Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Tabrakan di Tengah Teror
Rina berlari kencang keluar dari kamarnya. Jantungnya udah kayak mau copot, napas ngos-ngosan, tapi dia terus lari tanpa mikir panjang. Ketakutan yang dia rasain barusan masih menghantuinya. Cewek aneh yang senyumnya bikin merinding itu terus muncul di pikirannya. Dia nggak tau harus ngapain lagi, yang penting dia bisa kabur sejauh mungkin dari kos.
Di saat yang sama, Lila juga ngerasain hal yang sama. Setelah firasat aneh yang dia rasain tentang Rina tadi, suasana kamarnya juga nggak kalah serem. Bayangan-bayangan yang selalu dia liat makin jelas, makin sering muncul. Nggak kuat lagi nahan teror, Lila langsung ngunci pintu kamarnya dan kabur.
Keduanya nggak tau kalau mereka sebenernya ngalamin hal yang sama. Yang mereka tau, mereka harus kabur dari kos, dari tempat yang udah penuh dengan aura negatif itu.
Rina terus lari, nggak peduli kakinya udah mulai gemetaran. Setiap langkah yang dia ambil, dia ngerasa kayak ada sesuatu yang ngikutin dari belakang. Tapi dia nggak berani nengok. Udah cukup buat Rina ngerasain teror cewek aneh tadi, sekarang dia cuma fokus buat kabur.
Di sisi lain, Lila juga lari secepat yang dia bisa. Tiba-tiba, bayangan hitam yang biasa dia liat di kos mulai muncul di jalanan. Tapi kali ini, bayangannya makin jelas. Kayak ada sosok yang ngikutin dia dari belakang, suara langkah kaki yang ngebayangin langkah Lila bikin dia tambah panik. Napasnya tersengal-sengal, tapi dia nggak bisa berhenti.
Tanpa sadar, mereka berdua lari ke arah yang sama. Taman kota yang biasanya rame, malam itu terasa sepi banget. Pohon-pohon di pinggir jalan bergoyang pelan, tapi rasanya kayak ada sesuatu yang bergerak di balik bayangan dedaunan. Angin dingin meniup, bikin bulu kuduk mereka makin berdiri.
Pas sampe di taman kota, mereka berdua nggak sengaja tabrakan.
"Anjir! Lo ngapain sih?!" Rina yang pertama kali ngomong, masih ngos-ngosan. Dia langsung ngeganti posisinya buat siap lari lagi, tapi pas ngeliat siapa yang ditabrak, dia terdiam.
"Lila?!" teriak Rina kaget.
"Loh, Rin? Lo ngapain di sini?" Lila juga nggak kalah kaget.
Guys ini gambar mbak Rina dan mbak Lila yang sedang lari di taman kota (makin ngeri yah!!)
...****************...
Rina ngelus dadanya, masih ngerasa jantungnya berdegup kencang. "Gue dikejar... cewek aneh. Di kos gue ada yang nggak beres, Lil!"
Lila ngangguk cepat, matanya penuh ketakutan. "Gue juga! Bayangan-bayangan itu... mereka makin jelas sekarang. Gue nggak tahan lagi di kos."
Mereka saling pandang dengan napas masih tersengal. Taman kota yang biasanya jadi tempat nongkrong anak muda sekarang berubah jadi tempat yang lebih serem dari kos mereka. Pohon-pohon yang berdiri di sekitar taman keliatan seperti sosok-sosok tinggi yang menatap mereka.
Tiba-tiba, lampu-lampu di taman berkedip-kedip. Suara gemerisik angin ngebuat mereka makin tegang. Di antara bayangan pepohonan, mereka berdua ngerasa ada sesuatu yang bergerak.
"Rin, lo denger itu nggak?" bisik Lila sambil nunduk.
Rina ngangguk. "Iya, gue ngerasa ada yang ngikutin kita."
Mereka berdua langsung memutuskan buat nggak diem di satu tempat. Tanpa bicara lagi, mereka lari ke arah lain, mencoba nyari tempat yang lebih aman. Tapi taman kota yang biasanya familiar, sekarang berubah jadi kayak labirin penuh bayangan. Setiap sudut jalan yang mereka lewatin ngerasa kayak makin menutup, nggak ada jalan keluar.
Sambil lari, Rina tiba-tiba berhenti. "Lil, tunggu!" serunya dengan suara bergetar.
Lila ngeliat ke arah Rina, matanya penuh dengan kekhawatiran. "Apaan lagi, Rin?"
Rina ngebalikin badannya perlahan dan nunjuk ke arah bayangan di belakang mereka. "Lo ngeliat itu nggak?"
Lila menahan napas. Di antara bayangan pohon-pohon, terlihat sosok cewek berambut panjang dengan gaun putih yang ngikutin mereka. Tapi ada yang salah dari cewek itu. Senyum lebar di wajahnya tampak semakin lebar, hampir nggak manusiawi.
"Anjir! Itu cewek yang gue liat di kos!" Rina teriak panik.
Lila nggak butuh penjelasan lebih panjang. Tanpa pikir panjang, mereka berdua langsung lari lagi. Tapi sosok cewek itu terus ngikutin mereka, tanpa suara, cuma dengan senyum lebar yang makin menyeramkan.
Sambil lari, Lila berusaha mikir. "Gila, ini nggak mungkin cuma kebetulan. Kenapa kita dua-duanya ngalamin hal yang sama? Ada apa sebenarnya sama tempat ini?"
Rina yang udah hampir kehabisan napas cuma bisa ngeluarin satu kata, "Gue nggak tau, tapi yang jelas, ini udah gila."
Tiba-tiba, di tengah jalan, mereka ngedenger suara tawa pelan, kayak suara anak kecil. Mereka berhenti lagi, kali ini karena nggak tau harus kemana lagi.
"Dengerin, Rin... Itu tawa apaan?" Lila berbisik pelan.
Mereka ngerasa sekeliling mereka makin mencekam. Suara tawa itu makin jelas, tapi mereka nggak bisa liat siapa yang ketawa. Seolah-olah suara itu muncul dari semua arah.
"Lil, gue nggak suka ini," bisik Rina sambil nahan napas.
Mereka mulai melangkah pelan-pelan, tapi setiap langkah yang mereka ambil, suara tawa itu semakin kencang. Sampai akhirnya, di depan mereka, muncul sosok bayangan yang lebih besar dari yang sebelumnya. Sosok itu berdiri di tengah jalan, badannya hitam pekat, tanpa wajah.
"Lari, Rin!" Lila teriak, tanpa mikir lagi mereka langsung balik arah. Tapi kali ini, rasanya kayak mereka udah nggak punya tempat buat kabur. Setiap sudut taman berubah jadi lebih gelap, lebih mencekam.
"hahahaha... hahahaha..." suara aneh terdengar dari arah bayangan.
Rina dan Lila terhenti, tubuh mereka membeku. Suara itu seolah-olah mengejek mereka, makin lama makin jelas, dan muncul dari mana-mana.
"Anjir, ini udah nggak normal!" Lila berseru, matanya mulai berair karena ketakutan.
Sosok bayangan itu makin mendekat. Tapi pas mereka berdua udah hampir kehabisan akal, tiba-tiba lampu taman nyala lagi. Semua bayangan yang tadi kelihatan jelas, tiba-tiba menghilang begitu aja. Suara tawa anak kecil juga lenyap, seolah nggak pernah ada.
Rina dan Lila cuma bisa berdiri di tempat dengan napas masih ngos-ngosan, mencoba mencerna apa yang barusan terjadi.
"Lo... lo baik-baik aja, Lil?" Rina akhirnya ngomong setelah beberapa detik keheningan.
Lila cuma ngangguk, meski wajahnya masih pucat. "Gue nggak tau apa yang barusan terjadi, tapi kita harus pergi dari sini. Gue nggak mau lagi ngalamin ini."
Mereka akhirnya memutuskan buat ninggalin taman kota, nyari tempat lain buat berlindung, sambil berharap teror ini bener-bener udah selesai. Tapi jauh di dalam hati mereka, ada firasat kalau ini belum berakhir.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
guys ceritanya makin seramm
jangan bosan bosan membaca yah!!!