya saja, kenyataan yang terjadi Liam menempatkan mantan kekasihnya itu tepat di sisinya.
Zidane mengetahui dengan jelas keseharian Liam yang mengantar Serena ke rumah sakit. Dia sudah memperingatkan beberapa kali, sayangnya Liam tidak peduli dan seolah buta karena kenangan masa lalu.
"Aku harus memperingati Serena agar tidak mencampuri urusan pribadiku. Dia telah lancang menerima panggilan dari Bianca. Semalaman aku berusaha untuk menenangkan istriku, Zidane." Liam begitu frustasi.
"Baiklah, aku akan memanggilkan Bianca untukmu," balas Zidane meninggalkan Liam di ruangannya.
Di depan Bianca dia bersikap dengan tenang. Akan tetapi, terjadi pergulatan dalam dirinya. Beberapa kali terlihat ada luka di mata Bianca. Liam takut kehilangan wanita itu, tetapi tidak dapat memberikan hal yang dinginkan oleh Bianca.
Pernyataan cinta.
Menurut Liam, hal itu tidak perlu dilakukan olehnya. Dia sudah mencoba untuk memperlakukan Bianca dengan baik. Terlepas dari rencananya dulu yang ingin Bianca segera meminta cerai darinya. Hal itu berubah seiring berjalannya waktu.
Namun, untuk mengatakan cinta pada Bianca. Liam tidak bisa. Untuk berbohong pun, pria itu tidak mungkin melakukannya. Dahulu, ketika bersama dengan Serena, pria itu selalu menyatakan cinta. Akan tetapi, yang dia dapatkan adalah hal yang tidak sesuai dengan harapannya ketika Serena meminta hubungan mereka berakhir.
Tanpa Liam sadari, Serena dan Bianca adalah dua orang yang berbeda. Bianca sangat mencintai Liam hingga tidak dapat melepaskan dirinya sendiri walau sudah berkali-kali ditolak. Hal yang tidak dilakukan oleh Serena sampai saat ini.
"Apa yang ingin kau bicarakan Liam?" Suara Serena memutuskan lamunannya.
"Aku ingin...."
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❣️
Kalau author senggang nanti malam akan update lagi ya, nantikan terus lanjutan kisah Bianca dan Liam. ❣️
makanya laura jgn mudah dihasut sm sijalang ivanka...