"Puas lo udah ngehancurin hidup gue. Inikan yang lo mau? gue tahu lo bahagia sekarang?" Ucap Delmar setelah dia sah menjadi suami Killa.
"Kenapa aku yang disalahin? disini yang korban itu aku apa dia? Aku yang diperkosa, aku yang hamil, tapi kenapa aku yang salah?" Killa bertanya dalam hati.
Siapa sih yang gak mau nikah sama orang yang dicintai? Begitupun Killa. Dia pengagum Delmar sejak dulu. Tapi bukan berarti dia rela mahkotanya direnggut paksa oleh Delmar. Apalagi sampai hamil diusia 16th, ini bukanlah keinginannya.
Cerita ini sekuel dari novel Harga sebuah kehormatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PR
Pov Killa
Aku menyentuh bibirku sambil memejamkan mata. Mengingat ciuman kami semalam, jantungku kembali berdebar. Sumpah aku ngefly saat bibir basah dan lembut milik Kak Del menyentuh bibirku. Gak bisa digambarkan dengan kata kata gimana perasaanku saat itu. Yang pasti, aku akan mengenangnya sebagai my first kiss. Walaupun sebenarnya itu bukan yang pertama.
Aku membuka ponsel dan memandangi foto Kak Del sambil tersenyum. Cinta memang gila, aku bahkan sangat merindukannya saat ini. Padahal tadi pagi kita sarapan bareng.
Setiap jam, menit ,bahkan detik, aku selalu merindukannya. Memandangnya selalu membuatku jatuh cinta lagi dan lagi padanya.
"Lo liatin apa sih sampai senyum senyum gitu daritadi?" Shani mengarahkan kepalanya keponselku, sepertinya dia mulai Kepo.
"Rahasia." Aku segera mendekap ponselku didada agar Shani gak bisa liat.
"Idih, sok rahasia lo." Sewot Shani tapi aku tak peduli. "Sini liat." Resek banget sih Shani, dia berusaha merebut ponselku.
"Enggak." Aku berusaha mempertahankan. Mampus kalau sampai dia lihat. Ada foto Kak Del sedang tidur. Bisa mikir aneh aneh anak itu kalau sampai ngeliat.
"Sini."
"Enggak."
"Pagi semua." Suara Bu Nara menghentikan drama berebut ponsel antara aku dan Shani.
"Pagi Bu."
Aku menghela nafas lega dan segera menyimpan ponselku didalam tas.
"PR nya kumpulkan didepan." Interupsi Bu Nara.
What PR ! Astaga, aku lupa tidak mengerjakan PR. Ini semua gara gara tadi malam aku gak belajar. Gara gara ciuman sama Kak Del, otakku jadi ngeblank. Kak Del sungguh bisa melumpuhkan saraf saraf otakku. Untuk pertama kalinya sepanjang aku sekolah, baru kali ini lupa tak mengerjakan PR.
"Mana punya lo, biar gue bawa sekalian kedepan." Tawar Shani sambil menjulurkan tangan ke arahku.
"Aku lupa gak ngerjain PR." Lirihku lalu menggigit bibir bawah karena cemas. Bu Nara bukanlah tipe guru yang bisa mentolerir suatu kesalahan. Aku yakin hukuman sudah menantiku.
"Gak salah denger gue? Lo kan biasanya paling rajin, gak pernah lupa ngerjain PR. Kayaknya ada yang salah sama lo Kil?" Shani menatap tak percaya ke arahku.
"Killa, mana PR kamu?"
Deg
Itu suara Bu Nara. Ternyata dia sudah berdiri didekat mejaku dan Shani. Sepertinya dia menyadari raut mukaku yang cemas. Bu Nara emang kayak cenayang, tahu banget kalau aku gak ngerjain PR. Mungkin karena jam terbangnya sebagai guru sudah sangat tinggi, jadi dia bisa baca wajah wajah pembuat kesalahan.
"Em.. anu Bu... " Gimana nih?
"Mana?" Bu Nara menjulurkan tangannya ke arahku. Aku menelan ludah dengan susah payah. Wajah Bu Nara tiba tiba udah kayak algojo yang siap mengeksekusiku. Serem.....
"Maaf Bu, saya lupa belum mengerjakan." Jawabku sambil menunduk takut dan meremas ujung rokku.
"Keluar dari kelas saya." Suara Bu Nara begitu keras hingga hampir seluruh anak sekelas melihat ke arah kami.
Demi apapun, aku malu banget jadi pusat perhatian kayak gini. Mampus lo Kill, bisa bisanya tadi malam malah tidur tanpa belajar.
"Ta, tapi Bu."
"Perhatian semuanya." Interupsi Bu Nara. "Bukan hanya buat Killa, siapapun yang tidak mengerjakan tugas dari saya, harus keluar dari kelas. Kerjakan di luar kelas, setelah selesai baru boleh masuk. Dan satu lagi, tidak boleh asal mengerjakan. Harus benar minimal 7 dari 10 soal." Ujar Bu Nara dengan nada tegas dan lantang.
"Killa, silakan keluar."
Aku mengangguk lalu keluar sambil membawa buku tugasku dan alat tulis.
"Tunggu sebentar." Bu Nara menghentikan Langkahku. "Ponsel kamu sementara ibu sita selama kamu dihukum."
Aku menghela nafas pasrah lalu menyerahkan ponsel pada Bu Nara.
Aku berjalan cepat menuju lapangan belakang. Berharap tak ada kelas yang olah raga agar aku tak malu karena harus mengerjakan tugas diluar. Syukurlah lapangan sepi karena anak kelas X berolah raga di lapangan tengah.
Aku segera mencari tempat duduk dan mulai membuka buku PR ku. Huft, kenapa ada syarat harus bener minimal 7 sih, padahal soalnya lumayan sulit. Aku mengetuk ngetuk kepalaku dengan bolpoin. Berharap otakku bisa tiba tiba jadi cemerlang.
"Ngapain lo disini?"
Aku terlonjak kaget hingga bolpoinku terjatuh mendengar suara itu. Saat aku menoleh, benar dugaanku, ada Kak Del, aku sangat hafal diluar kepala dengan suaranya.
"Emm, Killa__" Aku terlalu malu untuk bilang jika dikeluarkan dari kelas.
"Kenapa lo disini?" Kak Del mengulang pertanyaannya dengan nada yang lebih tinggi.
"Aku___dikeluarin karena belum mengerjakan PR." Jawabku sambil menunduk.
"Ck, malu maluin lo. Sini liat." Kak Del menarik buku tugasku lalu melihatnya sekilas.
Krek
Aku terperangah melihat Kak Del menyobek bagian tengah bukuku.
"Gue kerjain biar cepet. Buruan lo salin ke buku tugas. Kalau lo kelamaan diluar, lo bisa ketinggalan pelajaran."
Kak Del duduk disebelahku lalu mengerjakan PR di kertas yang dia robek tadi. Tangannya bergerak sangat cepat mengerjakan soal matematika dari Bu Nara.
Aku spechless melihatnya. Dia kayak gak mikir, langsung nulis gitu aja. Aku gak lagi mimpikan? Kak Del beneran seperhatian ini ke aku? dia ngerjain PR Aku? Sumpah aku meleleh.
Pletak
"Awww...." Aku meringis sambil mengusap dahiku yang sakit kerena sentilan yang lumayan keras dari kak Del.
"Gue nyuruh lo segera nyalin ke buku PR, bukan malah ngeliatin gue."
"Maaf."
"Bosen gue denger lo minta maaf. Cepetan buruan tulis, mantengin gue nya dipending dulu. Lagian hobi banget sih lo mantengin gue?"
Aku segera mengambil bolpoin dan menyalin tugas yang dikerjakan Kak Del ke buku PR ku.
"Udah selesai nih, cepetan nyalinnya."
Gila, cepet banget Kak Del ngerjainnya. Kalau aku ngerjain sendiri, paling baru selesai 2 soal.
"Kok tahu kalau aku disini?" Tanyaku tanpa menatapnya karena fokus menyalin tulisan Kak Del.
"Tadi gak sengaja liat lo jalan tergesa gesa sambil bawa buku."
"Emangnya kelas Kak Del lagi jam kosong ya sekarang?"
"Lagi ulangan Kimia."
"What! terus kenapa Kak Del malah keluar?" Aku berhenti menulis dan beralih menatapnya.
"Gue ijin ketoilet bentar. Ulangan gue gampang, palingan 30 menit juga udah selesai ngerjainnya. Otak gue pinternya kebangetan beda level ama otak lo yang lemot."
Huft, kasar banget sih kata katanya. Untung ganteng, kalau gak, aku yakin cowok kayak Kak Del bakal jadi jones seumur hidup.
Tapi tunggu, Kak Del rela ninggalin ulangan cuma buat ngerjain PR aku? terharu banget. Boleh meluk gak? pengen banget bilang gitu tapi gak berani, hiks hiks hiks. Payah banget sih lo Kill.
"Udah selesai?"
"Hem." Jawabku sambil mengangguk.
"Cepetan balik ke kelas biar gak ketinggalan pelajaran."
"Makasih." Ucapku sambil melengkungkan bibir membentuk senyum. Kata orang sih senyumku manis banget. Mungkin karena dimples ku kali ya. Siapa tahu kalau sering aku senyumin, Kak Del bakal meleleh. Ngarep banget.
Aku segera berjalan cepat menuju kelas. Ternyata lupa ngerjain PR gak terlalu buruk. Bahkan aku merasa kalau ini terlalu indah. Mungkin ini yang namanya sengsara membawa nikmat. Kayaknya aku harus mengucapkan terimakasih sama Bu Nara.
Tok tok tok
Aku mengetuk pintu kelas lalu masuk menghampiri Bu Nara yang sedang menjelaskan di papan tulis.
"Kenapa kamu masuk lagi?" Tanyanya sambil membeanarkan letak kaca mata tebalnya.
"Sudah selesai Bu."
Bu Nara terlihat terkejut, matanya membulat sempurna. Mungkin menurutnya gak mungkin aku bisa menyelesaikan 10 soal matematika secepat ini. Aku memang bukan anak yang terlalu menonjol di kelas. Gak pernah dapet juara, tapi gak bodo juga, ditengah lah.
"Sini ibu liat."
Aku menyodorkan buku tugasku pada Bu Nara. Dia terlihat sangat fokus memeriksanya.
"Busyet cepet amat."
"Bener gak tuh? jangan jangan asal ngerjain?"
"10 soal secepet ini, gak sampai 30 menit."
Aku bisa mendengar suara teman temanku yang mulai berisik membicaraknku.
"Kalau kamu bisa mengerjakan secepat ini, kenapa gak dikerjakan dirumah?" Suara Bu Nara mulai lembut.
"Maaf bu, saya lupa."
"Ya sudah, kembali duduk ditempat kamu."
"Terimakasih Bu." Aku menghela nafas lega lalu kembali ke tempat dudukku.
"Emang bener berapa Bu jawabannya?" Tanya Riko si juara kelas. Kayaknya dia ragu aku bisa mengerjakan secepat itu.
"Bener semua."
"Ha..... " Aku pengen ketawa melihat wajah jelek Riko yang sedang nganga.
"Gila, posisi lo bisa terancam Rik."
"Riko patut waspada."
"Gak nyangka Killa sepintar itu?"
Bukan, bukan gue yang pinter, tapi Kak Del, Ujarku dalam hati.
"Udah udah jangan berisik. Kembali fokus kedepan." Interupsi Bu Nara.
"Gila, hebat lo Kil, gak nyangka gue lo bisa secepet ini ngerjainnya. Padahal tadi malem gue ngerjain satu jam lebih baru selesai." Lirih Shani sambil menyondongkan tubuhnya ke arahku.
🥹😭😭dada aq Thor sesak juga baca chapter ini
belajar dri sikapnya Del yg terdahulu, awalnya manis berakhir dengan kata2 yg bener2 GK masuk di akal saking sakitnya.