Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Sesampainya di kamar Bara, Marisa menatap sang kekasih yang kini tubuhnya penuh di pasangi alat bantu medis dengan kesedihan.
"Bara, aku menjengukmu. Maaf" ucap Marisa.
"Maaf? Kenapa Marisa meminta maaf padaku, memangnya di sudah melakukan apa?" ucap Bara bertanya-tanya.
"Kakak ku, aku sedih melihatmu seperti ini namun jika kamu tak kuat segeralah pergi dari dunia ini, biar perusahaan Papi aku yang akan akan teruskan" ucap Alex seketika membuat Bara shock.
" kau menginginkanku mati, Alex? Kenapa kau seperti ini?" Bara sedih mendengar fakta bahwa ada yang ingin Bara meninggal.
Grep!!!
Tiba-tiba Alex memeluk tubuh Marisa dari belakang dan menciumi tengkuk wanita yang masih berstatus kekasih Bara.
"Apa yang kau lakukan Alex? Marisa kekasihku" Bara semakin geram namun tak ada yang bisa mendengar teriakannya
Hati Bara menjadi sakit melihat itu dan yang menjadi pertanyaan Kenapa Marisa tidak berontak kalah Alex memeluknya namun Marisa terlihat sangat menikmatinya
"Sayang pacarmu sedang tidak berdaya, kamu harus buat pengakuan kalau sekarang kamu telah berpaling kepadaku dan yang harus dia tahu bahwa kita berdua lah dalang dibalik kecelakaan sampai dia seperti sekarang ini" ungkap Alex.
Mendengar itu seketika Bara serasa di sambar petir di siang bolong. Jadi ini yang di namakan musuh dalam selimut dan duri di dalam daging atau bisa juga jarum di dalam tumpukan kain wol.
"Oh tuhan kenyataan apa ini? Alex dan Marisa ternyata yang membuat aku seperti ini? Salahku apa pada mereka" Bara begitu hancur mengetahui sebuah kenyataan yang amat pahit.
Dirinya tahu bahwa Alex adalah adik angkatnya namun ia tidak pernah membeda-bedakan itu. Ia tetap menyayangi Alex layaknya adik kandung sendiri, apa yang Bara miliki pasti ia akan membaginya dengan Alex bahkan ia banyak mengalah demi Alex tetapi kenyataannya sekarang Bara mendapati fakta bahwa Alex tidak sebaik yang ia kira. Sang adik telah berkhianat, Alex ternyata tak ubahnya seorang penghianat dalam keluarga. mungkin Alex ingin menguasai seluruh harta dari mendiang suami Niken.
Alex semakin mengeratkan pelukannya kepada Marisa namun Marisa sedikit risih pada pria itu apalagi Alex melakukannya di depan Bara yang kinii sedang terbaring tak berdaya.
"Kamu mau apa ?"tanya Marisa ketika tangan Alex sudah bergerilya ke mana-mana.
Sayang Aku ingin memberikan kejutan untuk Kakakku tersayang" balas Alex.
Ia segera mendorong tubuh Marisa ke atas sofa besar yang ada di kamar Bara. Bara melihat itu hanya menatapnya dengan tatapan nanar.
Alex dan Marisa saling pagut denganesranya di samping tubuh Bara yang sedang koma.
Setelah puas saling bercumbu dan saling menjilat milik masing-masing, Alex segera membuka kaki Marisa.
"Kalian benar-benar manusia bajingan! Marisa kau tak ubahnya seperti pelac*r di pinggir jalan, padahal aku selalu memberikan apapun yang kau mau" murka Bara namun siapa yang peduli bahkan keberadaannya pun tak di ketahui oleh kedua sejoli yang kini tengah menyelami lautan birahi itu.
Alex memposisikan miliknya di depan milik Marisa hingga terbenam sempurna kemudian Alex memaju mundurkan miliknya menciptakan suara gesekan antar kulit yang nyaring.
Bara bisa melihat benda besar nan panjang itu keluar masuk sesuka hati pada lahan basah milik Marisa.
"Benar-benar sangat menjijikan" ucap Bara sembari tersenyum miris.
Ia lalu pergi dari tempat itu menembus dinding. Ia akan keluar lagi dan menunggu Lilis lewat dari pasar.
Bara berdiam diri di depan gerbang rumahnya menunggu Lilis. Tak lama Lilis datang menaiki bajaj dan menghentikan bagai itu karena melihat Bara sedang berdiri di depan rumahnya.
"Bang berhenti sebentar" ucap Lilis pada supir bajaj itu.
"Ada apa Neng? Rumah Neng kan masih jauh?" tanya sang supir.
"Uang saya jatuh, Bang" Lilis beralibi.
Bajaj itu pun berhenti tepat di hadapan Bara.
"Tunggu sebentar ya, Bang" ucap Lilis.
Ia keluar dari bajaj lalu menghampiri Bara.
"Kenapa loe diam di sini?" tanya Lilis dengan suara yang sangat pelan namun masih bisa didengar Bara. Ia takut jika sopir bajaj merasa curiga dan menganggap ia orang gila karena berbicara sendiri.
"Lis, saya ikut pulang lagi ya? Saya lebih nyaman di rumah kamu" pinta Bara.
Lilis pun mengangguk, Bara segera naik ke dalam bajaj itu di susul Lilis.
Sopir bajaj merasa heran karena bajanya menjadi berat.
"Kenapa Bang?" tanya Lilis.
"Nggak tahu Neng, kenapa bajajnya terasa berat? Tadi tidak berat-berat amat_ balas sopir baja itu.
Lilis hanya bisa tersenyum kecil. Sopir bajaj itu tidak tahu jika ada pria tinggi besar di belakangnya.
"Perasaan Abang aja kali dari tadi kan segini-gini aja, gini deh nanti ongkosnya saya tambahin" ucap Lilis.
"Oke Neng kalau begitu terima kasih! Iya kali perasaan saya saja, biasa Neng efek tanggal tua banyak cicilan jadi pikiran ngaco" balas sopir baja itu sembari tertawa.
Kini bajaj itu berhenti di depan kontrakan Lilis. Ia segera turun membawa barang-barang sesudah membayar ongkos kepada kang sopir.
"Terima kasih ya, Bang" ucap Lilis.
"Iya sama-sama Neng" balas sopir itu lalu meninggalkan kontrakan Lilis.
Lilis lalu membawa semua barang-barang belanjaannya ke dalam kontrakan diikuti oleh Bara. Sesampainya di dalam, Lilis segera menaruhnya di atas meja makan.
Semuanya siap, Ia akan menata semua keperluan dagangnya ke dalam gerobak bakso miliknya karena sebentar lagi ia akan berangkat berjualan.
"Bara, loe kenapa?" tanya Lilis kala melihat wajah Bara yang menampakan kesedihan dan kekecewaan.
"Saya tidak apa-apa!" balas Bara.
Ia tidak mungkin bicara jujur kepada Lilis tentang apa yang ia alami ketika sedang berada di rumahnya.
Lilis hanya manggut-manggut saja sementara Bara terus memperhatikan Lilis.
"Saya tidak pernah melihat ibu kamu selama saya di sini, ke mana ibu kamu?" tanya Bara.
"Nggak tahu! Gua nggak punya ibu gue dari orok sama sekarang hanya sama bapak" balas Lilis.
"Memangnya ibu kamu sudah meninggal?" tanya Bara.
"Kata bapak sih waktu gue bayi Ibu pergi begitu aja ninggalin kita berdua. Saat itu keadaan ekonomi belum baik-baik saja makanya ibu gua lari sama cowok lain, itu kata bapak gue" papar Lilis.
"Kenapa ya di dunia ini banyak sekali orang yang tidak bisa setia kepada pasangannya??" ucap Bara kala mengingat lagi kelakuan Marisa yang berkhianat dan memilih untuk menjadi kasih Alex.
"Loe sedang curhat? Sebenernya loe kenapa si Bar? Sejak tadi kaya sedang banyak beban begitu?" tanya Lilis.
"Apa saya harus cerita padamu?" Bara balik bertanya.
"Ya itu sih terserah loe ya! Loe mau cerita ke gue syukur kagak juga kagak masalah" balas Lilis.
"Lis sebenarnya saya ingin cepat kembali. Saya tidak kuat melihat mami selalu menangis berharap agar saya bisa sembuh kembali, namun saya sudah mengetahui bahwa seseorang menginginkan saya mati. Seseorang itu bukan orang jauh ataupun orang lain melainkan adik saya sendiri" ungkap Bara.
"Maksudnya adik loe yang buat loe seperti ini?" tanya Lilis.
Bara mengangguk dengan wajah sedih.
"Parah banget ternyata orang kaya, hidupnya serumit itu. Gue punya feeling bisa jadi yang membuat loe celaka itu dia dan yang menyabotase mobil lue pun itu dia? Wah ini mah masalahnya sangat rumit dan kompleks" papar Lilis.
"Yah Betul apa yang kamu bilang bahwa Alex lah yang menyabotase mobil saya sehingga Malam itu saya mengalami kecelakaan" balas Bara.
"Berarti waktu loe nabrak gue juga itu hasil kerjaan adik loe?"
"Yah bisa jadi demikian waktu itu mobil saya tiba-tiba rem blong tapi saya masih diberi kesempatan selamat" balas Bara.
"Loe enak, gue celaka" balas Lilis sembari mencebikkan bibirnya.
"Maaf ya Lis, tapi saya janji akan tanggung jawab kalau nanti saya sudah kembali normal" balas Bara.
"Tak usah Bara, lagian gue juga udah sembuh kok" ucap Lilis.
Mereka berdua pun kembali berkeliling berjualan bakso.
semangat k