Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kirimkan photo-photo itu
"Sialan! Sejak kapan lo duduk di situ? Lo tidak bisa mengetuk pintu dulu sebelum masuk? Dasar tidak sopan." Ketua Darren sembari berjalan, lalu duduk di kursi kebesarannya. Tatapan matanya sama sekali tidak beralih pada Dimas, temannya yang mirip seperti setan. Datang tapi tidak di ketahui. Sungguh menyebalkan sekali.
Dimas terkekeh, ia pun lantas memasukan handphonenya ke dalam saku celananya.
"Sejak lo berjoged-joged seperti abg yang baru saja memiliki pacar," sahut Dimas dengan santai. Dia sama sekali tidak merasa takut mendapat tatapan tajam dari temannya itu. Ia justru merasa senang, karena ia bisa melihat tingkah temannya yang mungkin kedua temannya, Alex dan Christian tidak pernah melihatnya. Maka dari itu, dia memutuskan untuk mengambil video Darren tadi, lalu dia akan memperlihatkan video itu kepada dua temannya lagi.
"Dasar setan!" kesal Darren. "Mau apa lo datang kesini? Mau gue tendang pantat lo sampai planet Pluto hah!" kata Darren masih dengan nada bicaranya yang terdengar kesal. Tatapan matanya pun masih sama, sangat tajam dan tidak bersahabat. Bagaimana bisa bersahabat, Dimas sudah mengganggu kebahagiaannya, rasanya Darren sangat ingin melempar Dimas ke Jembatan Desa Mati, biarkan dia menjadi santapan ular besar penunggu jembatan itu.
"Santai dong, Ren. Gue kesini ada yang ingin gue kasih tahu sama lo. Lo pasti akan terkejut melihatnya." Kata Dimas dengan seulas senyuman di sudut bibirnya. Menatap Darren dengan tatapan yang penuh arti.
"Cepat katakan! Jangan senyam senyum tidak jelas seperti itu. Lo pikir gue suka? Tidak sama sekali," ketus Darren membuat Dimas mencebik dengan kesal. Darren ini sudah kembali ke mode menyebalkannya seperti biasa.
"Tidak sabaran amat jadi orang," kesal Dimas sambil mengerucutkan bibirnya seperti perempuan. Rasanya Darren sangat ingin mengelem bibir temannya itu dengan lem korea. Biar rapat tidak bisa di buka lagi.
"Nih, lo lihat sendiri." Dimas menyodorkan ponselnya yang sudah ia ambil kembali dari saku celananya. Di dalam layar ponsel itu terdapat sebuah photo mesra seorang perempuan dengan seorang pria bertubuh tinggi dan sedikit berisi.
Darren sangat mengenal sosok perempuan itu, dia adalah Bella, tunangan Darren saat ini.
"Darimana lo dapatin photo ini?" tanya Darren penasaran. Raut wajahnya terlihat senang, bukan terlihat terkejut, membuat Dimas sedikit kecewa.
"Gue ambil sendiri. Gue tidak sengaja melihat dia saat gue mau cek in sama pacar gue. Yasudah, gue ambil photo dia untuk di tunjukkin sama lo. Sial! Gue pikir lo bakalan terkejut, ternyata ekpresi lo mengecewakan sekali. Sia-sia gue datang kesini." Kesal Dimas sembari mengambil ponselnya kembali dari tangan Darren. Sengaja dia datang untuk memberitahu langsung photo itu, agar dia bisa melihat ekpresi wajah temannya itu.
Dimas berpikir, mungkin Darren akan terkejut dan marah saat ia mengetahui jika tunangannya bermain di belakangnya. Namun ternyata, Darren sama sekali tidak terlihat terkejut apalagi marah, dia justru malah tersenyum senang. Padahal tunangannya berselingkuh, seharusnya ada perasaan marah atau pun terkejut meskipun mereka bertunangan secara paksa. Setidaknya dia marah karena ternyata tunangannya itu tidak lebih dari seorang perempuan gatal.
"Untuk apa gue terkejut? Sama sekali tidak penting. Terserah dia mau melakukan apa pun di belakang gue, gue sama sekali tidak perduli. Toh, pertunangan gue sama dia cuma sebatas keterpaksaan saja. Gue malah bersyukur dia berselingkuh di belakang gue, dengan begitu gue bisa membatalkan pertunangan itu secepatnya. Gue juga bisa ngasih tahu nyokap gue, kalau calon menantu pilihannya itu tidak lebih dari seorang perempuan murahan." Jelas Darren panjang lebar.
Dalam hati ia memang merasa sangat senang saat mengetahui fakta bahwa Bella adalah seorang perempuan murahan. Dengan begitu dia tidak perlu membujuk sang mama untuk membatalkan pertunangannya dengan perempuan itu. Darren hanya cukup memberikan bukti photo-photo Bella kepada sang mama. Dia sangat yakin, setelah mamanya mengetahui Bella telah berselingkuh di belakang putra semata wayangnya, maka dapat di pastikan Saras akan langsung membatalkan pertunangan itu. Saras tidak mungkin membiarkan putranya menikah dengan gadis murahan seperti Bella.
"Kirimkan gue photo-photo nya. Gue mau nyokap gue tahu kalau calon menantunya itu ternyata wanita murahan." Sambung Darren sembari bersidekap, menatap temannya dengan datar.
Dimas mendengus, ia pun langsung mengirimkan photo-photo Bella kepada Darren.
"Lo mau ketemuan sama mantan kekasih lo itu? Bukankah dia sudah punya suami? Kenapa dia mau ketemuan sama lo? Ah jangan-jangan dia juga wanita murahan sama seperti Bella? Kalau wanita baik-baik mana mungkin dia mau ketemuan lagi sama mantannya." Kata Dimas membuat rahang Darren mengeras, tetapan matanya kembali tajam, bahkan lebih tajam dari sebelumnya.
Darren tidak suka jika temannya itu menyamai Gladis dengan Bella yang jelas wanita murahan. Menurut Darren, Gladis adalah wanita baik-baik. Butuh waktu dan usaha untuk mendapatkan persetujuan Gladis untuk bertemu dengan dirinya.
"Jaga bacot lo, setan! Gladis bukan wanita murahan. Gue yang sudah berusaha untuk memintanya bertemu. Dia tidak seperti Bella, yang jelas-jelas pergi ke hotel dengan selingkuhannya itu. Gladis hanya menemui gue, dan itupun gue yang memaksanya. Jadi, jangan pernah lo menyamakan Gladis dengan wanita murahan itu, mengerti." Ucap Darren penuh dengan penekanan. Tangannya terkepal kuat, menahan agar amarahnya tidak meledak dan meninju mulut temannya itu.
"Anjir, santai dong. Gue kan cuma bilang, ya siapa tahu.... "
"Pergi lo setan. Sebelum gue membunuh lo di sini." Potong Darren penuh amarah.
Dimas tidak merasa sakit hati, ia justru malah tertawa, lalu bangkit dari tempat duduknya. Sebelum ia pergi, ia terlebih dahulu menatap temannya. "Gue cuma becanda, Ren. Jangan emosi seperti itu," Dimas menjeda ucapannya sejenak, ia menatap. Darren, lalu tersenyum tipis.
"Tapi, gue salut sih sama lo. Setelah delapan tahun berlalu lo masih mencintai dia sekalipun dia sudah memiliki seorang suami dan seorang putri. Gue do'ain semoga suaminya dia beneran selingkuh. Jadi, lo bisa ngerebut dia dari suaminya yang brengsek itu. Gue cabut dulu. Selamat berjuang," setelah mengatakan itu, Dimas pun berlalu pergi meninggalkan Darren sendirian dengan pikiran yang mulai melayang ntah kemana.
makasih Thor🙏💪