Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN TERAKHIR
Seperti biasa, Zee menjalani hari-hari nya yang sepi didalam tahanan sementara kantor polisi federal. Dia masih menjalani sidang demi sidang yang membuat dirinya lelah.
Pupus sudah harapan bagi Zevanya untuk menerima sebuah keadilan. Semua hukuman untuknya sudah diatur oleh keluarga Wilson dan keluarga Antoine. Kedua pria itu memiliki pengaruh yang kuat di negara adidaya itu. Dan tidak ada seorang pun yang berani menentang semua perintahnya.
Zee pasrah, bahkan saat ini pun ia berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, kematian pun tidak berpihak padanya.
Putusan sidang kasus penyelundupan narkoba atas nama Zevanya Meghan, akan dibacakan hari ini. Zee menerima semua keputusan Hakim, tanpa pembelaan, tanpa permintaan banding. Dan sidang akhir pengadilan memutuskan Zevanya bersalah, putusan hukuman mati pun dijatuhkan, setelah beberapa tahun masa tahanan.
Mungkin bagi sebagian orang agak berlebihan, tapi itulah takdir yang harus dijalani seorang Zevanya Meghan. Dan semua tak lepas dari campur tangan orang tua Reynald, Ronald Wilson dan istrinya Jennifer Wilson.
Sementara Zee yang sebatang kara, tak punya kekuatan untuk membela diri. Tak ada celah baginya, untuk bisa membuktikan bahwa dirinya tak bersalah.
"Nona Meghan, ada seseorang datang mencari anda!" kata seorang penjaga membukakan pintu jeruji besi, tempat dia dikurung.
"Siapa?" tanyanya lirih. Semenjak di penjara 3 bulan yang lalu, belum ada seorang pun yang mengunjunginya di tahanan.
"Anda akan mengetahuinya," jawab penjaga itu datar.
Zevanya melangkah dengan gontai, menyusuri koridor menuju tempat seseorang menunggunya.
"Tuan Lincoln..." gumam Zee, setelah melihat siapa yang datang menemuinya.
"Nona Meghan ... !" Abraham berdiri menyambut kedatangan Zevanya, menyalaminya dan mempersilahkannya untuk duduk.
Abraham merasa sedih melihat keadaan Zevanya yang kacau, wajahnya pucat pasi, tatapan matanya kosong. Mata indahnya yang dulu tajam, sekarang cekung dan menghitam.
"Ada apa anda menemui saya, Tuan Lincoln?" tanya Zee begitu duduk di hadapan Abraham.
"Nona Meghan, saya datang menemui anda, untuk sebuah permintaan," ucap Abraham dengan suara tertahan.
"Apa yang anda inginkan?"
"Maukah anda datang kerumah sakit untuk mengunjungi Reynald, sampai saat ini, dia masih belum sadarkan diri."
Zee menelan Salivanya kasar. Sudah hampir tiga bulan. Kekasihnya itu belum juga sadar. Sebegitu parah kah akibat dari kecelakaan itu.
"Nona Meghan?" Abraham membuyarkan lamunan wanita itu.
"Oh, maaf ... !" Zee mengusap air matanya yang menetes tanpa dia sadari.
"Nona Meghan, Rey sangat membutuhkan anda. Meskipun dia koma, dia selalu menangis dalam hatinya. Mungkin, dengan kehadiran anda, Reynald bisa sadar dari koma," Abraham mencoba meyakinkan Zevanya.
Zee terdiam cukup lama,
"Nona Meghan, jika Reynald sadar dari koma, mungkin dia bisa membantu anda keluar dari penjara ini," ungkap Abraham, walau ada sedikit keraguan di hatinya.
Mata Zevanya sedikit berbinar, seolah Abraham baru saja memberinya secercah harapan.
"Baiklah," jawab Zee kemudian.
******
Setelah keputusan sidang yang menyatakan Zevanya bersalah. Hari ini dia akan dipindahkan ke Rumah Tahanan kota Cleveland.
Sebelum dipindahkan ke Rumah Tahanan kota Cleveland, Zee ditemani oleh dua orang petugas dari kepolisian yang akan mengantarnya ke Cleveland Clinic, dimana Reynald dirawat intensif.
Abraham sudah menunggu Zevanya di depan ruang perawatan Reynald. Dan mempersilahkan wanita itu untuk masuk menemui Rey. Walaupun maksud sebenarnya dari keluarga Reynald, hanya untuk membuat Rey sadar dari komanya. Zee menerima permintaan Abraham karena dia juga berkeinginan untuk bertemu dengan Rey, untuk terakhir kalinya.
"Silahkan, Nona Meghan!" Abraham membukakan pintu kamar Reynald dan segera menutupnya kembali setelah Zee masuk menemui kekasihnya.
Abraham dan Xena menemani Zee disana.
Zee duduk disebuah kursi yang terdapat di sebelah ranjang tempat Reynald dirawat. Alat-alat medis, untuk penunjang hidup, masih setia menemani tidur panjangnya. Wajahnya yang dulu tampan, kini kehilangan pesonanya, pucat dan tak berdaya.
Perlahan Zee, mengusap wajah yang sudah hampir tiga bulan belakangan ini dia rindukan. Air mata kepedihan mengalir tanpa bisa dibendung lagi. Zee meraih tangan Reynald dan menciumnya dengan lembut.
"Rey....aku datang, bangunlah!" Bisik Zee ditelinga pria itu. Namun tidak ada jawaban.
"Rey, jika kamu tidak bangun sekarang, kamu tidak akan pernah melihatku lagi, aku akan pergi jauh!" ucap Zee.
"Aku tidak menyalahkan mu, atas apa yang telah terjadi dalam hidupku, aku hanya ingin kau sembuh dan bahagia bersama orang-orang yang mencintaimu."
"Bangun Rey, aku sedih melihatmu seperti ini." Zee menangis, masih tidak ada respon dari raga yang terbujur kaku dihadapannya.
Reynald menangis dibawah alam sadarnya, dia menyadari kehadiran wanita yang dia kasihi. Ingin rasanya memeluk wanita yang sangat dia cintai. Tapi apa daya, sekujur tubuhnya kaku, sulit untuk digerakkan, namun dia masih terus berusaha sekuat hatinya.
Kali ini, Rey kembali melihat wanita bergaun putih dalam mimpinya. Memeluk dirinya, dan mengusap air mata yang menetes, di sudut mata yang masih terpejam.
"Jangan pergi, Honey!" Bisiknya, berusaha menahan tangan wanita itu.
"Aku harus pergi, sayang. Kita tidak akan bisa bersama."
"Tapi, aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku!"
"Tidak cukup dengan cinta, Rey. Aku sudah memberitahu mu dari awal, aku tidak pantas untukmu." Wanita bergaun putih itu melepaskan cekalan tangan Reynald.
"Kalau begitu, bawa aku bersamamu!" pintanya lirih.
"Tidak Rey! Kita tidak punya kekuatan untuk itu. Kau harus tetap hidup, orang tua dan teman-temanmu membutuhkanmu, jangan memaksa Rey!"
Rey meraih tubuh kurus, dihadapannya itu, dan membawanya ke dalam pelukan. Pria itu menangis.
"Jangan menangis, Rey! Kau tidak boleh cengeng! Kau harus punya semangat untuk hidup, percayalah kau akan bahagia, walaupun tanpa ada aku di sisimu."
Suasana menjadi sangat dingin, tenang namun hampa. Rasa haru menyelimuti ruangan perawatan tempat Rey dirawat. Xena yang berada di ruangan itu, tak mampu menahan tangis, dia menangis terisak-isak.
Abraham merangkul pundak Xena dan mengajaknya keluar, meninggalkan pasangan yang menyedihkan itu. Abraham menyadari, jika Reynald bisa merasakan kehadiran kekasihnya. Dan mereka sedang bicara dari hati-hati.
Cukup lama, Zee menyandarkan kepala didada pria itu, detak jantung Rey makin lama semakin terdengar bergemuruh. Zee merasakan sebuah tangan bergerak lemah, dalam genggamannya.
"Rey..... !" Zee berteriak tertahan. Wanita itu menangis bahagia, melihat Reynald memberikan reaksi yang tak diduga.
"Xena...! Abraham..!" Teriak Zee, dengan suara serak.
"Ada apa, Zee!" Xena dan Abraham buru-buru masuk kedalam ruangan, mendengar Zee berteriak memanggil nama mereka.
"Oh my God!" Xena memandang Reynald dengan takjub, wanita itu menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, saat Rey perlahan membuka mata. Dia tidak bisa berkata-kata, tak percaya apa yang dia lihat.
"Keajaiban itu benar-benar ada." Gumam Xena, terharu.
Walau mata itu sudah terbuka, namun tatapannya hampa. Namun bagi Zee, bisa melihat Reynald bangun dari koma, itu sudah lebih dari cukup.
"Waktu anda lima belas menit lagi. Nona Meghan!" Suara petugas kepolisian membuyarkan lamunan Zee.
Zee hanya mengangguk. "Maafkan aku, Rey! Aku harus pergi sekarang, cepat sembuh ya!" Zee melepaskan pegangan tangannya dari pria itu, namun Rey menahannya.
"Aku tidak bisa lebih lama disini, Rey! berjanjilah satu hal, kau akan meneruskan hidupmu, walaupun tanpa ada aku di sisimu!" pesan Zee.
Mata Rey berkedip sejenak, lalu kembali terpejam. Air mata nya kembali mengalir, saat Zee melangkah keluar dari ruangan itu, tanpa melihat lagi kebelakang.
"Abraham, tolong jaga Rey!" Pinta Zee, saat melewati asisten kekasihnya itu.
"Tentu...!" Kata Abraham singkat.
"Jika suatu saat Rey sembuh, dan menanyakan ku, katakan padanya, aku sudah tidak ada. Berjanjilah, jangan sampai dia tahu aku dipenjara!"
"Aku berjanji, nona Meghan!" Ucap Abraham penuh haru.
Abraham dan Xena, memberikan pelukan untuk yang terakhir kalinya pada wanita kesayangan sahabatnya itu.
"Terimakasih, sudah mau datang Zee!" ucap Xena, melepas kepergian Zevanya. Zee hanya tersenyum dan kemudian berlalu, bersama polisi yang mendampinginya.
Xena menarik nafasnya perlahan, kemudian mendekat ke arah ranjang tempat Rey berbaring.
"Rey,....!" Panggil Xena. Pria itu membuka matanya kembali.
"Kuatkan hatimu! Zee tidak akan kembali lagi bersama kita disini. Mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kalian berdua."
Rey hanya diam memandang nanar keatas langit-langit kamar VIP tempat dia dirawat.
Seminggu kemudian, Reynald pun dipindahkan oleh orang tuanya untuk menjalani pengobatan di sebuah rumah sakit ternama di kota New York.
Sementara itu, Zee dipindahkan kerumah tahanan kota Cleveland .
Zee berjanji dalam hatinya, untuk berusaha tegar menghadapi tantangan hidup yang telah menunggunya dibalik jeruji besi, di rumah tahanan Cleveland, bersama para narapidana lainnya.
Zee ditempatkan disebuah sel bersama 6 orang narapidana lainnya di ruangan sel nomor sepuluh, di Blok A, rumah tahanan itu.
Bersambung...
.
Pingin nangis/Sob//Sob/