Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyakitkan
Tafasya tercengang dengan apa yang didengarnya. Para pria bertubuh tinggi besar itu memaksanya keluar dari rumah dengan cara menariknya dari ambang pintu dan ia tak dapat melawan mereka karena tenaga yang tidak sebanding.
Bondan yang berada dibelakangnya berusaha untuk memberontak, akan tetapi mereka jauh lebih kuat dibanding dirinya.
Wanita muda itu terlihat syok dan ia masih belum dapat menerima kenyataan ini. Ia tidak ingin jatuh miskin.
“Mas, kamu harus laporin mereka ke polisi, ini tindakan kriminal, dan ini rumah yang kamu hadiahkan untuk pernikahan kita!” Tafasya tak ingin kehilangan segalanya.
Akan tetapi, Bondan bersikap terbalik, ia tampak diam tak bergeming. Lalu menuju mobilnya dan memasukinya.
Melihat hal tersebut, Tafasya merasa bingung, lalu menyusul sang suami dan memasuki mobil.
perasaan kalut.
“Mas, kenapa kamu tidak melawan mereka? Atau kamu memang benar-benar sudah miskin sekarang!” Tafasya terus mengomel dan mencerca Bondan yang saat ini sedang menyetir dengan kondisi stres.
“Diamlah! Bisa tidak kamu diam!” hardik pria itu dengan kasar. Bahkan ia tatapannya begitu sangat tajam dengan aura ingin membinasakan.
Seketika Tafasya tercengang. Ia tak menduga jika pria yang awalnya begitu lembut saat mendekatinya, kini berubah 360° dan itu membuatnya terdiam.
Selama ini ia selalu mendominan saat bersama mantan suaminya-Arya.
Tetapi kali ini, ia begitu terpuruk. Segala egonya tiba-tiba terkubur dengan pria yang bersikap arogan.
Bondan menyetir dengan kecepatan yang cukup tinggi, ia menuju arah yang berbeda dan tidak pernah diketahui oleh Tafasya kemana pria itu membawanya.
Setelah beberapa menit lamanya. Mereka tiba disebuah rumah berlantai dua dengan gaya klasik dan cukup mewah.
Seketika hati Tafasya merasa lega, setidaknya Bondan memiliki rumah yang layak dan bagus, dan ia yakin jika suaminya itu masih memiliki banyak harta.
Keduanya turun dari mobil dan memasuki rumah. Ternyata Bondan memiliki kunci cadangan.
Seorang wanita paruh baya, namun berpenampilan elegan turun dari lantai dua dan memandang suaminya dengan tatapan dingin.
“Pelacur mana lagi yang kau bawa?” tanya wanita itu dengan nada sinis.
Ia melipat kedua tangannya didada, dan tatapannya terlihat begitubtidak suka dengan kehadiran wanita yang dibawa oleh suaminya.
Seketika Tafasya tercengang. Ia merasa bingung dengan wanita dihadapannya.
“Dia siapa?” tanya Tafasya pada suaminya.
“Nyonya dirumah ini, maka bersikap akurlah, dan aku ingin istirahat, carilah kamarmu sendiri,” jawab Bondan, lalu melangkah pergi meninggalkan istri mudanya begitu saja.
Seketika Tafasya tersentak kaget mendengar ucapan suaminya yang tampak begitu santai dan merasa tak mengacuhkannya.
“Mas, aku tidur dimana? Kamu jangan pergi begitu saja!” ia mencoba mencegah sang suami dengan nada gemetar.
Akan tetapi, Bondan tak mengindahkannya, ia berjalan dengan santai dan menapaki anak tangga menuju kamar dilantai dua.
Sementara itu, wanita dengan sanggul dikepalanya berjalan menuruni anak tangga dan menghampirinya.
“Jangan kira kamu akan diratukan dirumah ini! Tempatmu digudang belakang, dan jangan coba-coba untuk membangkang! Dirumah ini aku adalah yang berkuasa, dan kamu yang sudah mencoba merusak rumah tanggaku, maka kamu akan menjadi budak dirumah ini!” wanita itu tampak begitu bengis dan tatapannya tajam dengan aura penuh kebencian.
Seketika Tafasya merasa bergidik melihat apa yang ada di hadapannya, dan ucapan wanita itu begitu sangat menakutkan. Ia ingin segera mengakhiri mimpi buruk ini, ia tak ingin berada dirumah ini, atau ia akan memohon pada Arya untuk merujuknya kembali.
“Hei, enak saja kamu perintah saya, memangnya kamu siapa!” Tafasya tak ingin kalah.
Wanita itu tersenyum dingin. Ia menatap madunya dengan tatapan tajam. “Kamu akan tau siapa aku setelah esok pagi!” sahutnya dengan nada sinis, lalu berjalan melenggang meninggalkan Tafasya yang masih belum mengerti dengan apa yang terjadi.
Ia melihat wanita itu menghilang di balik pintu kamar. Sesaat ia berfikir jika lebih baik kabur saja dari rumah tersebut daripada harus diperlakukan dengan tidak baik.
Ia membuka pintu depan, akan tetapi tidak dapat terbuka dan terkunci rapat. Ia semakin panik dan ketakutan, lalu tiba-tiba seseorang mencengkram pundaknya, dan dengan kasar menariknya ke belakang, lalu memaksanya masuk kedalam ruang kamar yang pengap dan penuh dengan barang-barang.
Tafasya merasakan hidupnya sangat malang. Ia mengkhianati Arya demi dapat hidup mewah, tetapi justru harus berbanding terbalik dan ini tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
“Mas, mas Bondan… aku ini isterimu, kenapa kau memberikan kamar ini padaku! Bukankah kau berjanji akan membelikanku rumah mewah!” wanita itu terus memberontak dan ia tak ingin suaminya mengingkari semuanya.
Akan tetapi, Bondan tak memberikan jawabannya, justru menguncinya dari luar, dan membiarkan ia dalam ketakutan.
Tafasya merintih dalam penyesalan. Ia teringat akan putranya, dan dan ingin kembali seperti dulu, meskipun hidup dalam kesederhanaan, tetapi ia tak pernah merasakan hidup sesulit ini.
“Mas Arya, aku menyesal mengkhianatimu, aku ingin kembali padamu, bawa aku pulang dari tempat ini,” rengeknya dengan nada lirih.
*****
Mentari bersinar dengan terang. Cahayanya menerpa kulit wajah seorang wanita yang tertidur dalam tangisan penyesalan.
Braaaak….
Sebuah pintu dibuka dengan sangat kasar. Terlihat seorang wanita yang sudah berdandan sangat cantik berdiri diambang pintu dengan tatapan tajam.
“Bangun!” teriakannya terdengar sangat begitu mengerikan dan hal itu tentu mengagetkan Tafasya yang baru saja terlelap tidur.
Ia menengadahkan wajahnya menatap wanita dengan tampilan yang glamor tersebut.
“Enak bener jam segini masih tidur, kamu kira ini hotel apa!” omelnya dengan nada kasar.
Tafasya tampak tersentak kaget, lalu mengusap matanya yang sembab.
“Bangun!” hardiknya lagi.
Seketika wanita itu bangun dari tidurnya dan berdiri dengan kepala yang yang masih pusing karena terlihat jika wanita itu bersikap kejam padanya.
“Bersihkan rumah, dan jika sampai ada yang kamu lewatkan, maka kamu akan saya kurung bersama an-jing peliharaan saya yang sedang bi-rahi!” ancamnya dengan kasar.
Seketika Tafasya merasa sangat ketakutan, lalu ia menganggukkan kepalanya dan berjalan dengan patuh.
Wanita itu tersenyum puas, ia merasa jika apa yang dilakukannya sesuai dengan balasan yang setimpal.
Saat bersamaan, Bondan datang dengan menggunakan celana pendek dan juga kaos oblong saja.
“Jangan terlalu keras padanya, Sayang. Mas punya rencana yang lebih baik untuk membalas semuanya,” ucapnya dengan nada yang lebih mengerikan.
Wanita itu menatap Bondan dengan senyum liciknya. “Aku tau, tetapi biarkan ia menjadi pembantu gratis dirumah ini, hitung-hitung dapat mengurangi biaya hidup!”
Bondan hanya menganggukkan kepalanya. Tafasya tak mengerti dengan apa yang direncanakan oleh mereka, dan mimpinya untuk menjadi istri bilioner terkubur sudah hanya dalam satu malam saja.
Keduanya berjalan meninggalkan Tafasya yang saat ini dalam ketakutan dan juga kebingungan. Ia bahkan harus membersihkan semua ruangan dengan di bawah ancaman.
“Mas Arya, jemput aku, aku menyesal,” rintihnya dalam hati sembari mengepel lantai.
atau udah g punya malu?
G MALU APA BILANG PERNAH.
KALAU PERNAH KAN SEKARANG UDAH GAK LAGI🤣🤣🤣🤣
dah g usah ditanggepin ar, tinggal pergi aja🏃♂️🏃♂️🏃♂️
DISINILAH LETAK DIMNA AKU GAK BEGITU SUKA DENGAN CERITA DRAMA KELUARGA.
KOMEN KU BERASA KAYAK EMAK EMAK KOMPLEK BLOK 69🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
SAYANG...
seribu kali SAYANG🤣
ni mulut tasya enaknya dikasih sambal bakso semangkok🏃♂️