Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Ayo Arumi, aku antar pulang!" Erlan menggenggam tangan Arumi setelah ia melepas pelukannya.
"Gak usah, Erlan! Aku bisa pulang sendiri!" cegah Arumi.
Namun Erlan sama sekali tak menghiraukan ucapan Arumi, Erlan terus saja menarik tangan Arumi agar ia terus mengikuti langkahnya.
"Lan, please! Kasihan Rika, dia lagi sakit! Aku gak papa. Aku tadi cuma sedikit cemburu aja. Wajar kan?" Arumi masih berusaha mencegah.
"Aku harus tanggung jawab ngantar kamu sampai rumah. Setelah itu baru aku kembali lagi kesini. Aku akan menemani Rika, kamu gak usah khawatir." Ucap Erlan menegaskan. Dan akhirnya Arumi mengerti maksud dan tujuan Erlan.
Arumi segera masuk ke dalam mobil milik Erlan, mengikuti apa yang Erlan lakukan.
Setelah itu, Erlan melajukan mobil itu untuk membawa Arumi pulang ke rumah.
Di sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam. Tapi, tangan Arumi terus saja digenggam oleh Erlan.
Seolah Erlan tak mau melepaskan tangan itu barang sedetik pun meski ia sedikit kesulitan dalam mengendalikan mobilnya hanya dengan menggunakan satu tangan.
"Erlan!" Arumi memecah keheningan.
"Hmmm?" Erlan menoleh ke arah Arumi sekilas.
"Kenapa kamu melakukan ini?"
"Maksudnya?"
Arumi terdiam sejenak. Ia tengah berusaha mempersiapkan kalimat yang akan ia ucapkan pada Erlan.
"Kenapa kamu mau hubungan sama aku?"
Erlan sedikit tercekat mendengar pertanyaan Arumi. Ia segera menepikan mobilnya secera mendadak ke pinggir jalan.
"Karena aku cinta sama kamu, Arumi." jawab Erlan sambil menatap Arumi lekat-lekat.
"Terus Rika?"
Kini giliran Erlan yang terdiam sejenak. Ia terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan Arumi.
"Aku sama sekali gak cinta sama dia." lirih Erlan dengan nada suara yang sedikit ia paksakan.
"Kalau emang kaya gitu, kenapa kamu mau nikah sama dia?" Arumi pura-pura tak mengetahui alasan yang sesungguhnya, sesuatu yang pernah di ungkapkan Rika padanya tentang Erlan.
"Aku cuma mau patuh sama perintah kedua orang tuaku, aku juga cuma mau Rika tetap hidup dan sehat seperti perempuan lainnya." Jawab Erlan menjelaskan.
"Kamu kasian sama Rika?"
"Iya."
"Terus kamu mengorbankan kebahagiaan kamu sendiri?"
"Iya. Tapi itu dulu." Jawab Erlan lagi.
"Maksudnya?"
"Itu niat aku dulu sebelum aku kenal kamu, Arumi. Sekarang, setelan aku merasakan cinta yang sangat dalam sama kamu, aku juga jadi mau meraih kebahagiaanku. Ibarat kata, sekarang tujuan hidupku akhirnya ada, yaitu kamu, Arumi."
Arumi seketika terenyuh mendengar ucapan Erlan. Ucapan yang membuat Arumi seolah berubah menjadi wanita yang sangat spesial. Bukan wanita yang sering disia-siakan oleh Ibrahim.
"Terima kasih ya, Erlan, karena kamu udah mau cinta sama aku." Ucap Arumi lirih.
Tapi bukannya menjawab ucapan Arumi, Erlan malah tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke arah wajah Arumi setelah ia melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya.
Sebuah kecupan lembut mendarat di kening Arumi.
"Iya, Arumi. Sama-sama." lirih Erlan sebelum bibirnya beralih mengecup bibir Arumi.
Erlan mengecup bibir Arumi dengan sangat lembut.
"Aku suka bibir kamu, Arumi!" lirih Erlan lagi sambil menatap mata Arumi dalam-dalam.
Arumi hanya tersenyum kecil seraya membalas tatapan Erlan. Dan tak lama kemudian, Erlan kembali mendaratkan bibirnya tepat di bibir Arumi.
Tapi, kali ini bukan hanya sekedar kecupan, melainkan lumatan menggairahkan yang membuat Arumi seketika seolah melayang tak terkendali.
Lumatan yang sesekali dihiasi oleh hisapan-hisapan lembut juga gerakan lidah mereka yang saling beradu.
Sungguh, ciuman mereka yang terjadi di dalam mobil itu terlihat sangat nikmat.
Kenikmatan yang hanya Arumi dapatkan dari sosok Erlan, bukan dari sosok yang lainnya.
Telapak tangan Erlan yang sebelumnya meraba leher belakang Arumi kini semakin merayap ke bawah.
Hingga sampailah jari-jari besar itu menyentuh dan sedikit meremas kedua dada Arumi meski masih tertutup rapat oleh kemeja yang ia kenakan.
"Jangan, Erlan!" cegah Arumi sambil sedikit mendorong tubuh Erlan untuk segera menjauh darinya.
"Ah ... Maaf, Arumi! Aku udah kelewat batas!" ucap Erlan dengan ekspresi wajah yang sangat merasa bersalah.
"Beneran, aku benar-benar menyesal. Harusnya aku tau kalau kamu gak suka banget sama perbuatanku."
"Aku bukannya gak suka, Erlan. Hanya saja aku belum siap hubungan kita sampai sejauh itu. Maaf." Ucap Arumi lirih.
Ekspresi wajah Arumi juga penuh dengan penyesalan yang sangat luar biasa.
Sesaat Erlan malah tersenyum kecil. Ia sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Arumi yang barusan.
"Aku mengerti banget apa yang kamu rasakan, Arumi. Jadi, aku gak bakal maksa kamu." ucap Erlan sambil mengelus puncak kepala Arumi dengan gerakan yang sangat lembut.
"Kita pulang, ya!" ajak Erlan seraya menghidupkan kembali mesin mobil yang beberapa saat yang lalu sempat terhenti di pinggir jalan.
***
Hari berikutnya....
Arumi mengetuk rumah Erlan dan Rika. Arumi berniat bertamu ke rumah mereka guna mengantarkan makanan untuk Rika.
Semalam Rika sudah pulang dari rumah sakit. Sebagai tetangga yang baik, setidaknya inilah bentuk dari rasa peduli Arumi.
"Arumi!" seru Erlan saat melihat keberadaan Arumi yang tengah berdiri di ambang pintu rumahnya.
"Kamu ke sini..."
"Aku ke sini bukan buat ketemu sama kamu."
"Maksud kamu?" Erlan terlihat bingung. Sedangkan Arumi malah tersenyum melihat reaksi Erlan.
"Aku bawain bubur buat Rika." Jawab Arumi lalu memperlihatkan tempat bubur yang saat ini ada di tangannya.
"Aku pikir kamu lagi kangen sama aku." goda Erlan.
"Dasar GR!" Ucap Arumi sedikit mencebik.
Mereka saling tertawa selama beberapa saat.
"Jadi ngrepotin." gumam Erlan setelah suasana kembali tenang.
"Enggak. Cuma bubur aja, kok."
"Makasih ya." ungkap Erlan.
Arumi tersenyum. Sedangkan Erlan tanpa sadar menyentuh pipi Arumi.
"Hei, nanti dilihat Rika." sergah Arumi, membuat Erlan buru-buru menjauhkan tangannya dari wajah Arumi.
"Boleh aku masuk?" ucap Arumi kemudian.
"Tentu."
Erlan segera mengantarkan Arumi ke sebuah kamar di mana Arumi melihat Rika sedang rebahan di tempat itu.
Raut wajah Rika langsung sumringah saat melihat kehadiran Arumi.
"Kamu udah baikan?" tanya Arumi.
Arumi segera duduk di sisi Rika. Sedangkan Rika berusaha untuk menegakkan tubuhnya dari posisi ia yang sebelumnya.
"Aku udah lebih enakan, Mbak."
"Benar kah?"
Rika mengangguk.
"Aku bikinin bubur buat kamu. Di makan, ya!"
"Aku jadi ngerepotin Mbak Arumi."
"Enggak kok."
Arumi mengambil bubur yang baru saja ia letakkan di atas meja tak jauh dari tempatnya duduk. Arumi berniat untuk memberikannya langsung pada Rika.
"Aku ambilin piring dulu, ya!"
Arumi segera pergi ke dapur. Tempat di mana beberapa waktu lalu ia pernah menyinggahinya.
Sesampainya di tempat itu, Arumi celingukan untuk mencari piring dan sendok yang ia butuhkan.
Tak butuh waktu lama, Arumi melihat dua barang itu bertengger di rak dapur paling atas.
Arumi berniat mengambilnya dengan berjinjit. Namun, tangannya belum berhasil meraihnya.
Hingga tak lama kemudian, Arumi merasakan Erlan berdiri tepat di belakangnya. Tangannya terulur untuk membantu Arumi mengambil piring dan sendok yang coba Arumi raih.
Arumi berbalik ke arah Erlan, berniat untuk menerima apa yang sudah diambilkan Erlan untuknya.
Namun suasana mendadak canggung. Karena saat ini keberadaan mereka sangat dekat satu sama lain.
Erlan menatap Arumi. Tatapan mata yang tak mampu Arumi hindari.
Sebuah tatapan yang membuat Jantung Arumi berdetak tak karuan. Wajahnya tiba-tiba memanas karena posisi intim mereka saat ini.
***************
***************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,